Fade Into Colors

74 8 0
                                    

Pagi yang cerah, waktu yang tepat untuk berangkat sekolah.

Kupakai jaket ber-hoodie kesukaanku lalu kuambil tasku. Berlari keluar rumah, aku mengayunkan tasku ke bahu sambil berteriak, "Ayah, Ibu, aku berangkat!"

Sambil mulai berlari, aku mendengar kedua orang tuaku menjawab dari dalam rumah. Tanpa sadar, aku tersenyum menikmati angin yang melawan arah berlariku dan melewati sela-sela rambutku.

Sambil terus berlari, aku menyapa beberapa tetanggaku yang sedang berlari pagi. Mereka menjawab sambil tersenyum.

Berbelok di pertigaan, aku langsung bisa melihat sekolahku yang jauh di depan. Aku mulai memelankan laju lariku. Hingga saat aku berada beberapa ratus meter dari sekolah, aku menghentikan lariku dan mulai berjalan.

Kurapikan rambutku lalu menutupi kepalaku seluruhnya dengan hoodie jaketku sebelum akhirnya aku berjalan pelan memasuki gerbang sekolah.

XXXXX

Berjalan di koridor, aku berusaha untuk tidak menyenggol ataupun menyentuh siapapun.

Aku adalah seorang wallflower. Seorang penyendiri. Aku lebih memilih menjauhi keramaian. Dan aku bukan tipe orang yang mudah berteman.

Aku di rumah dan kampungku berbeda dengan aku yang ada di sekolah. Di rumah, aku adalah seorang gadis periang, sedangkan di sekolah, aku hanyalah seorang siswi tanpa teman.

Perkenalkan, namaku Alisha Sheri Tyrell. Dan selamat datang di keseharianku di sekolah yang kelabu. Sesampainya di depan kelas, kubuka pintu masuk kelasku perlahan dan melangkah masuk. Lalu kututup pintu kelas di belakangku dengan perlahan juga.

Kulihat suasana kelasku. Tak ada yang menyadariku. Syukurlah...

Berjalan ke tempat dudukku di belakang, aku menghela napas. Satu lagi hari untuk dijalani dan dilewati.

XXXXX

Bel pulang sekolah berbunyi, aku berjalan perlahan di koridor. Dan saat itulah aku melihat ada segerombolan anak yang mengelilingi sesuatu. Atau lebih tepatnya seseorang, karena sesaat kemudian, aku melihat ada cowok yang keluar dari gerombolan itu dan mulai berlari ke arahku.

Aku mengenali wajahnya sebagai murid pindahan yang baru-baru ini menjadi bahan gosip para siswi. Aku tak terlalu menghiraukan gosip, tapi di sekolahku gosip menyebar bagai api yang membakar hutan yang kering jadi mau tidak mau aku akan mengetahuinya juga.

Aku mengenali wajahnya dari sebuah foto yang aku lihat (baca:intip) saat ada cewek yang memperlihatkannya ke cewek yang lain.

Eh, tapi ini bukan saatnya memikirkan tentang gosip, anak itu sedang berlari ke arahku! Dia nggak melihat ke depan lagi! Dia terus menoleh ke belakang. Hingga sesaat sebelum menabrakku, ia akhirnya menoleh ke depan. Akhirnya secara refleks, aku menghindar ke samping, bahuku hampir menyentuh bahunya.

Setelah ia melewatiku, kusempatkan diriku untuk menoleh ke arahnya untuk mendapati ia juga menoleh ke arahku. Terkejut karena ia menyadari keberadaanku, aku langsung berbalik dan mulai berlari sambil menutupi wajah dengan hoodie. Hampir saja...

Jangan tanyakan kenapa aku sangat tidak ingin terlihat oleh orang lain, karena begitulah diriku. Aku ingin menjadi tak terlihat oleh siapapun di sekolah sampai kapanpun.

Atau begitulah yang aku rencanakan pada awalnya.

XXXXX

Sampai saat ini.

Aku tak tau bagaimana ia bisa menyadari keberadaanku. Aku tak terlihat. Atau setidaknya seharusnya seperti itu. Dan aku seharusnya makan sendirian di pojok kantin dengan kepala menunduk seperti kemarin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fade Into Colors (Ind ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang