Kekuatan Hati

26 0 0
                                    

Pintu kamar ibunya kembali ditutup, kesibukan kini telah menjadi teman sehari-harinya, yang ia rasakan hanya menikmati setiap detik kehidupannya, langkah kaki yang seakan semakin lincah menggapai kesana kemari dengan tangan yang juga tak kalah cekatan, namun hanya bibir yang tak pernah bersuara, cukuplah lantunan doa dan syukur yang terucap dari bibir mungilnya, tanpa setetes riak mata yang meleleh membasahi pipi. dina anak yang amat tegar, kesulitan dan jeritan masalah hidup membuat hatinya berdiri kekar namun indah dalam prilaku, bak gunung yang indah terbentuk akibat perbenturan bumi.

terik mentari kini semakin hangat terasa, sudah saatnya ia bergegas ke sekolah setelah berjualan dari pasar membantu sang ibunda, kini kondisi ibunda berangsur membaik dan dapat melakukan aktifitas seperti biasa nya. pakaian yang lusuh karena tak pernah ia setrika, sepatu yang dikenakannya pun berlubang, juga tas yang disulam sana-sini. tapi takkan pernah menyurutkan api semangat belajarnya yang begitu membara, "Bu aku pamit sekolah dulu" dina menggamit tangan ibundanya lalu menciumnya deengan penuh kasih dan cinta. Belaian lembut dan doa yang tulus ia terima dari sang ibunda sebagai tanda restu melepas anaknya ke sekolah juga tanda cinta dan bangga kepada anak sulungnya "Iyah Hati-hati di jalan nak, Semoga kelak semangatMu ini dapat menghantarkanmu kepada cita-citamu". dengan berjalan ia pergi ke sekolah melewati tepian demi tepian hutan untuk sampai ke sekolah.

*******

Dengan beralas tanah dan memiliki dinding dari papan, sekolah itu tak terlalu nampak gagah malah terlihat cukup sederhana, sebuah bel lonceng terpajang di depan ruang kepsek yang tengah di ketuk oleh sang guru piket hari ini, menandakan jam sekolah akan segera dimulai, ritual yang biasa sekolah dina lakukan adalah apel setiap akan belajar di lapangan. dengan kumis yang tebal, langkah tegap dan suara yang agaak berat, kepala sekolah menaiki mimbar. berdiri dengan penuh wibawa di depan para murid menyampaikan pesan agar kami selalu memiliki semngat belajar dengan segala keterbatasan yang ada, karena hanya itu sesuatu yang dapat mendobrak kerasnya dinding kesuksesan, dimulai dari dini menanamkan sifat rajin dan jauhi sifat pemalas.

Sekolah dina baru menerima internet sebulan yang lalu melalui sumbangan dari lembaga kemanusiaan dari provinsi. itupun hanya satu komputer yang di miliki sekolah untuk praktik anak didiknya yang dipakai secara bergantian, biasanya anak-anak desa menggunakannya untuk mengetahui berita-berita saja, karena memang belum ada sosial media pada saat itu. dina yang amat tertarik dengan dunia virtual , setiap hari selalu menyempatkan untuk meminta izin kepada penjaaga lab menggunakan komputer, karena ia merasa dunia terlalu sempit jika informasi dan wawasan kita amat terbatas, sebaliknya ia merasakan dunia begitu luas dengan segala berita-berita di luar sana, kejadian-kejadiannya yang selalu menarik untuk di baca, sebagai bahan cerita untuk ibundanya. ia biasa bercerita di teras rumah sambil memijit sang ibu sepulang ia sekolah. "Bu, aku tadi melihat teknologi diluar sana amat canggih, mereka yang ada di kota menggunakan Alat komunikasi yang amat pintar dan biasa mereka sebut smartphone", ungkap dina sambil terus memijit ibunya. "Tau darimana kamu nak?" tanya ibunda. "aku melihat di internet bu" Jawab dina penuh yakin. Percakapan itu hampir tiap hari ia ceritakan dan selalu saja ada hal-hal baru yang akan ia bahas kepada ibunya.

Pukul 12 siang, bel lonceng pun kembali berbunyi. seriuh doa dan salam terdengar dari masing-masing kelas, derap kaki melangkah meninggalkan bangku bersuara penuh riang anak-anak yang ingin pulang ke rumah. Dina bergegas membawa segenggam cinta dan rindu kepada ibunda dan adik lelakinya. ia kini pergi ke pasar untuk mencari sedikit rezeki untuk ia dan keluarga menjadi pembawa belanja para pengunjung pasar, setidaknya itu sebuah pekerjaan halal dibanding ia mengharap belas kasih dari oranglain.

Dina termasuk anak dengan tipe introvert membuat ia tak terlalu memiliki banyak teman, di kelas ia duduk di bangku barisan terdepan, ia pun tak terlalu aktif bersosialisasi dengan teman-teman sekolah nya. Namun ia anak yang amat dicintai guru-guruNya karena ia pandai dan amat rajin.

Didalam perjalanan menuju ke rumah, dina melihat ada seseorang di dalam semak belukar tengah meronta-ronta kesakitan, langkahpun mendekati semak tsb dan kaget dina dibuatnya, ia melihat teman sekolahnya tengah terikat di sana. Secepat kilat ia pun melepaskan simpul ikat yang membebat tubuh temannya, bahunya ia persilahkan menjadi tumpuan temannya untuk bangkit dan mereka bergegas menjauhi tkp. "kamu kenapa bisa diikat seperti itu bon?" mata dina menatap wajah boni sambil berkaca-kaca. "Aku tadi mau di culik din, dijadikan sandera karena orangtua ku punya hutang sama rentenir, dan sampai sekarang belum mampu bayar, jadi aku dijadiin untuk sandera gitu din.!" Terang Boni panjang lebar kepada dina atas masalah yang baru saja menimpanya.

koq bisa sampai setega itu mereka memperlakukan anak kecil seperti binatang saja . Gumam dina di dalam hati.

Boni merupakan teman sekelas dina, ia anak lelaki dengan tubuh yang agak gempal berhias kacamata dan selalu menggunakan sepatu NB ketika di sekolah. ia sama seperti dina, seorang yatim. Ibunya pernah meminjam uang kepada sang rentenir kampung dahulu untuk membayar biaya sekolah boni, dan keperluan hidup sehari-hari. berhutang nya Pun tak terlalu banyak hanya 1 juta rupiah saja, namun bunga nya mencapai 10 juta. "Waw, itu suatu hal yang di luar nalar, bagaimana bisa mereka memeras orang kecil hingga ketulang mereka". "Lalu ibumu sekarang bekerja apa bon, agar bisa membayar hutangmu itu?". Dina kembali bertanya. " Ibu ku hanya seorang kuli cuci dan bekerja serabutan, mana mungkin kami dapat uang segitu banyakny din," "Rasanya aku ingin putus sekolah namun ibu memarahi aku, katanya itu biarkanlah menjadi beban dan tugas ibu untuk membayarnya" "aku amat kasihan dengan ibuku, namun bagaimana lagi disisi lain aku pun tak ingin membuat ibuku kecewa karena aku tak menuruti perintahnya" luapan emosi boni pun tumpah, perlahan matanya menganak sungai dan meleleh di pipiNya. dina tak kuasa mendengar cerita boni, ia ingin membantu namun tak tahu nbagaimana caranya.

ya tuhan kenapa engkau begitu besar memberikan cobaan kepada hamba-hambaMu yang sebenarnya juga telah di rundung kemalangan.

siku boni mengusap kedua belah matanya dan menarik bibir yang sejak tadi bergetar kaku. "Tapi aku juga bangga din dengan ibuku, ia amat menyayangiKu dan selalu mengenalkanku dengan tuhan, karena itulah aku selalu merasa ada yg mengawasi dan tak pernah sendirian" "Kata Ibuku kita memang tak memiliki apa-apa, tapi selama kita memiliki iman maka hati kita akan kaya" Senyum boni membuat dina kebingungan. ya dina tahu senyum itu bukan untuk menutupi getir hidupnya, juga bukan untuk menutupi luka di hatinya akan tetapi senyum itu bentuk ucapan syukur ny kepada RabbNya. senyum merupakan sedekah dan sunnah yang di ajarkan oleh baginda rasulullah shallahu alaihi wa sallam.  boni memang anak yang tegar, ia belajar banyak ketika di dekat boni.

sama seperti kegembiraan, kesedihan pun dapat memberikan kita kekuatan. hanya berbeda rasa saja.


** Next Part

Secercah rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang