Jaejoong terdiam termenung, bahkan ia tidak fokus menemani Changwook dan Changmin bermain, Junsu melihat keganjilan tersebut, sejak Seminggu lalu pasca mereka bertemu dengan Mr. Kim di supermarket, Jaejoong menjadi pendiam dan semakin diam.
.
“Joongie?” sapa Mr. Kim dengan wajah penuh kejut begitu pun Jaejoong. Jaejoong segera menarik Changwook dan Changmin menjauh dari Ayahnya tersebut.
“Ma-maafkan anak-anakku Tuan.” Ujar Jaejoong, Mr. Kim diam sesaat, Jaejoong tidak memanggilnya dengan sebutan ‘Appa’. Mr. Kim melihat Changwook dan Changmin.
“Anak-anakmu?” Tanya Mr. Kim, Jaejoong hanya diam dan menggendong Changwook dan Changmin.
“Su, bawa keranjangnya. Aku akan membawa Changwook dan Changmin, kita kembali pulang. aku lelah.” Ujar Jaejoong berlalu begitu saja tanpa pedulikan Mr. Kim.
“Ajhusi, maaf kami kembali.” Ujar Junsu pamit kepada Mr. Kim.
“Suie, apa Jaejoong tinggal denganmu selama ini?” Tanyanya, Junsu pun mengangguk.
“Dia sudah menikah? Apakah itu anak-anaknya? Lalu bagaimana istrinya?” Tanya Mr. Kim, Junsu hanya mampu tersenyum miris mendengarnya.
“Jaejoong hyung belum menikah sama sekali ajhusi. Bukannya kau tau Jaejoong pernah di perkosa?” Mr. Kim terdiam.
“Jadi itu benar?” tanyanya, Junsu pun mengangguk.
“Kejadian yang Jaejoong hyung laporkan benar, aku saksi kejadian tersebut. Changwook dan Changmin adalah bukti kejadian malam itu, bahkan siapa sangka anakmu memiliki rahim layaknya Yeoja ajhussi.”
“Arra. Tolong jaga dia Suie. Katakan padanya, aku merindukannya, dia boleh kembali.”
.
Junsu menghampiri Jaejoong yang masih setia melamum, Junsu benar-benar kehabisan akal dalam membuat Jaejoong kembali ceria seperti dulu, dunia Jaejoong kini terlihat sangat kelam. Ia ingin Jaejoong kembali tersenyum dan tertawa sepenuhnya.
“Hyung, masih memikirkan kejadian di Supermarket hn?” Tanya Junsu, Jaejoong pun melirik Junsu dan terdiam.
“Sepertinya Ajhusi telah menyesal, ia merindukanmu hyung, ia ingin kau kembali padanya.”
“Aku tidak bisa Su, semuanya begitu sulit, bukannya kau ingat betul dimana saat aku sulit dulu? Tidak ada yang mempercayaiku, tidak ada satu pun selain kau dan Yuchun Su, bahkan orang yang aku anggap Appa pun tidak memihakku, sulit Su, sangat sulit.” Junsu hanya terdiam tak tahu harus berbicara apalagi. Tak lama ponsel Junsu pun berdering, ia melihat kontak Yuchun memanggilnya, Junsu segera menerima panggilan tersebut.
“Yeoboseyo.” Wajah Junsu berubah menjadi tegang saat menerima panggilan tersebut, bahkan ia mencari remot televisi untuk menyalakan televisi, Jaejoong hanya mampu menyeritkan dahi karena heran akan tingkah Junsu. Mata Jaejoong membulat sempurna saat melihat siapa yang berada di layar televisi tersebut.
