Bab 6 - penyelesaian

34 3 0
                                    

     "Jasmiinn!!!" Teriakku. Dia sudah mengerjaiku dengan melempar telur dan tepung. Memang sih hari ini ulang tahunku yang ke 22. Dua tahun lagi aku S3.

     "Jasminn! Emangnya aku adonan? Main lempar ajaa!" Teriakku sambil berlari mengejar Jasmin. Fyuh. Jasmine berlari sangat cepat. Maklum dia anak olahraga. Walaupun aku juga anak olahraga tapi lariku tak secepat dia.

     "Piss piss. Ampun aku ngalahh!"

     Setelah aku menangkap Jasmine kita langsung tergeletak di rerumputan depan asrama. Sikap kami masih seperti anak kecil. Gara-gara Jasmine, kami jadi pusat perhatian. Kan, aku nggak suka.

     "Maksudmu apa, Jas?" Tanyaku yang masih terengah-engah. Jantungku berdegup kencang. Mungkin Jasmine juga.

     "Kan maksud aku bercanda. Eh kamu malah nganggap serius."

     Jantungku kembali berdegup kencang saat ada yang menjulurkan tangannya untukku. Lalu aku menatap matanya. Hah? Siapa dia? Aku pun berdiri tanpa bantuan dari tangannya. Maaf, bukan mukhrim mas.

     "Eh kamu, Charless. Wazzap man?."

     "I'm fine, Jasmin. Kamu juga gimana kabarnya?"

     Oh cowok ganteng ini namanya Charless.

     "Ya seperti yang kamu lihat sekarang. Oh iya. Kenalin nih temenku." Jasmine menyebutkan namaku. Charless langsung mengulurkan tangannya.

     "M.. maaf bukan mukhrim."

     "Oh. I'm sorry."

     "No problem, Charless."

     Tiba-tiba Jasmine ngelirik-lirik aku dan Charless yang sedang berdialog kecil.

     "Ehem. Aku di kacangin aja nih. Nggak diajak ngobrol gitu, kek?"

     Ih dasar Jasmine. Mengganggu orang baru terbang.

     "Em.. aku mau kekamar, Jas. Mau mandi, ganti baju. Kalau kamu mau ngobrol sama Charless dulu gapapa, kok."

    "Iya. Maaf ya." Aku mengangguk. Sebenarnya, aku sangat malu berjalan di koridor utama sambil dilihatin banyak orang. Gimana lagi? Nggak ada jalan lain.

     Selama mandi, orang ganteng nan menggemaskan tadi terngiang-ngiang di pikiranku. Ih, paan sih? Buang jauh-jauh. Tapi dia lumayan sihh.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

     Karena Jasmine tahu di rekeningku ada jutaan dollar singapura, Jasmine menyarankanku untuk membangun rumah saja di Singapura. Aku berpikir-pikir lagi. Boleh juga nih, ide Jasmine. Lagian di Indonesia juga tidak ada kerabat dekat. Semua merantau. Baik. Akan aku telepon mereka.

    "Hallo Assalamualaikum, bu."

     "Waalikumsalam, sayang. Ada apa?"

     "Eh, kok ada apa? Anaknya telepon ibu ditanya kenapa, lagi. Ya tanya kabar lah ibuku sayang."

     "Hehehe.. iya, nak. Alhamdulillah. Kabar ibu baik. Biasa sih."

     "Kak Melati mana, bu?"

     "Kak Melati baru menolong ibu membuat kue pesanan." Sekarang, usaha ibu lancar dan mujur. Sudah buka toko kue.

     "Ya sudah. Titip salam untuk Kak Melati. Bu, Jasmine meyarankanku untuk membangun rumah di Singapura. Apa ibu berkenan?"

     "Ha? Di.. di Singapura? Boleh. Boleh kok. Tapi apakah kamu punya banyak uang?"

    "Sudah lebih dari cukup kok, bu."

Succes from StudyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang