Qina masih diam berdiri berhadapan dengan pemilik Art cafe. Barusaja ia akan pulang karena pekerjaannya telah selesai, namun tiba-tiba Pak Ilyas memberitahunya bahwa ia dipanggil ke ruangan kerja sang pemilik cafe.
"Saya ingin mengucapkan terimakasih untuk sebuah lukisan yang kau lindungi dari pelanggan." Akhirnya suara lantang itu terdengar juga, membuat Qina mengangguk patuh.
"Tak usah berterimakasih Pak karena sudah kewajiban saya untuk melindungi semua lukisan yang ada di cafe ini." Qina mengelak dengan hati-hati. Ia masih menunduk tak berani menatap mata bening nan hitam milik atasannya.
"Aku tak akan memakanmu Qina, jadi tataplah aku saat aku sedang mengajakmu bicara!" perintah Rico yang membuat Qina mau tak mau mengangkat kepalanya dan menatap lawan bicaranya.
"Saya dan seluruh bagian cafe juga turut berduka cita atas meninggalnya ayahmu." ujar Rico yang begitu mudahnya terlontar begitu saja.
Senyuman terbit diwajah Qina, "Terimakasih pak."
Sesaat mereka saling menatap satu sama lain dan terjadilah keheningan diantara mereka. Namun kejadian itu tidak berlangsung lama karena seseorang.
"Co!!!" Seseorang tanpa mengetuk pintu dan langsung masuk. Rico dan Qina pun beralih menatap Rizky yang sudah tersenyum karena ia kira kakaknya itu sedang sendiri, tetapi ternyata ada seseorang didalam bersama kakaknya.
"Ada apa Ky?" tanya Rico dengan begitu dingin karena adiknya ini sungguhlah mengganggu.
"Kau disuruh papa pulang ke rumah malam ini karena mama sakit!" cerca Rizky dengan wajah flatnya. Dan melongos begitu saja tanpa mendengar jawaban dari Rico.
Sementara Rico sudah menghela napas panjang dan beralih menatap Qina yang hanya diam mematung.
"Qina sebagai rasa terimakasihku atas lukisan itu, aku akan mengantarkanmu pulang malam ini!""Tidak usah pak. Terimakasih" jawab Qina menolak dengan halus.
"Tak ada penolakan." Rico sudah berlalu meninggalkan Qina yang hanya bisa mengekor dibelakang atasannya ini.
Selama diperjalanan tidak ada yang memulai obrolan sama sekali. Tampak Rico yang begitu fokus mengendarai dan Qina yang hanya bisa menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong.
Mama sakit.. oh ya tuhan aku seperti anak yang durhaka! Batin Rico dengan perasaan cemas karena mendengar mamanya jatuh sakit.
Selang beberapa menit mobil Rico telah sampai didepan rumah sederhana milik Qina. Namun sebelum Qina turun ia mengucapkan terimakasih.
"Selamat beristirahat Qina..." Qina tersenyum tipis dan melambaikan tangannya sebelum ia masuk dan kemudian mobil Rico sudah berlalu menghilang dikejauhan.
Ternyata pak Rico orangnya baik dan tak begitu arrogant! Batin Qina tersenyum misterius seraya masuk kedalam rumahnya.
***
Rico sudah memasuki rumah dan seketika mendapati Papa, Mama dan Rizky sedang duduk diruang keluarga menunggu kedatangan Rico.
"Mah.. kata Rizky mamah sakit?" Rico mulai menyipitkan matanya kala melihat mamahnya tidak pucat sama sekali bahkan terlihat sehat.
"Mamah gak sakit sama sekali, itu cuma akal-akalan Rizky aja supaya kamu mau pulang. Jujur mamah tuh kangen sama kamu, kamu udah jarang ngeliat mamah dan papah dirumah, kamu sibuk dengan duniamu dan kamu lupa kalau kamu punya keluarga." Jelas Rahayu-Mamah dari Rizky dan Rico. Sekaligus istri dari Wildan.
"Maaf mah! Rico cuma mau fokus ke bisnis dan pekerjaan Rico! Hanya untuk menata masa depan Rico bersama calon pendamping Rico nantinya." Rico sudah menunduk karena jujur ia juga menyayangi mamahnya, hatinya juga bergetar saat Rizky mengatakan bahwa mamah jatuh sakit. Aak mana yang tidak menyayangi orangtuanya terutama Mamah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny (Sudah TERBIT)
SpiritualitéKETIKA SEBUAH TAKDIR MEMBAWAKU PADA DIRIMU... Rizqina Al Kahfi alias Qina adalah seorang Mahasiswi kedokteran di sebuah Universitas Negeri di Lampung atau biasa orang sebut UNILA. Ia juga seorang Waitress di sebuah Cafe, ia bekerja paruh waktu karen...