Aku tidak tau. Apakah ini yang disebut kebahagiaan? Apakah hidupku sudah bahagia selama ini? Aku tidak bisa menjawabnya. Aku hanya mampu bertanya dalam anganku. Jelas aku merasa bahagia sekaligus sedih di satu waktu secara bersamaan.Ini adalah bulan ke lima setelah pernikahanku dengan pria di depanku ini.
Dengan jelas aku bisa memandang lekat wajah pria ini, yang secara resmi berstatus suamiku. Pikirku, aku bisa dengan leluasa mengusap wajah polosnya ini yang masih tertidur. Atau, sekedar meninggikan selimutnya yang turun. Tapi semua itu hanya anganku saja. Jujur aku tidak berani melakukan itu semua.Aku duduk di tepi ranjang, memandangi lekat wajah priaku, yang jelas-jelas dialah hak kuasa penuh atas diriku.
Aku tahu, dia punya banyak sekali pekerjaan yang sebenarnya susah untuk ditinggalkan. Aku tahu, pasti sulit baginya untuk meluangkan waktu berpura-pura untuk mencintaiku. Waktu untuk sekedar meluangkan sedikit istirakhatnya untuk mengantarku ke kampus.
Seribu kali aku memikirkan, aku tidak benar-benar bahagia. Aku kalah telak dibuat bimbang dengan pikiranku sendiri.Haruskah aku harus meninggalkannya?
Tidak, dialah yang seharusnya meninggalkanku.Dia tidak mencintaiku.
Hanya dirikulah yang mencintainya, cintaku lah yang bertepuk sebelah tangan.Bagaimana bisa? Aku sudah terlalu dalam mencintainya.
Ya memang benar, aku terlalu egois, aku mendekapnya seolah-olah dia hanya akan mencintaiku dan cinta kita saling terbalaskan sehingga kita akan bahagia. Namun ini bukan bahagia namanya, jika hanya aku yang merasakannya.
Aku terlalu egois, aku tidak tahu betapa tersiksanya dia hidup denganku.
Aku juga tidak bisa untuk sekedar membayangkan hidupku tanpanya.
Di depanku, pria yang amat aku sayangi. Dia adalah sosok nyata pria yang selama hidupku tinggal dalam pikiranku. Ku mohon, semoga waktu dapat menumbuhkan rasa dalam hatimu.***
"Oppa, apa kau tidak akan bangun?" Aku masih setia duduk di sebelahnya. Aku goncangkan sedikit lengannya yang masih memeluk guling dengan amat nyaman.
"Oppa, kau harus bangun. Sudah pukul 7, kau harus mandi dan berangkat bekerja."
Lagi-lagi ucapanku hanya dibalas erangan dari dia.
"Bangun dong Oppa, ayo mandi terus sarapan, aku menyiapkan masakan kesukaanmu."
Aku kembali menguncangkan sedikit lebih keras lengannya. Sudah ku duga, memang sangat menguras tenaga saat membangunkan kerbau besar ini. Namun mengingat didepanku adalah seseorang yang amat aku cintai, tidak sekalipun aku menyerah untuk membangunkannya.Ku dekatkan mulutku di telinganya, lagi dan lagi tak jenuh ku bangunkan suamiku yang masih tertidur pulas. Namun cara ini tidak akan manjur sama sekali. Padahal jendela sudah ku buka lebar-lebar. Dia masih tetap seratus persen nyaman dengan alam lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy with Luv-KTh✔️(18+)
Fanfiction"Kamu sudah suka aku belum?"-Aku tanya suamiku, jawab Taehyung!