The Photograph (1)

999 61 12
                                    

Loving can hurt
Loving can hurt sometimes
But it's the only thing that I know
When it gets hard
You know it can get hard sometimes
It is the only thing that makes us feel alive

Rintik hujan masih saja turun membasahi bumi. Seorang gadis berdiri dibalik kaca jendela kamarnya memandangi tetesan-tetesan air yang membasahi jendela bagian luar kamar apartemennya. Hatinya resah. Matanya berkaca-kaca. Dia menghela nafas panjang. Berharap dengan demikian rasa sesak di dadanya akan sedikit berkurang. Tapi ternyata tidak. Perlahan ia berjalan meninggalkan jendela menuju sebuah meja rias yang terletak di samping tempat tidurnya. Ditariknya kursi rias itu sebelum akhirnya ia duduki. Matanya menatap ke arah foto frame berukuran sedang yang ia letakkan di atas meja riasnya. Diambilnya frame itu. Disentuhnya foto yang ada di frame tersebut dengan lembut. Seolah dia memang sedang menyentuh wajah dari orang yang ada di foto itu. Wajah orang yang sangat dicintai dan sangat sedang dirindukannya saat ini. Wajah kekasihnya. Wajah Yong Dae nya.

"Yaa Yong Dae-ah.. Nappeun Nom!!! (Kau jahat) Kau bilang kau hanya ikut wajib militer selama 4 minggu..

"Kau bilang setelah wamil kau akan datang menemuiku.. Ini bahkan sudah 6 minggu dan kau masih wamil.." Yana berbicara pada foto yong dae.

"Bogosipo.. (aku rindu)" lirihnya dengan suara bergetar.

Liliyana, ia tidak pernah menyangka merindukan yong dae akan terasa menyakitkan seperti ini.. Padahal, selama ini pun mereka berhubungan jarak jauh.. Entahlah apa yang menyebabkannya seperti ini. Mungkin siklus bulanannya (?) Atau mungkin komunikasi mereka yang belakangan ini kurang intens karna selama yong dae mengikuti wamil memang pria itu hanya bisa menghubunginya paling tidak seminggu sekali.

"Tidakkah kau merindukanku?" Katanya lagi pada foto yong dae. Matanya mulai berkabut.

We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts are never broken
Times forever frozen still

Liliyana kemudian meraih album foto yang juga terletak di atas meja riasnya. Sejak sebulan yang lalu, entah mengapa liliyana mencetak banyak foto yong dae dan dirinya dan menaruhnya didalam sebuah album. Mungkin dia berharap dengan begitu akan mengurangi kerinduannya terhadap kekasih koreanya itu. Tapi ternyata dia salah. Memandangi foto-foto itu justru membuatnya semakin merindukan namja chingu (pacar) nya itu.

Liliyana tersenyum saat melihat foto dimana Yong dae membelalakkan matanya saat ia terkejut yana mencium pipinya secara tiba-tiba. Yana jadi ingat kejadian itu..

Saat itu mereka baru saja selesai makan siang di sebuah mall di kawasan serpong. Ya, saat itu yong dae memang sedang berada di Indonesia. Tepatnya seminggu sebelum wamilnya dimulai. Yana memang memintanya datang ke Indonesia sebelum yong dae masuk wamil.

"Yana-ya.. bagaimana kalau kita wefie?" tanya yong dae setelah dia menyelesaikan rib-eye steak nya.

"Aku tidak mau. Aku sedang tidak mood berselfie denganmu." ledek yana sambil menghabiskan fruit punch nya. "Lagipula apa kau tidak bosan berselfie denganku?" yana balik bertanya.

"Ish! Kau ini. Ayolaah.. pacarmu ini kan akan ikut wamil selama sebulan. Kita tidak akan bertemu lama. Masa kau tidak ingin memberikanku kenang-kenangan?" rajuk yong dae.

Yana terbahak.
"Yong, kita kan bisa video call. Kau ini seperti kita tidak bisa berkominikasi saja." ucap yana masih tertawa.

Yong dae terdiam. Raut wajahnya sedikit muram. Yana yang melihat perubahan raut wajah yong dae menghentikan tawanya.

The PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang