he.

16 2 0
                                    

Ara P.O.V

Setelah mendapatkan hukuman dan juga soal-soal untuk tes harian, akhirnya aku bisa merasakan udara bebas di luar kelas.

Huft.

Satu jam bersama Pak Agus sama saja seperti 1 minggu belajar matematika. Sangat menyebalkan.

Sekarang, aku akan pulang dan menikmati udara segar dari kampus itu. Aku mengambil mobil yang aku parkirkan sebelumnya, dan melajukan menuju jalan pulang rumahku. Salsa dan juga Syafry sudah pulang hari ini. Hanya aku sendiri.

Menyebalkan.

Aku melihat sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan menyebrangi zebra-cross dengan senyuman bahagia yang terkembang di bibir satu sama lain.

"Kapan aku bisa merasakan halus tangannya, merasakan kuatnya tangannya menggenggamku." Batinku didalam hati. Yah, aku hanya bisa membatik soal ini.

Aku kembali melajukan mobilku kearah jalan pulang. Namun, gas mobilku yang awalnya normal berubah menjadi sedikit pelan saat aku melihat wajah yang sangat familiar dimataku.

"Kevin." Ucapku seraya membuka kaca mobil dan menatapnya.

"Hei." Jawabnya dengan cengiran bahagia.

"Kamu ngapain berdiri disini?." Tanyaku yang masih ada di dalam mobil.

"Mmm.. tadi, gue sengaja minta turun disini, soalnya Ochan mau keluar sama temen lainnya." Jawabnya bingung.

"Ooh. Mau bareng??." Kataku serta menawarkan tumpangan untuknya.

Awalnya dia menolak karena tidak enak denganku. Tapi, setelah aku rayu-rayu, akhirnya dia mau ikut denganku.

This is the best time in my life!!!!.

"By the way, thanks." Katanya setelah masuk di dalam mobilku.

"Nope. Lagian, kan udah wajar bagi junior untuk ngasih bantuan ke seniornya." Jawabku santai.

"Ehmm." Katanya serta mengakhiri perkataan diantara kita.

Eakkk kita :'v (dibuang)

"Oh ya, kalau boleh tau apa bener selama ini lo yang ngirimin gue surat?." Tanya nya tiba-tiba yang langsung membuatku diam tak ingin menjawab.

"Mmmm... buk--." Tak sempat aku melanjutkan perkataanku, dia sudah terlebih dulu melanjutkannya.

"Gue tau itu lo. Dan, ngomong-ngomong, kata-kata lo bagus. Lo pantas jadi anak sastra." Katanya yang kuanggap sebagai memuji.

Ya tuhan. Haruskah aku hentikan waktu ini sekarang juga?? Haruskah aku merekam momen ini sekarang juga?? Ini adalah momen yang amat sangat spesial.

"Heii."

"Eh. Iya thanks." Jawabku malu.

"Pipi lo merah." Katanya yang berhasil membuat dewi fortuna yang ada di dalam tubuhku jingjrak jingkrak.

"Eh. Mmm, nggak tuh. Sama aja perasaan." Jawabku yang sudah dikelilingi dengan rasa malu.

"Hahahahha. Iyadehh. Terserah." Katanya.

"Btw, kamu mau aku turunin dimana?" Tanyaku yang sudah seperti sopir taksi.

"Mmm. Ke rumah Syafry aja deh. Gue mau ngomong sesuatu sama dia." Jawabnya dan kubalas dengan anggukan kepala.

----

"Thanks ya." Kata Kevin setelah turun dari mobil Ara.

"Oke. Lain kali nebeng lagi juga ga masalah kok. Hehhehhe." Jawab Ara sambil tersenyum senang.

"Ohh. Iya hwhhwh. Yaudah, aku masuk dulu." Kata Kevin pamit.

"Oke.bye." saut Ara dan hanya di balas dengan lengosan wajah dari Kevin.

Sekarang gadis bernama Ara ini sangat senang bukan main. Dia merasa bahwa hidupnya lah yang paling spesial hari ini. Dia selalu menunggu momen seperti ini dan ternyata momen yang ditunggu akhirnya datang juga.

Dia sangat amat berfikir bahwa selama ini Kevin juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Dia berfikir bahwa suatu saat nanti Kevin bakalan menjadi miliknya. Tapi, dia juga sadar bahwa itu semua hanyalah keinginannya.

Berbeda juga dengan Kevin. Jika di lain sisi Ara lagi senang karena bisa semobil dengannya, Kevin malah berpikir sebaliknya. Justru dia tidak merasakan apa-apa dan menjalankan hidupnya seperti biasa. Namun, tidak untuk sekarang. Dia harus segera menyelesaikan masalah yang harus diselesaikannya sendiri.

Dia ingin sekali sahabatnya kembali seperti dulu. Tidak ada pertengkaran ataupun persaingan.

Dan harapan itu mulai di perjuangkan dari sini.

Tok..tok..tokk

Kevin mulai mengetuk pintu dari rumah seseorang yang sangat ingin ua temui.

Ketukan pertama tidak ada sautan. Dan dia kembali mengetuk pintu rumah itu untuk kedua kalinya. Dan, alhasil akhirnya pintu rumah itu terbuka dengan munculnya seseorang yang sangat familiar di wajahnya dan juga ingatannya.

Orang yang selalu dirindukan sebagai sahabat. Orang yang selama ini selalu membuatnya sensitiv

"Apa kabar lo." 3 kata yang langsung keluar dari mulut Kevin setelah melihat wajah sahabatnya itu.

"Ada apa lo kesini?." Tanya nya dengan nada jengkel.

"Atau jangan-jangan lo kesini gara-gara gue nyapa lo waktu di parkiran kemarin??. Kalo lo mau jawab iya, itu salah. Gue cuman disuruh nyapa lo waktu itu. Gue gaada niatan sama sekali nyapa lo." Jelas orang itu tanpa spasi di kalimatnya.

"Udah?. Sekarang, gue mau duduk. Gue capek berdiri terus disini." Kata Kevin yang seperti tidak memperdulikan perkataan Syafry barusan.

"Ngapain si lo kesini??." Tanya Syafry setelah mempersilahkan Kevin duduk di sofa nya.

"Rumah lo bagus ya. Udah 3 tahun gue gak main ke rumah lo." Jawab Kevin yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan Syafry.

"Udah deh Vin. Sekarang, lo jawab pertnyaan gue. Ngapain.lo
Kesini.?." Kata Syafry dengan penekanan kata di akhir kalimat.

"Oh itu. Gue cuman pengen main aja si. Lo tau gak? Gak hanya persahabatan wanita yang bisa kangen sama sahabatnya. Tapi lelaki juga bisa." Jawab Kevin santai.

"Terus?." Tanya Syafry. "Yah, itu artinya gue kangen sama lo." Jawab Kevin.

Syafry langsung meninggalkan tempat duduknya dan pergi menuju dapur. Entah apa yang akan dilakukannya.

"Ini nih. Lo minum. Mungkin aja lo lagi mabuk ngomong begituan." Kata Syafry dengan memberikan segelas air mineral untuk Kevin.

"Gue gak mabuk Syaf. Gue seriusan.buat intinya, gue cuman pengen ita baikan." Kata Kevin dengan rasa berani.

"Lo ulangi sekali apa yang lo katakan?." Tanya Syafry. "Gue pengen kita baikan." Ulang Kevin yang membuat Syafry membelalakan matanya.

"Ckk." ece Syafry. "Gue gak yakin kita bakal baikan kalo masih ada si tengik sialan itu." Kata Syafry yang sudah mulai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas.

"Syaf. Plis. Ini semua bisa kita selesain bareng-bareng." Kata Kevin membujuk Syafry.

"Gak." Kata Syafry tegas. Kevin yang mendengarnya sempat saja ingin putus asa. Tapi, rasa keinginannya untuk merubah seperti yang dulu membuatnya lebih semangat.

"Syaf. Kalo gue harus mati demi lo sama Ochan baikan. Gue rela. Gue mohon Syaf." Mohon Kevin kepada Syafry.

"Ck." Kevin kembali lesuh mendengar jawaban itu. "Oke. Gue mau nemuin Ochan. Tapi gue ada satu permintaan ke lo." Kevin lega dan sangat lega mendengar jawaban itu.

"Apa itu?." Tanya Kevin penasaran.

"....''

"What??! Lo gila?."

@@##$#*#*#(@((#

Hokyaaaa@!!!!.
Gjb polll yyyyyy ini pndek banget.
Oke aku gatau lagi mau bikin cerita kyak gimna. Dan, akhirnya jadi seperti ini.

Vomments ya buat selanjutnya.

Hurts.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang