4

4.3K 131 6
                                    

Lega rasa hatiku mendengar perkataan temanku Neza. Aku tidak begitu merasa malu mengingat jilbab merupakan kebutuhan, meskipun aku harus mendapatkanya dengan orang lain. Setelah aku menerima pakaian jilbab dari pihak remas, aku merasa sangat bahagia dan aku kira tak ada lagi cobaan yang berarti karna aku tinggal memakainya tanpa dipungut biaya sepeserpun. Tapi kenyataanya tak seindah yang kubayangkan. Ternyata mengenakan jilbab lebih berat cobaanya daripada mendapatkannya.

Cobaan yang datang dari berbagai pihak. Dari orang tua, kakak, adik, mereka selalu mencomoohku dengan berbagai kata-kata yang kasar dan kotor. Yang nggak pantas lah, dan berbagai macam penghinaan yang lain harus kuterima setiap waktu. Aahku juga sering mengatakan kalau aku bersikeras memakai jilbab, beliau tidak akan menyekolahkan dan tidak mengurusku lagi. Sementara ibuku yang paling kucintai ternyata berpendapat sama dengan ayahku.

Mentari dibalik JilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang