Part 1

165 8 3
                                    

Manekin itu sangat cantik—menurutnya. Dengan mata onyx tajam, garis alis hitam yang tegas, hidung mancung yang proporsional, bibir pulm merah muda yang sexy, ditambah kontur wajah tirus menjadikkannya berlipat kali lebih menggoda.

Ia berulang kali memamerkan senyuman puasnya, tak menyesal membeli barang mati tersebut walau harga selangit.

Meski konglomerat lain membeli manekin berwajah anak gadis polos untuk kepentingan pribadi mereka, beda halnya dia—pria bersurai putih itu—menguras habis tabungan sepuluh tahunnya untuk manekin canggih berjenis pria.

Sakit?

Tidak, dia merasa normal.

Hanya merasa.., katakanlah dia mengidap suatu penyakit langka yang belum terdeteksi. Pasalnya, dia menganggap benda itu ialah yeojachingu-nya.

"Apapun yang terjadi, kau takkan mengkhianatiku." Suaranya merendah ditelan gelapnya malam, namun telinga seseorang disudut dinding itu mendengar.

Mengela napas jengah seraya menunduk, perlahan tapi pasti, oknum yang menguping itu mendekatinya.

"Ternyata benar kata orang."

"Apa kata mereka?" jemarinya tak henti mengelus surai cokelat madu kekasihnya tanpa memperdulikan lawan bicara dibelakangnya.

"Taeyeong-ah, kenapa kau seperti ini? Apa yang membuatmu berubah?" tersirat nada frustrasi disana membuat sebuah seringaian tercetak manis diparas pria bernama Taeyeong itu, "Apanya yang berubah? Aku tidak berubah sedikitpun."

"Kau menjadi gila!! Sadarkah kau?"

Tak terima dibentak, Taeyeong membalikkan badannya kemudian mendekati sosok yang tak jauh dari posisinya, "Apa yang membawamu kemari pria tua gendut yang menguras harta ibuku?" sepasang maniknya mengunci rapat pandangan pria renta itu.

"A..., apa maksudmu?" napasnya tersengal, seolah – olah direnggut begitu saja oleh orang dihadapannya.

Apartemen ini begitu sepi mengingat Taeyeong memberikan privasi ekslusif demi Rilla—pujaan hatinya. Lelaki berbadan buncit yang rela kemari ditengah malam bagai domba masuk lubang singa. Ya, itulah pikiran Taeyeong kini, tak mengacuhkan status diantara mereka. Kencannya yang rusak total membangunkan iblis dalam dirinya, dan Taeyeong sudah tidak sabar menanti waktu yang pas.

Jemari telunjuk serta tengahnya ia taruh dileher, tepatnya diluar urat nadi pria renta itu. "Bagaimana bila ini kusayat? Apakah rasanya sakit?" tanyanya seakan – akan pertanyaan tersebut adalah hal yang konyol.

Otomatis ia membelalakkan matanya tak percaya, lututnya mulai lemas, dan pernapasannya tidak teratur. Taeyeong begitu kuat mempengaruhi.

"A—aku ini Ayahmu.. te—tega kah kau berbu—bu.."

"Ssshhh.."

Taeyeong menempelkan kelingkingnya tepat dihadapan bibir yang bergemetar itu.

"Ayah? Ohh.. dari mana Ayah tahu aku disini? Apakah Ayah ingin membunuhku?"

"A—aniya! Mana ada seorang Ayah membunuh darah dagingnya sendiri!"

Meski takut, namun 'Ayah' dari Taeyeong ini tak menunjukkan tanda – tanda bahwa ia lemah. Taeyeong menyeringai.

"Lalu apa ini?" ia berhasil menggenggam tiga jenis pisau tajam dalam hitungan detik—bahkan sang Ayah tak menyadarinya.

"Da—da—dapat da—dari mana itu?"

"Sakumu, kau sangat tidak ahli dalam membunuh. Kini, biar kutunjukkan bagaimana caranya. Tapi ahhh.. kita tak punya contoh."

Taeyeong menggaruk kepalanya yang tak gatal, berpikir keras.

OPEN YOUR EYES (NCT FF)Where stories live. Discover now