Bab 2

23 3 0
                                    

     "Ibu, aku ingin dibelikan hadiah sepatu untuk ulang tahunku. Beberapa temanku sudah ada yang punya. Aku ingin, bu," rengekku.

     "Kamu itu! Kamu ingin membebani ibumu? Apakah kamu tidak ingin makan selama satu bulan, hah?!" Bentak Kak Melati. Aku hanya tertunduk menyadari apa perkataanku barusan.

     "Sudahlah, Melati. Sayang, tunggu ibu ada rezeki ya. Ibu akan menjual roti keliling untuk menambah-nambah penhasilan. Bismillah ya, sayang." Kata-kata ibu selalu membuatku tentram.

     "Tapi kamu juga harus membantu ibu, dik!" Tambah Kak Melati.

     "So pasti, kak!"

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

     Hari ini hari ulang tahunku. Saat aku bangun dari tidurku yang nyenyak, aku melihat ada sekotak kardus bekas didekat kepalaku. Apa itu?

     Lalu tanpa basa-basi aku membuka kotak itu. Hah? Sebuah handphone butut? Milik siapa ini?
Tiba-tiba ibu dan Kak Melati muncul dari balik dinding anyaman bambu itu.

     "Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun. Selanat ulang tahun untuk adikku...." Nyanian Kak Melati membuat pagiku semangat.

     "Selamat ulang tahun, sayang. Itu kado untukmu. Maafkan ibu, ibu hanya bisa membelikan handphone bekas. Tidak bisa membeli sepatu yang kau inginkan."

     "Tidak apa-apa, bu. Terimakasih bu, kak." Walaupun hanya hp sekond uang harganya mungkin hanya enampuluh ribu, aku tetap senang.

☆☆☆♡♡♡♡☆☆☆

     Jam delapan lebih lima menit pagi, kelasku dimulai. Ibu guru itu memberitahukan bahwa ada beasiswa untuk anak-anak rendah seperti kalian yang cerdas. Lalu ibu guru itu memberi kami(murid-murd) lima belas lembar soal. Isi soalnya tentang berbagai pelajaran yang kami pelajari di sekolah kecil itu. Beberapa pertanyaan ada yang mengait tentang kehidupan sehari-hari. Aku mengerjakan soal itu dengan serius.

     Setelah jam sembilan tigapuluh kita harus mengumpulkan soal beserta jawaban kepada ibu guru kurus itu. Selagi ibu kurus mencocokkan jawaban dan nantinya akan dikirim kepenyelenggara beasiswa, kami disuruh untuk menggambar bebas.

     "Setelah ibu koreksi ternyata ada delapan orang yang mendapat nilai diatas sembilan. Delapan orang tersebut adalah...."

     Tak disangka diantara nama-nama tersebut diaebutkan namaku. Wah. Tak bisa dipercaya. Rasanya aku ingin cepat pulang untuk memberitahu ke ibu dan Kak Meati.

     "Kalian yang ibu sebut namanya tadi akan diseleksi serta diwawancarai tentang kehidupan kalian. Nanti, ibu akan mengirim hasil ini ke penyelenggara beasiswa. Ibu juga akan memberitahu kalian kapan seleksinya. Sekarang tolong kumpulkan hasil gambaran kalian." Jelas ibu kurus itu panjang lebar.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

     "Assalamualaikum, bu!"

     "Waalaikum salam. Ada apa ini? Kenapa muka adik kelihatan gembira sekali? Ada apa, sayang?" Tanya ibu penasaran.

     Lalu aku menceritakan kejadian selama dikelas tadi. Aku dapat seleksi beasiswa tahap awal, nilaiku, dan sebagainya. Aku gembira sekali sampai pada saat akhir ceritaku aku terengah-engah betbicara.

     Ibupun tak bosan bosannya mengucap syukur kepada Tuhan. Ibu juga menasihatiku jika ingin lolos sampai tahap akhir, giat giat belajar.

     "Lalu jangan hanya belajar yang giat pagi, siang, malam tetapi juga senantiasa beribadah kepada Yang Kuasa, sayang." Timpal ibu.

     Kali ini, perkataan ibu ada benarnya juga ya. Padahal semua kata-kata yang keluar dari mulut ibu semua benar.

     "I iya deh ingatkan aku ya, bu!"

     "Setiap hari kan, sayang?"

     Eh?  Aku jadi salah-tingkah.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

     Setiap hari, pagi, siang, dan malam aku selalu belajar. Jika aku punya waktu luang, aku menyempatkan belajar. Aku juga diingatkan oleh ibu untuk selalu beribadah kepada-Nya. Aku pun selalu menurut demi mendapatkan beasiswa itu.

     Kata ibu, usaha saja tidak cukup. Mau kerja sekeras apapun jika tidak diselingi dengan mengingat Allah, untuk apa? Kita juga akan senantiasa diingat Allah kalu kita juga mengingat-Nya.

     Pagi hari setelah sekolah, aku mengulang kembali apa yang tadi kami pelajari. Ibu kurus itu mengajari kami banyak hal. Tentang jujur, tentang menghormati orang tua, dan masih banyak lagi.

     Siang hari, waktu aku istirahat dari bekerja menyapu jalanan kota, aku membaca bukuku di bawah pohon rindang. Suasana sejuk tapi sedikit bising aku tetap bisa menyerap.
    
     Aku juga mengawali dengan membaca basmalah dan megakhiri pekerjaan ku dengan hamdalah. Aku meningkat drastis akhir-akhir ini.

     Setelah sholat isya' dan makan malam, aku menggisok gigi ku dan tiduran di kasur setebal 20cm itu. Aku membaca-baca bukuku hingga aku tertidur.

     Itu yang kulakukan selama ini. Aku harus berusaha sangat keras demi beasiswa itu.

~~

Succes from StudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang