Lima

241 18 4
                                    

Yua mengetuk-ngetuk penanya dengan bosan. Sungguh, jam istirahat yang singkat ini terlalu sayang jika hanya dilewatkan di perpustakaan. Bukan berarti Ia benci buku dan teman-temannya, tapi, hei, perutnya kan juga minta diisi. Sementara itu, laki-laki yang menyeretnya kemari justru sibuk mengisi formulir entah-apalah-itu di depannya. 

"Mizuki?" Serunya sekali lagi. Ia menaikkan sebelah alisnya, mulai jengkel.

"Sebentar, sedikit lagi." 

Hingga Mizuki selesai mengisi formulir entah-apalah-itu, Yua hanya duduk dan melamun.

"Jadi begini, aku mendaftarkan diriku untuk seleksi anggota dewan murid yang akan datang," Mizuki akhirnya buka suara.

"Oh."

"Dan setiap yang berniat mengikuti seleksi harus membuat esai tentang visi dan misinya menjadi anggota dewan murid,"

"Lalu?" 

"Bantu aku, Yua. Aku tahu kau yang paling bisa kuandalkan untuk hal-hal seperti ini," Mizuki mengatupkan kedua tangannya di bawah dagu sambil mengurucutkan bibir. Yua tergelak.

"Kau menahankanku disini hanya untuk itu? Ya ampun, Mizuki, Kau benar-benar... " 

"Ambil blocknote-mu, " Suruh Yua. Mizuki dengan cepat mengambil blocknote dari sakunya.

"Aku akan mendiktekan hal-hal penting yang harus ada dalam esaimu. Hanya intinya saja, selanjutnya Kau yang mengembangkannya sendiri." Ekspresi Yua berubah serius. Mizuki mengangguk.

"Pertama, Kau harus memperkenalkan dirimu lebih dahulu. Singkat saja, jangan terlalu panjang dan jangan memberikan informasi yang tidak berguna karena hanya akan menambah kesan bertele-tele. Lanjutkan dengan visi dan misimu sebagai calon anggota dewan murid, dan misimu harus sejalan dengan visimu. Jangan sampai misimu tidak sejalan dengan visimu. Hmm.. ahh iya, tambahkan juga harapanmu untuk kedepannya. Laluー"

"Yua," Potong Mizuki. Yua mendelik.

"Apa? " 

"Kau tahu, pemikiran ini tiba-tiba saja muncul dalam kepalaku, " Mizuki merendahkan suaranya, membuat Yua bertambah bingung dan mengerutkan keningnya.

Cepat katakan, Mizuki Itagaki.

"Kalau begini, jadi calon presiden pun mungkin tak masalah bagiku," 

"Hah? Kau, jadi presiden? " Yua tertawa lagi. Ia memegangi perutnya. "Lucu sekali, Mizuki... "

"... Sebab, Aku punya Kau sebagai calon Ibu Negaranya. "

Tawa Yua terhenti, berganti dengan suara lemparan pena yang mendarat di kening Mizuki.

Ah, dasar Mizuki. Masih saja sempat menggombal disaat seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Milky SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang