"Ibu, adakah surga di bawah kaki Ibu?" tanya seorang anak kecil berusia 6 tahun.
Dia masih polos dan lugu, setiap malam dia selalu membasuh kaki sang ibu dengan air hangat. Tak hanya itu, dia juga harus berperang batin saat melihat ibunya bekerja memuaskan nafsu bejat pria-pria hidung belang. Kelahirannya bukanlah sebuah kesalahan, hanya perbuatan yang menciptakan dia ada di dunia itulah yang salah.
"Jiwa, apa kamu pernah mendengar sebuah kisah seorang pelacur yang masuk surga?" Sang ibu pun mengalihkan pertanyaan sang anak.
Apakah dia masih pantas menjawab, jika ada surga di bawah kakinya untuk sang anak? Sepertinya itu tak pantas dia ungkapkan kepada sang anak. Pekerjaannya yang hina, tak patut dicontoh.
"Iya Bu, Jiwa pernah mendengar cerita itu dan Jiwa juga sempat membaca kisahnya."
"Apakah kamu bersedia menceritakan kepada Ibu? Ibu ingin mendengarkan cerita itu, Jiwa," pinta sang ibu yang berbaring lelah di tempat tidur.
Jiwa mengeringkan kaki ibunya dengan handuk. Dia sangat mencintai ibunya, bahkan dia tidak pernah malu mengakui Rose sebagai ibunya. Meski dia tak pernah tahu siapa ayahnya, Jiwa tak pernah memedulikan itu. Yang dia inginkan hanya mencari berkah dari seorang ibu untuk menjalani kehidupannya di jalan yang benar. Mungkin terdengar mustahil anak seusia Jiwa dapat berpikir seperti itu, namun melihat dua lingkungan yang berbeda, Jiwa dapat membandingkan dan dia tahu mana lingkungan yang nyaman untuk dia hidup. Bukan tempat ini yang Jiwa inginkan.
"Jiwa ambilkan buku Alkisah dulu ya Bu," pamit Jiwa, lantas membongkar tas sekolahnya.
Bibir tipisnya tersenyum manis, mengingatkan Rose kepada seorang pelanggannya dulu. Pria itu adalah satu-satunya yang mampu meluluhkan kerasnya hati Rose remaja. Namun Rose menyadari siapa dirinya, ia merasa tak pantas bersanding dengan pria itu. Seorang anak pengusaha kaya raya dan keluarganya pun terhormat. Rose tak tahu siapa nama pria itu, dia hanya mengingat wajahnya. Saat ada kesempatan, Rose menanamkan benihnya di dalam rahim dia. Meskipun dalam aturan main itu tak boleh dia lakukan, namun Rose tak memedulikannya. Semenjak Rose hamil, pria itu tak lagi pernah mengunjungi tempatnya tinggal. Hingga sampai saat ini, Rose tak tahu di mana ia sekarang.
"Ini Bu, sudah ketemu." Jiwa kecil naik ke atas tempat tidur, lantas dia duduk di sebelah Rose, bersandar di bahunya dan mulai menceritakan yang ibundanya ingin dengar.
"Suatu ketika, terlihat seorang perempuan muda berjalan serseok-seok seolah menahan rasa letih. Sudah terlalu jauh ia menyusuri sepanjang jalan, untuk mencari sesuap nasi. Menawarkan diri kepada siapa saja yang mau, meski dengan harga yang murah, perempuan muda itu terlihat terlalu tua dibandingkan dengan usia yang sebenarnya. Wajahnya kuyu diguyur penderitaan panjang. Ia tidak memiliki keluarga, kerabat, ataupun sanak saudara. Orang-orang sekelilingnya menjauhinya. Bila bertemu dengan perempuan tersebut, mereka melengos menjauhinya karena jijik. Namun perempuan itu tidak peduli, karena pengalaman dan penderitaan mengajarinya untuk bisa tabah.
"Segala ejekan dan cacimaki manusia diabaikanya. Ia berjalan Dan terus berjalan, seolah tiada pemberhentianya. Ia tak pernah yakin, perjalananya akan berakhir. Tapi ia terus berusaha melenggak-lenggok untuk menawarkan diri. Namun sepanjang itu sunyi, sementara panas masih terus membakar dirinya. Entah, sudah berapa jauh ia berjalan, namun tak seorang pun yang mendekatinya. Lapar dan Haus terus menyerangnya. Dadanya terasa sesak dengan napasnya terengah-engah kelelahan yang amat sangat. Betapa lapar dan hausnya dia. Akhirnya sampailah ia di sebuah desa yang sunyi. Desa itu sedemikian gersangnya hingga sehelai rumput pun tak tumbuh lagi. Perempuan lacur itu memandang ke arah kejauhan. Matanya nanar melihat kepulan debu yang bertebaran di udara. Kepalanya sudah mulai terayun-ayun dibalut kesuraman wajahnya yang kuyu.
Dalam pandangan dan rasa hausnya yang sangat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KUPU-KUPU MALAM TERINDAH (SLOW UPDATE)
RomanceCinta!!! Tunggu aku kembali!!! ~Jiwa Jiwa!!! Tolong aku!!! ~Cinta Bagaimana jika kita hidup di lingkungan lokalisasi para pemuas hasrat pria hidung belang? Masih adakah diantara mereka yang memiliki niat hidup normal seperti orang kebanyakan? Cinta...