Setelah melihat halte didepannya, Maura langsung berdiri, bergegas untuk turun dari bus yang mengantarnya ke sekolah. Tepat didepan halte, bus itu berhenti. Menurunkan Maura dan beberapa orang yang lain yang mempunyai tujuan yang sama dengan Maura. Maura menatap sekolahnya dengan senyum yang mengembang, lalu mulai melangkahkan kakinya memasuki area sekolah.
Hari ini cuaca sangat terik. Jam padahal masih menunjukkan pukul 06.30, tetapi panasnya matahari seakan – akan ingin membakar semangat mereka yang ingin belajar di sekolah. Bahkan, tak banyak siswa yang datang cepat karena mereka kira mereka sudah terlambat. Padahal biasanya jika jam segini, sekolah masih terlihat sangat sepi.
Maura berjalan menyusuri koridor sekolahnya dengan langkah santai. Earphone sedaritadi menyantol di telinganya. Seperti mendapatkan segudang semangat, senyuman Maura terus mengembang seperti biasanya. Membuat siapapun yang melihatnya jadi ikut tersenyum dan bersemangat.
Ini adalah hari ke 15 ia bersekolah disini. SMA Pertiwi, salah satu sekolah swasta yang cukup terkenal didaerah ibu kota Jakarta karena selain sekolahnya bagus, bangunannya pun cukup mewah. Dan juga siswa – siswi yang bersekolah disini pun kebanyakan siswa – siswi yang cerdas.
Maura berjalan menuju kelasnya. Dugaannya, kelasnya pasti sudah sangat ramai karena adanya tugas Fisika untuk pelajaran pertama. Dan tujuan mereka datang pagi adalah, untuk menyalin jawaban satu sama lain.
Dan dugaannya benar. Ketika Maura memasuki kelas, sebagian dari teman sekelasnya sudah datang. Mereka juga sedang sibuk dengan kegiatannya masing – masing. Ada yang suka rela menulis jawaban didepan kelas - di papan tulis -, ada yang sibuk menyalin jawaban dari papan tulis ke buku, ada juga yang sibuk membandingkan jawaban yang satu dengan yang lain membuat Maura hanya menggelengkan kepalanya. Karena, pemandangan dihadapannya adalah pemandangan yang sering ia lihat dipagi hari.
"Ra.."Intan, teman sebangku Maura melambaikan tangan kearah Maura. Tak ayal, diapun menyambut Maura yang kini sudah berjalan menuju bangku mereka berdua.
"Lo udah ngerjain Fisika Ra?"tanyanya langsung ketika Maura sudah duduk. Maura hanya menggelengkan kepalanya lalu mengambil buku Fisika beserta pulpen dari dalam tasnya.
"Itu udah kok..."protes Intan ketika melihat tugas Fisika Maura sudah penuh dengan goresan – goresan pensil.
"Belum gue tebelin maksudnya, soalnya itu masih pake pensil, takut salah sih"
"Ah masa bodo"dirampasnya buku Maura oleh Intan "Gue liat yaa??"pintanya lalu langsung membawa kabur buku Maura tanpa mendapat izin dari pemiliknya. Maura hanya tertawa kecil melihat perilaku Intan barusan. Karena menurutnya, Intan sangatlah lucu.
Jam sudah menunjukkan pukul 6.45. 15 menit lagi bel masuk berbunyi. Intan yang masih meminjam buku Maura masih belum selesai menyalin jawaban dari buku Maura menuju bukunya. Sedangkan Maura sendiri yang sibuk membaca novel – seraya menunggu bel masuk berbunyi – sesekali melirik Intan yang terus berdecak. Dugaan Maura, sepertinya soal yang Intan kerjakan mungkin salah membuat Intan terus berdecak dan ngomel – ngomel sendiri.
Sementara temannya yang lain, rata – rata mereka sudah mengerjakan karena acara mencontek berjamaah itu. Jawaban yang ditulis di papan tulis pun sudah dihapus bersih, karena takut ketahuan. Walaupun bel masuk masih lama, tapi mereka takut kelepasan. Takutnya, ketika guru masuk, jawaban yang ditulis dipapan tulis belum dihapus dan akibatnya mereka semua mendapat hukuman.
Didetik – detik menjelang bel, datang – lah Radit, disusul oleh Haikal di belakangnya. Radit dan Haikal adalah salah satu teman sekelas Maura. Bisa dibilang, mereka adalah soulmate karena – rumornya – mereka berteman sejak mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar.
YOU ARE READING
Leave
Random"Bertemu untuk berpisah. Datang untuk meninggalkan. Dalam hidupku, perpisahan tentu hal yang sangat biasa. Meninggalkan adalah option terakhir. Dan meninggalkan orang yang kita sayang adalah option terberat. Aku masih memiliki prinsip kalau orang be...