Chapter 4

42 2 0
                                    

Warning : Typo, gaje, gak nyambung, aneh

           Don't Like Don't read
.
.
.
.

"Ayo" ulang dava

"Iyah, tapi kita naik apa 😅" tanya kiya

"Aku bawa mobil"

"Oh begitu" kata kiya tecengang

Setelah itupun mereka keluar kelas dan segera menuju parkirkan.

"Masuk" perintah dava

Kiya hanya menganggukkan kepala lalu masuk ke dalam mobil dava .

Brummmm

Suasana di dalam mobil sangat canggung,karena tak ada yang membuka suara baik kiya ataupun dava. Terlihat beberapa kali kiya ingin membuka suara tapi ia urungkan.

"Kau ingin berbicara apa ?" tanya dava

"Ehh" gumam kiya sedikit kaget

"Dari tadi sepertinya kau ingin bertanya kan" kata dava

"Eh itu, tidak juga aku hanya agak risih dengan suasana canggung seperti ini "

"Hm"

"Dav,kenapa kau lebih memilih menjadi sahabatku,kan masih banyak gadis cantik di kelas" tanya kiya

"Memangnya kenapa? " tanya dava

"Aku merasa seperti mengenalmu tapi entah di mana" kata kiya

Deg

"Hanya perasaanmu aja"

"Tapi jawab pertanyaanku yang tadi" kata kiya dengan raut wajah cemberut

"Karena kau berbeda" jawab dava singkat

"Apanya? "

"Kau berbeda dengan gadis lain, kau aneh, kau apa adanya dan kau entahlah apa yang jelas sejak pertama kali bertemu aku merasa ingin selalu melindungimu" jawab dava dengan raut wajah datar

Blusss

Semburan merah di pipi kiya membuatnya menjadi lebih manis, ia tercengang mendengar kata-kata dava barusan, untuk pertama kalinya ia merasa dekat dengan orang yang baru ia kenal .

"Wajahmu memerah" kata dava

"Ap-apa! T-tidak kok" kata kiya sambil membuang muka

"Hahahaha, kau sangat lucu jidaat" kata dava

"......"

Ckiit

"Kenapa berhenti? " tanya kiya dengan wajah bingung

"Apa kau tidak lihat?"

"A-apa?  Oh sudah sampai 😅" kata kiya

"Hm"

Mereka berdua pun turun dan segera masuk kedalam cafe .

Clining clining

Suara lonceng yang di pasang di atas pintu berbunyi, saat kiya membuka pintu masuk.

"Kita duduk dimana? " tanya kiya

"Tempat favoritmu aja"

"Baiklah"

Kiya langsung menuju ke tempat favoritnya, yaitu di pojok dekat jendela kaca besar yang langsung menghadap ke jalan Raya, karena posisi cafe ini di dataran tinggi, jadi pemandangan dari dalam sangat Indah apalagi saat malam hari.

"Di sini" kata kiya

"Rupanya kau cukup pintar untuk memilih tempat" kata dava

"Terserah apa katamu -,-"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Plastic Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang