B

6.7K 774 66
                                    

Seoul, Mei 2012

Jaejoong menangis dengan tubuh polosnya, ia duduk dengan memeluk lututnya, bahkan ia tak berani untuk mendongak melihat suasana. Bibirnya bergetar meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya. Sangat jelas betul siapa yang memperkosanya, bahkan ia melihat pemuda itu di bawa beberapa orang berjas yang hanya melirik Jaejoong dengan tatapan hina.

"Tuan muda sudah kami temukan tuan, sepertinya telah terjadi sesuatu, apa mau aku selesaikan?" Jaejoong mendengar itu, apakah dirinya yang di maksud 'untuk diselesaikan'?

"Kami hanya mendengar Tuan muda mabuk saat pergi dengan teman-temannya."

"Baiklah."

Mereka pun pergi, sementara Jaejoong merasa semakin hina, bahkan aroma menjijikan sangat tercium jelas. Ia menangis. Tubuhnya pun terasa hangat tiba-tiba, jelas saja, sebuah mantel menutupi tubuh polos Jaejoong, ia mendongak, air matanya kembali mencelos, ia pun hanya mampu diam saat tubuhnya di peluk secara erat oleh seseorang.

.

.

"Jebal, ahhh.. jangan, ku mohon hentikan. appoohh... appoohhh hiks." Jaejoong mengigau, Yunho hanya diam melihat Jaejoong, apa yang sebenarnya terjadi 4 tahun lalu? Dokter mendiagnosa Jaejoong mengidap kanker rahim, dan harus mengangkat rahimnya agar nyawanya tertolong. Sesekali ia melihat kedua balita yang berada di samping Jaejoong, tak ada jeranya mereka meminta Jaejoong terjaga. Sakit. Itu yang Yunho rasakan pada hatinya.

"Terimakasih sudah membantu Jaejoong ke Rumah Sakit." ujar Yuchun, Yunho hanya melirik Yuchun tanpa bicara.

"Changwook, Changmin. Sebentar lagi Junsu Ajhusi akan datang menjemput kalian."

"Min mau cama umma! ajhuci caja yang pulang!"

"Wookie juga! umma lagi cakit!" Yunho melihat Changwok dan Changmin, apakah mereka benar-benar anaknya? sejahat itukah dirinya terhadap Jaejoong? Bahkan kini seluruh orang mengatakan Jaejoong adalah sampah dan pelacur hina?

"Apa saja yang kau ketahui tentang kejadian malam itu?" tanya Yunho, Yuchun melirik Yunho sekilas dan menghelakan nafasnya.

"Kurasa semua sudah berlalu. Jaejoong pun tak pernah suka membahas hal ini. Aku hanya tak mau kau mengira kami mengada-ada. Cukup kau biarkan Jaejoong hidup tenang saja, dan biarkan Jaejoong bersama keluarganya, paling tidak Kim ajushi tahu jika anaknya sakit. Jangan mengancam kehancuran akan usaha yang telah Kim Ajhusi jalani sehingga ia harus rela membuang anaknya." Yunho terdiam sejenak.

"Aku tidak pernah lakukan semua ini." elak Yunho. Yuchun hanya diam menatap Yunho, masih sajakah ia mengelak?

"Terserah kau saja Yunho-ssi." Kini Yunho yang terdiam, apakah ia harus buktikan semua ini? apakah ia harus melakukan tes pada kedua balita yang mereka katakan anaknya? darah dagingnya?

"Aku akan melakukan tes terhadap anak-anak itu, jika mereka benar anak-anakku, aku akan lakukan apapun untuk menebus kesalahanku." Yuchun menatap Yunho, ternyata pria ini ragu akan si kembar.

"Silahkan." ujar Yuchun. Yunho segera menghampiri Changwook dan Changmin, ia menuntun kedua bocah tersebut kesuatu tempat. Yunho meminta salah satu dokter disana memeriksa kecocokan DNA kedua balita tersebut dengannya. Jujur yang Yunho rasakan, begitu nyaman bersama kedua balita tersebut.

Di lain tempat, Yuchun hanya mampu memandangi Jaejoong yang terbaring, Jaejoong belum tersadar, Yuchun hanya mampu menghelakan nafas beratnya.

"Kau kuat Jae, itulah yang kami ketahui. Bahkan kau menyikapi semuanya dengan tegar. Tuhan menyayangimu, aku yakin itu. Tuhan akan membantumu membersihkan namamu."

You don't know✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang