Bab 3

12 3 0
                                    

     Hari seleksi pun tiba. Aku memakai baju terbaikku. Aku berangkat bersama tujuh orang temanku dan ibu kurus. Kami diantar dengan mobil oleh penyelenggara beasiswa. Kami tak henti-hentinya ber-wah karena selama hidup kami, kami belum pernah menaiki mobil.

     Setelah sampai di gedung penyelenggara, kami sangat kampungan. Naik lift saja kami teriak-teriak ketakutan. Tapi itu tak membuat ibu kurus malu.

     Kami disuruh masuk ke ruangan wawancara. Kami duduk di kursi tunggu untuk menunggu nama kami dipanggil. Setelah tujuhbelas menit menunggu akhirnya namaku dipanggil. Aku deg-degan sekaligus senang.

     Aku ditanyai banyak hal. Soal umur, soal rumah, lingkungan rumah, dan masih banyak lagi.

     Setelah wawancara, aku diberi sepuluh lembar soal dan dikerjakan di sebuah ruang yang sepi. Di sana hanya ada belasan anak. Mereka juga mengerjakan soal yang sama. Serta ada dua orang dewasa mengawasi anak-anak. Beberapa temanku juga ada di sana. Yang lain masih diwawancarai.

     Menghembuskan nafas. Itu yang kulakukan saat sudah selesai. Pertanyaan nya fifti-fifti. Ada yang sukar ada yang mudah.

     Setelah itu kami diperbolehkan pulang. Kami kembali diantar pulang ke rumah masing-masing agar pihak beasiswa tahu, bagaimana kondisi lingkungan kita.

     "Terimakasih, bu, sudah di antar-jemput. Semoga semua lolos terseleksi, ya," ucap ibu dengan wanita kurus itu.

     "Eh, iya. Kembali kasih, bu. Saya sangat bangga. Anak-anak didikan saya. Anak-anak seperti mereka ternya sangat cerdas."

     "Iya, bu. Saya juga tidak mengira akan ada beasiswa untuk anak-anak seperti kami. Alhamdulillah."

     Akhirnya mobil itu membawa teman-temanku pulang.

     Seminggu setelah seleksi salah satu temanku mulai penasaran. Kenapa kami belum dipanggil oleh penyelenggara beasiswa? Lalu ibu guru kurus mengatakan bahwa seleksi itu masih dalam proses. Tidak mungkin secepat ini. Baiklah. Kami akan sabar menunggu.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

       Disela-sela pelajaran...

     "Bagaimana, bu? Ini sudah satu bulan apakah ibu belum mendapat informasi dari pihak penyelenggara beasiswa?" Tanya salah seorang temanku. Aku menyimak.

     "Belum, Bella. Apakah kalian sangat tidak sabar?"

     "Hehehe. Iya, bu."

     Aku jadi ikut kepikiran dan penasaran. Siapakah diantara kami yang lulus tes beasiswa? Apakah aku? Apakah salah satu dari temanku? Apakah aku gagal? Pikiran itu terus terngiang-ngiang di kepalaku.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

     Dua bulan. Aku mulai resah. Lalu ku beranikan dan kumantapkan hatiku untuk bertanya ke ibu guru.

     "Emh... bu?" Aku mengangkat tangan.

     "Ya? Ada apa?"

     "Ini sudah dua bulan, bu. Aku semakin penasaran."

     "Begini anak-anak kalian yang kemarin seleksi, akan di telepon. Kemarin kalian sudah sertakan nomor handphone kalian kan? Jika tidak punya bisa cantumkan nomor ibu. Apakah belum ada yang ditelepon? Ibu juga belum mendapat panggilan."

     Delapan orang anak menggeleng. Mengisyaratkan jika belum ada yang mendapat panggilan.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

     Setelah tiga bulan ibu kurus menanyai hal yang sama sebulan yang lalu. Yaitu "apakah ada yang sudah mendapat panggilan?" Jawabannya pun masih sama seperti sebulan yang lalu.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

     Tililililit... Tililililit... Tililililit...

     Nada musik terdengar dari telepon butut itu.

     "Nak Melati. Tolong angkat telepon nya, sayang!" Pinta ibu.

     "Baik, bu."

     "Assalamualaikum. Maaf ini siapa ya?"

     "Waalaikum salam. Ini dari penyelenggara beasiswa empat bulan yang lalu."
    
     Lalu aku mendengar seseorang di ujung telepon itu, ia menanyakan namaku.

     "Eh, iya benar. Ini saya kakaknya. Ada apa ya?"

     "SELAMAT, SELAMAT DAN SELAMAT !!! Adik anda sangat cerdas. Ia terpilih satu diantara limapuluh orang di kota ini yang lolos ke tahap seleksi selanjutanya. Sekali lagi, SELAMAT, SELAMAT DAN SELAMAT!!! Anda dengan keluarga bisa pergi ke kantor kami yang berada di Jalan Catursari no. 16 pada jam kerja delapan pagi hingga jam delapan malam. Terimakasih. Kami tunggu kehadiran anda beserta keluarga. Salam." Nuut~

     "Yeeeee!! Alhamdulillah, ya Allah. Adik? Apakah kamu dengar apa yang bapak ini bicarakan?"

     "Alhamdulillah, kak. Terimakasih ya Allah. Ini semua berkat-Mu."

     "Alhamdulillah, Nak. Ini juga berkat kerja keras mu dan kegigihan mu selama ini. Selamat ya, nak."

     Kita sekeluarga menangis penuh haru sukacita dalam pelukan hangat.

Succes from StudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang