penculikan

88 9 3
                                    

"Aku belum menemukan apapun."

"Tidak masalah, pelan - pelan saja. Yang penting penyamaranmu tidak terbongkar."

Tatiana menatap ponselnya datar. Meski Darwin dengan santainya bilang tidak masalah, bukan berarti ini benar - benar tidak akan menjadi masalah. Perjanjiannya adalah Tatiana membantu mereka dalam rencana kudeta ini, dan mereka membantu Tatiana menemukan adiknya, Nia.

Tapi kenyataannya sampai sekarang Tatiana belum bisa menemukan apapun, ia juga tidak bisa mempengaruhi kebijakan Carlos agar lebih menguntungkan mereka, karena memang Carlos sama sekali belum membuat kebijakan.

Ia jatuh terduduk di ranjang kamar barunya.

Gaun putih bermotif yang tadi membalut tubuhnya sudah berganti dengan piyama sutra maroon yang Tatiana rasa terlalu mewah untuk dirinya.

Ia sudah selesai mandi dan sekarang bersiap - siap untuk tidur, namun carlos belum juga datang. Bukan berarti Tatiana mengharapkan sesuatu dimalam pertamanya ini, ia bahkan sama sekali tidak siap dengan pernikahannya dan Tatiana tidak yakin apakah ia akan siap.

Semuanya terjadi begitu saja, sama seperti pembunuhan itu...

Suara pintu yang terbuka cepat membuat Tatiana terhenyak dari lamunannya. Ia menoleh, Carlos sudah berdiri disana dengan senyuman lebarnya.

"Maaf menunggu lama, ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan tadi," ia terkekeh pelan "kau tahu sendirikan aku tidak bisa cuti dari posisiku ini."

"Tidak masalah."

Carlos menghela napas panjang, "tubuhku benar benar lengket, sepertinya aku harus segera mandi jika tidak ingin istriku kabur karena bau menyengat ini" Carlos mengedipkan mata sembari menggerak gerakkan tubuhnya pegal.

Tatapan Tatiana mengikuti punggung Carlos yang akhirnya menghilang dibalik pintu kamar mandi. Pria itu aneh, hanya dia satu - satunya orang yang tidak terintimidasi dengan tatapan dingin Tatiana. Dan malam ini Tatiana yakin, Carlos pasti tidak akan melewatkan haknya atas dirinya.

Tatiana menggeleng cepat, berusaha menepis jauh - jauh debar jantungnya yang mulai menggila. Tidak, ia tidak takut. Apapun yang terjadi nanti Tatiana akan menghadapinya dengan berani. Ia sudah melangkah sejauh ini, dan ia masih akan melangkah lebih jauh lagi demi mendapatkan adiknya kembali.

Berhubung sekarang Tatiana ditinggal Carlos ke kamar mandi, ia memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan menggeledah kamarnya sekali lagi, Mengulang kembali kegiatan yang tadi sempat gagal dilakukannya dan berakhir dengan terduduk lelah diatas tempat tidur.

Pilihan Tatiana jatuh pada laci kecil disamping tempat tidur. Dan benar pula, sehelai kertas putih yang ditulis tangan langsung menyambutnya begitu ia membuka laci itu.

Bagaimana ia bisa melewatkan ini tadi?

Terdengar suara pintu yang berdentum pelan. Tatiana menoleh kearah kamar mandi, ia kembali memasang ekspresi datar setelah sebelumnya menutup laci dengan gerakan cepat.

Ranjang di sebelahnya bergerak, Carlos duduk disana sambil tertunduk.

"Kau sudah menemukan jawabannya?" Gumam Tatiana pada Carlos, untuk sejenak ia melupakan surat dalam laci itu.

"Tentang pertanyaanmu waktu lamaran itu? 'Apa yang bisa kuberikan agar membuatmu percaya padaku sebagai suamimu',kan?"

Tatiana mengangguk,

"aku ingin kau yang menemukan jawabanku, ana" jawab Carlos sambil tersenyum tulus.

Tatiana tidak mengerti apa maksudnya, tapi entah kenapa ia berpikir semua ini tidak akan berjalan mudah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang