Part 2 : Takdir

12.5K 723 10
                                    

Setibanya di rumah sakit Qina langsung menuju ruangan ayahnya dirawat. Dengan wajah cemas Qina berjalan tergesa-gesa melewati lorong disetiap sudut rumah sakit.

Ia tidak bisa membayangkan kalau ayahnya sampai tiada dan meninggalkannya untuk selama-lamanya, didunia ini hanya ayahnya yang ia punya. Sementara Ibu telah sudah meninggal, entah sampai sekarang ia tidak tahu apa yang menyebabkan ibunya meninggal.

"Ayah..." Qina sampai didepan pintu ruangan dimana ayahnya sedang koma, ia hanya bisa melihat ayahnya dari kejauhan dengan air mata yang sudah deras mengaliri pipinya.

"Maafkan Qina!" Tangisnya begitu terasa sakit yang mendalam melihat orang yang begitu berharga dalam hidupnya sedang koma, bahkan kritis.

Namun tiba-tiba ayahnya sadar dan melirik Qina yang hanya melihat dari kaca pintu ruangan. "Qina!" Ujar Dani---Ayah Qina dengan begitu lirih.

Dengan cepat Qina membuka pintu dan masuk kedalam ruangan, air mata itu masih mengalir melihat ayahnya dalam kondisi menyedihkan. Qina pun genggam tangan ayahnya dengan air mata yag terus mengaliri pipinya. "Qina jangan menangis sayang, Qina harus kuat!"

Qina menggeleng lemah ia tak bisa kuat kalau melihat ayahnya sakit begini. Hanya ayahnya yang ia punya! Ia tak bisa hidup tanpa ayah.

"Qina sayang... kamu harus tahu nak kalau sebenarnya kau itu sudah mempunyai jodoh." ujar ayah dengan lirih yang seketika membuat Qina terkejut. "Kamu sudah dijodohkan sewaktu kamu dilahirkan dulu!" lanjut ayahnya yang mengingat masa lalu.

Qina hanya diam mencerna setiap kalimat dari ayahnya.
"Dan saat itu juga ibumu meninggal akibat menyelamatkan seorang anak lelaki yang hampir tertabrak oleh mobil, pada saat itu ibumu sedang mengandungmu,"

Tubuh Qina menegang mendengar cerita dari ayahnya,"Dan anak lelaki itu selamat sementara Ibumu mengalami pendarahan yang besar hingga kami harus memilih antara dirimu atau ibumu! Dan ibumu menginginkanmu yang diselamatkan. Dan setelah kau lahir Ibumu telah tiada!" Ayah bercerita tentang masa lalu keluarga mereka, yang begitu kelam dan tak pernah Qina tahu.

"Dan setelah beberapa bulan ibumu meninggal. Datanglah keluarga anak lelaki yang diselamatkan ibumu itu, mereka berniat untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya dan mereka juga berniat menanyakan soal perjodohan itu, dengan anak lelaki itu."

"Apakah ayah menyetujui perjodohan itu?"

"Ya tentu Ayah menyetujui perjodohan itu karena sebelum Ibumu tiada. Ibu dan Ayah sudah menerima perjodohan yang diminta oleh keluarga anak lelaki itu sebagai balasan jasa Ibumu." Jelas ayah yang seketika membuat Qina bungkam.

"Maafkan Ayah nak... tapi Ayah mohon demi ibumu!" Ayah seolah tahu arti dari raut wajah Qina yang tampak tak setuju dengan perjodohan itu.

Dengan hati yang begitu berat Qina mengangguk seraya tersenyum. Ia mencoba untuk menerima kenyataan ini, ia akan lakukan ini demi almarhumah ibunya. Ia tak mau mengecewakan ibunya.
Mungkin ini sudah takdir yang harus ia terima dan jalani.

"Terimakasih nak, kalau begitu ayah bisa istirahat dengan tenang sekarang." lirih ayah dengan senyuman yang membuat Qina tak kuasa menahan tangisnya untuk kembali pecah.

"Ayah gak boleh ngomong kayak gitu, hanya ayah yang Qina punya. Ayah... Ayah..."

Ayah tersenyum sebelum ia menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya.
"Lailahaillah..." ayah mengucapkan kalimat tiada tuhan selain Allah sebelum ia menghadap Sang Khalik.

"Ayahhh!!!"

Qina sudah menangis sambil memeluk ayahnya begitu erat, seolah tak mau kehilangan ayahnya untuk selama-lamanya, kini Ayah yang begitu ia sayangi sudah meninggalkannya untuk selamanya dan hanya doa yang bisa ia kirimkan untuk Ayah dan Ibunya disana.

My Destiny (Sudah TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang