Move Up

45 3 2
                                    


             Karena waktu sudah malam, Akhirnya ku putuskan untuk pulang dengan hati yang penuh dengan kecewa.

             Ku langkahkan kaki yang begitu berat sekali melangkah, ku susuri parkiran dan mencari motor beat berwarna hitam. Oh rasanya begitu sesak sekali merasuki dada ini, segerah ku tarik gas menyusuri dinginnya malam ditemani dengan hitam legam nya aspal yang basah karna diguyur hujan. "aku berharap hujan turun lagi, menemani perjalanan pulang ku" lirih ku dalam hati.

Ya benar aku berharap hujan turun membasahi wajah dan seluruh tubuh ini, untuk menutup air yang jatuh dari mata ku.

"Ya Allah ... betapa bodohnya diri ini memenuhi undanganya", lagi-lagi aku menggerutu

Ku usap air mata yang jatuh di pipi, ku tarik napas dalam-dalam dan ku hempaskan kembali. Aku menyemangati diriku sendiri.

" hentikan tangismu, ia tak pantas ditangisi dan kembali lah kejalan yang kau yakini sesuai prinsip yang telah kau bangun,

yaaa.. benar dulu kau selalu menjaga hati mu dari cinta yang belum halal, kau jaga dari ikhwan tak bertanggung jawab, no baper ta.....!!!

taubatlah tita kembali lah seperti kemarin, bahkan lebih baik.. kau hanya boleh menangisi kesalahan mu bukan ia."

Tidak sadar cepat sekali sudah sampai depan rumah, ya jelas kecepatan motornya tak terkendali bukan seperti biasanya aku bawa, imajinasi, pikiran dan hati ku meraung-raung sepanjang perjalanan.

Kulemparkan tubuh ini ke kasur dan kupandangi langit-langit sambil bibir iniberistigfar dan pikiran ku berkecambuk mengatakan move on and move up ta, tanpa ku sadari aku tertidur dalam tangisan kekecewaan. 

Suara adzan berkumandang membangunkan para khalifah dunia untuk bergerak dan bertemu Rabb nya, aku bergerak melihat jam ternyata 03.30 suara adzan pertama untuk membangunkan orang-orang shalat tahajud, yah benar karena di daerah rumah ku di sekitar jakarta barat ini para ulama di kampung kami sepakat bahwa sebelum adzan subuh harus ada adzan sebelumnya untuk mengingatkan mereka sholat malam seperti yang diajarkan Rasul.

Aku pu bergegas mengambil wudhu, ku tunaikan kewajiban ku sebagai hamba-Nya, ku nikmati setiap raka'atnya, kucurahkan seluruh yang ada di dalam hati ini, hingga subuh berlalu digantikan dengan datangnya matahari yang menantang manusia beraktifitas.

Hp ku berdering, aku coba melihatnya ternyata telepon dari ataya..

"Assalamualaikum ya.." salam ku menyambut teleponnya

"Wa'alaikumussalam ta, hari ini datang kan?"

Datang kemana..?

Datang syuro ta, hari ini ada syuro agenda dauroh..

Oh.. iya , Afwan lupa, Insyaallah datang..

Baiklah, jangan lupa ontime, Assalamualaikum..

Wa'alaikumussalam..

Kenapa aku ini..??? bisa lupa agenda yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, ini karena kejadian semalam. Lalu aku harus bersikap bagaimana nanti kalau bertemu dia. Oh.. Ya.. Allah malu sekali diri ini. Ahhh sudah lah bersikap norma mungkin itu lebih baik. Ok, Tita ga ada yang tahu kejadian itu hanya kamu dan Allah yang mengetahui beserta malaikat pencatat amal, Aku menggerutu sendirian sambil siap-siap.

                                                                                              ***

Sampailah dimana tempat yang begitu banyak menciptakan cerita, aku melihat sudah ada karina, ataya, aisyah dan nanda. Ku salami mereka semua dan senyum mereka di bibir kita semua.

"Afwan, telat datangnya" permohonan maaf ku pada mereka semua

"Ga telat ko, ka kita janjian jam 9 ini masih kurang 10 menit ukhti" karina menyambar

" syukurlah, ikhwannya sudah siapa aja yang hadir ?"

"Ikhwannya ada misba, alif dan sandi, altar sendiri belum hadir dia kan koordinator di agenda ini, oia ta kamu kan bph nah coba tanya altar datang syuro ga?"

Aku diam sejenak, iya aku bph tapi apa iya aku harus menghubunginya bukannya sudah ada mas'ulnya. Apa lagi dengan kejadian semalam mau ditara dimana muka ini.

"Titaaa... ko bengong sih.." ataya memegang pundak ku

Aku hanya senyum sambil melihat hp melihat kontak wa ku, altar nama ini yang semalem membuat hati ku hancur tidak karuan, 

haruskah aku hubungi dia dan bertanya apakah dia bisa datang syuro..????

 hati dan otak ku tidak singkron dengan keadaan, mereka terus menerus bicara sendiri. Terpaksa aku buka chat dengan altar, ku lihat chat yang kemarin.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Udah ta, ga usah tanya al lagi, katanya misba al ga datang ada urusan, beliau sudah kordinasi sebelumnya." Ataya menjelaskan.

"Syuro kita mulai ya, hijab seperti biasa tetap kita gunakan walaupun yang datang sedikit " suara di sebrang hijab sepertinya misba yang bicara..

Akuberharap posisinya akan seperti ini kita syuro dengan dibatasi hijab, karenaterpisahkan oleh tirai hijab lebih nyaman, dan bukan itu saja karena disini adahati yang susah move on sejak semalam. 


Dari Balik Tirai HijabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang