Kirisa bukan orang baru dalam hidup Hayato. Mengenalnya lebih dari setengah umurnya sendiri sudah cukup baginya untuk menghapal segala sesuatu mengenai gadis itu. Misalnya, kebiasaan gadis itu untuk selalu membersihkan sepatu yang akan dipakainya esok hari pada malam hari. Atau kebiasaannya yang masih minum susu stroberi sebelum tidur.
Mereka bertetangga sejak kecil. Masuk Sekolah Dasar yang sama, SMP yang sama, SMA yang sama, hingga kini sama-sama kuliah di universitas yang sama meskipun beda jurusan. Sama-sama menjadi perantauan di Tokyo, dan apartemen mereka yang juga bersebelahan.
Ting tong.
Bel apartemen Hayato berbunyi. Eh, siapa yang datang sepagi ini? Bukannya Kirisa masih di Osaka, mengunjungi Ibunya?
"Kiri?" Hayato mengerjap tak percaya. Kirisa berdiri di depannya sambil mengacungkan kantung yang dibawanya.
"Aku sudah beli makanan. Ayo sarapan!" Kirisa melesat masuk ke dalam apartemennya. Ia menaruh kantung tadi di atas meja makan, mengambil piring dan peralatan makan lainnya dan menatanya di atas meja makan. Hayato tertawa kecil, berniat menggoda gadis itu sedikit.
"Tidak berniat memelukku dulu, hmm?" Godanya sambil merentangkan tangan. Kirisa mengerutkan dahinya.
"Kau kenapa?"
"Kau sengaja pulang cepat dari Osaka karena merindukanku, kan? Makanya, yakin tidak ingin memelukku sekarang?" Kerutan di dahi Kirisa tidak berkurang. Gadis itu justru menaikkan sebelah alisnya, memberinya tatapan 'Kau kenapa, hah?' seolah-olah Hayato menjadi gila hanya karena Ia tinggal selama tiga hari.
"Oke, aku bercanda. Mari makan." Sadar bahwa Kirisa bahkan tak mengerti dengan godaannya, Hayato memilih berjalan menuju kursi makan. Tapi Kirisa malah berjalan menuju dirinya dan melingkarkan lengannya di pinggang Hayato.
Kirisa memeluknya.
Hayato balik memeluk gadis itu, meletakkan dagunya di puncak kepala Kirisa.
"Kau benar-benar merindukanku, ya? Jantungmu berdetak cepat sekali, lho. " Ujar Kirisa sambil tersenyum usil.
Ya ampun. Ternyata gadis itu banyak belajar darinya.