7. Prince From Fairytale

19.2K 1.8K 91
                                    


     Alden melangkah masuk ke dalam suite yang dia sewa. Berharap Nada sudah kembali dari kost Echa. Tidak mengerti kenapa, rasanya jadi tidak begitu menyenangkan saat tidak bersama dengan wanita itu. Nada jenis wanita yang kaku, dan sedikit terlalu naif. Jadi mudah sekali membacanya, lalu mengganggunya. Mudah sekali membuat wajahnya merona malu. padahal, berapa sih usianya? Malu-malu layaknya remaja belasan tahun harusnya sudah lama berlalu. Namun rupanya tidak ada yang memberitahu wanita itu.

"Nada?" panggilnya, membuka pintu kamar yang akan ditinggali Nada, lalu tersenyum. Nada sudah pulang, dan dia tengah berdiri, menatap ke luar jendela. "Bagaimana pertemuanmu dengan Echa? Kenapa dia tidak kau ajak ke sini?"

Nada terpaku, seolah tidak mendengar pertanyaan Alden. Tapi mustahil dia tidak mendengar, karena setelah Alden mengambil beberapa langkah untuk mendekatinya, Nada menyuruhnya berhenti.

"Tetap di tempatmu, Alden!" perlahan, Nada berbalik untuk menatapnya yang kontan saja berdiri kaku. "Atau haruskah aku memanggilmu, Pangeran Alden Caecar Al-Arkhan?"

Alden tertegun, tapi tidak merasa terkejut jika pada akhirnya Nada tau siapa dirinya. Hanya menyayangkan, terlalu cepat wanita itu tau identitasnya yang sebenarnya. Alden tidak tau seberapa dekat mereka dari pandangan Nada, untuk juga mengetahui seberapa peduli wanita itu padanya hingga mau diajak bekerja sama. Jika ternyata Nada memilih lari, mengancamnya dengan dokumen pernikahan resmi yang diam-diam telah diurusnya adalah satu-satunya jalan. Walau Alden berharap dia tidak perlu melakukan itu.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Nada. Pertanyaan yang Alden tau bukan benar-benar menanyakan siapa Alden sebenarnya, tapi lebih kepada tujuannya.

"Jadi akhirnya kau tau?"

"Jadi akhirnya aku tau?" ulang wanita itu dengan nada yang tidak percaya. "Jadi sebenarnya, sampai kapan kau ingin menyembunyikan fakta ini dariku? Apa sampai perjanjian ini berakhir?"

"Sayangnya... perjanjian ini tidak akan semudah itu untuk berakhir?"

"Apa? Apa sebenarnya maksudmu?"

"Bisakah kita membicarakan ini sambil duduk?"

"Tidak!" Alden tidak mengerti, kenapa Nada justru terlihat takut? Dilihat darimanapun, bukankah menikah dengan seorang pangeran dari Timur Tengah yang terkenal memiliki harta melimpah, adalah sebuah keberuntungan? "Jika kau ingin bicara, bicaralah sekarang. Di sini. Di tempat kita berdiri ini."

"Oke... oke... aku aku harap kau bisa tenang!"

"Aku sudah setenang orang yang tidak mengerti, kenapa seorang pangeran mau menikah denganku hanya demi sepuluh ribu dolar! Apakah semua ini hanya lelucon untukmu? Apakah rasanya menyenangkan, mempermainkanku?"

Alden merasakan gejolak amarah menghantamnya dengan keras. Sehingga dia sendiri tidak bisa melawan dirinya untuk berkata dengan dingin. "Apa bedanya buatmu? Kau juga menganggap semua ini lelucon, kan? Kau juga menganggap sebuah pernikahan hanyalah permainan sehingga kau berlari ke sana ke mari demi mencari lelaki yang akan kau sewa untuk kau nikahi secara kontrak! Jadi kenapa kau semarah itu padaku?"

Sepertinya kata-kata Alden menampar Nada dengan telak. Wanita itu terbelalak, menatap tak tentu arah dengan liar, sebelum tatapan itu berlabuh dan terkunci dengan tatapan Alden. "Kau benar. Kenapa aku begitu marah? Kau benar... terlepas dari siapa dirimu, kau hanyalah... kau hanyalah lelaki yang aku sewa untuk menikahiku secara kontrak. Kau benar.. aku hanya.. aku hanya..."

Nada tidak mengerti rasanya begitu menyakitkan ketika Alden berteriak dengan lantang, untuk menjelaskan jenis hubungan mereka. Inilah yang akan dia dapatkan jika berani menaruh hati pada seseorang. Hatinya akan patah, karena nyatanya orang itu tidak mau menjaganya.

A Prince For Rented #1stTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang