Tidak seperti kebanyakan orang. Aku bersyukur karena bisa dekat denganmu. Berbicara denganmu. Menatap wajahmu dari dekat. Bahkan dari jarak yang sangat dekat. Aku juga bisa menyentuhmu. Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya bisa menatap orang yang dikaguminyadari kejauhan. Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya bisa membayangkan wajah orang yang mereka kagumi. Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya bisa menghayal. Tidak seperti kebanyakan orang, aku beruntung bertemu denganmu dan diberi kesempatan untuk bisa mengenalmu lebih jauh.
Maura mendongakkan wajahnya dari novel yang sedang dipegangnya. Matanya menatap sosok yang – tengah memakai seragam yang sama dengannya – baru saja menghentikan motor. Dipandanginya sosok itu sampai dia melepas helmnya dan mengacak – acak rambutnya lalu merapihkannya lagi.
Maura tercengang menatap sosok itu. Apalagi ketika sosok itu menaruh helmnya di spion dan berjalan kearahnya. Maura bahkan sampai mendongakkan kepalanya supaya bisa melihat wajah dari sosok yang mempunyai tubuh tinggi jangkung dihadapannya. Haikal.
Jam masih menunjukkan pukul 06.00 dan saat ini Maura sedang menunggu bus yang akan mengantarnya ke sekolah. Tapi sosok yang ada dihadapannya membuat konsentrasi Maura pecah. Fikirannya pun kemana – mana. Ngapain Haikal ada disini? Bagaimana bisa Haikal tau rumahnya? Padahal setahu Maura, rumah Haikal sangat jauh dari rumahnya. Bahkan rumah mereka tidak searah. Tapi, bagaimana bisa Haikal berada disini? Pertanyaan itu terus berputar dibenak Maura.
Kedatangan Haikal sukses membuat dunianya teralih. Bahkan Maura tidak menyadari datangnya bus yang akan membawanya ke sekolah, kini sudah pergi. Orang – orang yang ada disana – yang sama sedang menunggu bus – bahkan sudah pergi. Menyisakan dua orang pelajar yang sedang saling tatap itu.
"Lo... ngapain ada disini Kal?" tanya Maura, terbata.
"Jemput lo. Berangkat yukk!" ajak Haikal. Tangannya terulur untuk mengajak Maura membuat Maura semakin bingung dibuatnya. Bahkan kemarin sifat Haikal masih sangat dingin, beda halnya dengan sekarang. Haikal menampilkan wajah dingin, tapi tidak di matanya yang memancarkan senyuman dan sarat kelembutan.
"Atas dasar apa nih lo jemput gue?" tanya Maura. Dia menutup novelnya dan kembali menatap Haikal tanpa mengindahkan ucapan Haikal dan uluran tangan Haikal.
Pria itu mengedikkan bahunya lalu tangannya yang terulur itu merampas novel Maura lalu balik badan. Berjalan menuju motornya.
"Yukk!" ucapnya seraya membuka novel Maura tanpa berniat membacanya. Maura mendengus, lalu mau tidak mau mengikuti langkah Haikal menuju motor. Haikal memang sangat dingin, bahkan menurut Maura, Haikal itu bagaikan gunung Everest. Indah, dingin, kokoh, dan mempunyai banyak rahasia didalamnya. Option yang terakhir itu yang sangat sulit untuk di tebak olehnya.
"Pake nih!" suruh Haikal. Dia menyerahkan jaketnya padaMaura dan menatap Maura lembut. Walaupun tidak terlihat diwajah, tapi sangat jelas bahwa Haikalmenunjukkan hal itu di kedua matanya membuat Maura bergeming. Melihat tidak adanya respon dari Maura membuat Haikal memakaikan jaket itu pada bahu Maura.
"Kal, jangan coba bikin gue baper deh. Suka sama gue baru tau rasa lo!" ucap Maura. Tangannya bergerak untuk memakai jaket Haikal yang Haikal sandarkan dipundaknya tadi. Mendengar penuturan Maura membuat Haikal tertawa lepas.
Gadis itu tertegun ketika melihat Haikal tertawa puas untuk pertama kalinya. Apalagi Haikal tertawa karenanya. Membuatnya menatap Haikal dengan tatapan terpukau.
"Gue terbang deh Kal liat lo ketawa gitu, apalagi lo ketawa jelas karena gue." jelas Maura membuat Haikal langsung menghentikan tawanya dan memasang wajah dinginnya. Maura memberengut kesal. Hanya butuh kurang dari satu detik bagi Haikal untuk mengubah ekspresinya. Walaupun Maura tau, dalam hati Haikal sedang mencoba menahan tawanya karena itu terlihat jelas – di mata Maura bukan yang lain –.
YOU ARE READING
Leave
Random"Bertemu untuk berpisah. Datang untuk meninggalkan. Dalam hidupku, perpisahan tentu hal yang sangat biasa. Meninggalkan adalah option terakhir. Dan meninggalkan orang yang kita sayang adalah option terberat. Aku masih memiliki prinsip kalau orang be...