"Jadi kau gadis yang bernama Rizqina Al Kahfi?" Tanya Wildan-Papa Rizky dan Rico yang langsung memecahkan suasana hening diantara mereka.
"Iya Om." Jawab Qina begitu singkat.
"Apa kabar dengan ayahmu?" Kini Linda-Mamah Rizky yang bertanya gantian kepada Qina.
"Ayah sudah meninggal satu bulan yang lalu." Jawab Qina yang langsung menunduk dan mengingat ayahnya yang sudah meninggal dunia. Linda yang tak enak karena telah menanyakan hal tersebut langsung beranjak dan duduk disebelah Qina lalu mengusap punggung Qina sambil tersenyum.
"Tidak apa nak! Kau bisa anggap aku sebagai Ibumu." Tawar Linda yang menenangkah hati Qina dengan senyumnya, menunjukkan sisi keibuannya. Yang sungguh tak pernah Qina dapat dari Ibunya.
"Apalagi jika kau menjadi istri Rizky!" Linda melirik Rizky yang sudah menatap mama dengan senyum samar. Sementara Qina yang digoda oleh Linda sudah tersenyum tipis.
"Nak kau kuliah mengambil jurusan apa?" Tanya Wildan pada Qina yang sedari tadi menunduk.
"Saya mengambil kuliah kedokteran Om." Jawab Qina yang seketika membuat Wildan kaget tak menyangka karena ia tahu keluarga Dani adalah keluarga kelas menengah.
"Kau membiayainya sendiri?"
"Tidak saya mendapat beasiswa sampai saya lulus dan menjadi Sarjana." Jawab Qina yang sungguh membuat Linda terpukau karena berkat kecerdasan yang dimilikinya ia dapat kuliah secara gratis, dibiayai negara.
Seketika terjadi suasana hening diantara mereka karena tak ada yang angkat bicara sama sekali.
"Dan apakah nak Qina mau menerima perjodohan ini?" Tanya Wildan yang akhirnya menanyakan prihal perjodohan itu.
Qina berucap bismillah dalam hatinya, dan semoga pilihannya tidak salah dan itu baik untuknya. "Iya Om saya menerima perjodohan ini." Jawab Qina dengan sekali tarikan napas yang seketika membuat Linda tersenyum dan merangkul calon menantunya.
"Terimakasih nak." Ujar Linda yang hanya diangguki oleh Qina, entah kenapa ia juga senang dengan perjodohan ini? Padahal awalnya ia tidak terima!
Sementara Rizky sudah menatap Qina yang sedang tersenyum pada Linda. Tampak sekali kalau Qina senang dengan ini semua, menurut pandangan Rizky. Entah yang sebenarnya? Jika berpikir ulang rasanya Ia tidak menyangka kalau gadis yang melindungi lukisannya adalah gadis yang telah berjodoh dengannya sejak mereka kecil.
"Terimakasih atas lukisan tempo hari yang lalu, kau lindungi dari salah satu pelanggan." Ujar Rizky memecahkan keheningan namun tetap fokus pada jalanan yang tampak sudah sepi. Ya kini Rizky sedang dalam perjalanan mengantarkan Qina pulang.
Tidak ada sahutan...
Fatir pun menoleh dan mendapati Qina dengan dengkuran halusnya. Sejenak Rizky tersenyum menatap Qina yang begitu polos dan manis saat sedang tertidur.Selang beberapa menit sampailah mereka depan dirumah sederhan Qina. Rizky pun dengan pelan membangunkan Qina dari tidurnya.
"Qin! Qin! Qinaa..." Rizky setengah berteriak agar Qina sadar dan terbangun.
Qina pun menggeliat dan membuka matanya yang begitu berat karena kantuk yang menyerang.
"Ughhh... udah nyampe ya?" Tanya Qina setengah sadar.
Rizky hanya mengangguk."Kamu kok tahu rumahku?" Tanya Qina setelah ingat kalau Rizky baru mengenalnya kemarin dan tidak tahu alamat rumahnya.
"Apa yang tidak ku tahu tentangmu!" Rizky berujar dengan suara dinginnya membuat Qina memutar bola matanya jengah.
Qina pun turun dari mobil Rizky dan berlalu pergi setelah mengucap terimakasih dan salam. Tanpa menunggu mobil Rizky pergi dulu, ia malah sudah masuk rumah.
Gadis yang aneh tapi menarik.
♡♡♡
"APA! Jadi selama ini kamu sudah dijodohkan sejak kecil?" Thata setengah berteriak begitu heboh membuat Qina membungkam mulutnya.
"Pelan-pelan!" Qina membungkam mulut Thata tapi percuma karena semua telah menatap mereka, dan Qina langsung tersenyum ramah pada semua orang yang menatap mereka.
"Ya Allah! Sumpah gak nyangka ternyata kau telah dijodohkan sedari kecil." Kini suara Thata mulai biasa pelan tak seperti tadi.
"Iya ayah memberitahuku di saat-saat terakhirnya. Dan barusan kemarin aku bertemu dengan lelaki yang sudah dijodohkan denganku." Jelas Qina membuat Thata terdiam dan mencerna setiap kata dari sahabatnya itu.
"Dan kamu tahu siapa orang itu?" Thata menggeleng dengan begitu seriusnya.
"Dia adalah adik dari seorang pemiliki Art cafe, tempatku bekerja. Lelaki yang pertama kaliku lihat saat ia menyelonong masuk kedalam ruang kerja pak Rico di saat itu ada aku bersama bossku. Dia sungguh tak sopan pada kakaknya." Jelas Qina membuat Thata berpikir dan tersenyum.
"Ini namanya takdir." Ucap Thata seraya menatap Qina yang kini sedang menyeruput orange jusnya.
"Siapa namanya Qin?" Tanya Thata lagi yang mulai kepo.
"Rizky." Jawab Qina singkat sambil mengunyah pilus ditangannya.
"Kepanjangannya?"
Qina berpikir sejenak lalu ingatannya melayang saat ia bertemu untuk kedua kalinya di koridor kampus. Dan ia menyebutkan nama lengkapnya saat itu.
"Emm.. Wildani Ali Rizky."
"Nama yang indah dan sepertinya orangnya tampan." Qina mendelik tak setuju dengan persepsi sahabatnya ini.
"Tampan apanya! Cuek, dingin, kaku, iya." Jelas Qina sesaat mengingat tampang flat dan cuek Rizky. Membuatnya malas jika mengingat lelaki itu.
"Terus kamu terima perjodohan itu?" Tanya Thata lagi yang penyakit kepo akutnya mulai kambuh.
"Iya demi ibu dan amanah ayah." Jawab Qina jelas dan penuh semangat.
"Dan itu artinya nikah tanpa didasari rasa cinta?"
"Ya apa salahnya menikah tanpa dasar cinta?" Qina menaikkan alisnya menatap Thata.
"Ya gak sih, cuma sayang aja nikah itukan pastinya kita menginginkan menikah dengan seorang yang kita cinta, bukan?" Qina mengangguk membenarkan perkataan sahabatnya yang tumben lagi bijak-bijaknya.
Namun menurut Qina apapun ia lakukan demi orangtuanya yang sudah tiada, ia tidak memikirkan dirinya, lagipula Qina tidak tahu apakah lelaki yang ia suka. Juga menyukainya? Sebenarnya rasa itu muncul karena berawal dari rasa kagumnya pada atasannya, siapa orang itu? Ya lelaki beruntung itu adalah Rico. Lelaki yang membuat Qina terkesan dan kagum dengan lukisan-lukisannya di Cafe! Terutama lukisan yang ia lindungi tempo hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny (Sudah TERBIT)
SpiritualKETIKA SEBUAH TAKDIR MEMBAWAKU PADA DIRIMU... Rizqina Al Kahfi alias Qina adalah seorang Mahasiswi kedokteran di sebuah Universitas Negeri di Lampung atau biasa orang sebut UNILA. Ia juga seorang Waitress di sebuah Cafe, ia bekerja paruh waktu karen...