“Sebelumnya aku meminta maaf kepada KJJ. Kejadian 4 tahun silam membuat namanya buruk, kejadian itu benar terjadi, aku memperkosanya dalam kondisi tidak sadar, jujur saja aku tidak dapat mengingat dengan jelas kejadian tersebut, seluruh orang yang mengetahui hal ini menyembunyikannya secara rapat dengan alasan nama baik keluarga, aku baru mengetahui kejadian sebenarnya. Tuhan adil dan menunjukan kebenaran atas kejadian malam itu.” Yunho menundukan kepalanya kepada kamera untuk permohonanan maaf, Junsu melirik Jaejoong sekilas, Jaejoong hanya diam dengan wajah tanpa ekspresinya.
“Matikan Su, aku tak mau melihatnya.” Ujar Jaejoong, Junsu pun menuruti ucapan Jaejoong. Jaejoong segera beranjak dari tempat duduknya.
"Changwook dan Changmin tidak boleh melihat ini, usia mereka memang masih kecil, tetapi mereka anak-anak yang cerdas, aku tak ingin mereka banyak pertanyaan dan pada akhirnya mengganggu perkembangan pertumbuhan mereka." Junsu pun mengangguk. Jaejoong berjalan memasuki kamarnya, Junsu tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan saat ini.
.
Di lain tempat, Yunho sedang berhadapan dengan Mr. Jung yang tak lain Ayah kandungnya sendiri. Tatapan Mr. Jung begitu marah terhadap Yunho, Yunho tahu apa alasan Ayahnya marah terhadapnya.
"Mengapa kau begitu bodoh? kasus ini sudah lama, dan mereka pun sudah diam, mengapa kau bahas kembali ke Media?!" Marah Mr. Jung, Yunho masih terdiam menatap datar wajah Ayahnya.
"Mengapa Appa lakukan semua ini? Karena Appa seseorang menderita, bahkan mereka menghinanya akibat kesalahan yang pada dasarnya ulahku. Mengapa Appa lakukan ini? Appa tahu? karena kejadian itu hidup Jaejoong tersiksa?"
"Appa tidak peduli, sekarang kau urusi semuanya, media sedang ramai membahas ini. Jika kau berbicara yang bukan-bukan lagi, Appa akan menyuruh anak buah Appa mencari Jaejoong dan memberi pelajaran padanya." Tangan Yunho mengepal kuat mendengar ucapan Appanya.
"Jangan menyentuh Jaejoong sedikitpun!" Mr. Jung pun tersenyum. Yunho sangat tahu bagaimana sifat Ayahnya, Jaejoong dalam situasi bahaya, kemungkin besar Changwook dan Changmin akan mengalami hal serupa. Yunho segera pergi, ia harus menemui Jaejoong saat ini juga dan membawanya pergi bersama kedua anaknya, ia sudah membuat hidup Jaejoong tersiksa selama ini, ia tak ingin Jaejoong kembali menderita akibat ulah Ayahnya.
.
Jaejoong mencoba tersenyum melihat kedua anaknya bermain di hadapannya, ia tak mungkin sanggup melihat kedua anaknya di hina nantinya, sudah cukup dirinya yang di anggap sampah oleh masyarakat.
“Umma Wookie gambal ini? baguc kan?” Changwook menyodorkan gambaran abstraknya, Jaejoong hanya terkekeh pelan melihat gambar yang tak ia mengerti maksudnya.
“Ini gambar apa nak? Umma tidak paham.” Tanya Jaejoong, Changmin pun ikut menengok dan mendekati Jaejoong dan Changwook.
“Appa, Umma, Wookie, cama Min.” Jaejoong pun terdiam.
“Min liat.” Changmin merebut kertas dari tangan Jaejoong, Jaejoong hanya mampu menatap kedua putranya.
“Appa itu cepelti apa Umma?” Tanya Changmin. Apa yang harus Jaejoong jawab saat ini?
“A-Appa ya? Dia seperti Umma.”
“Ah iya, cepelti teman Min, dia pelnah main cama Appanya. Umma, Appa Min ciapa? Dimana Umma? Kok ga pelnah datang ci?” Jaejoong semakin bingung untuk menjawab setiap pertanyaan yang anak-anaknya berikan.
“Ng-..”
“Hyung.” Tak lama Junsu masuk ke kamar Jaejoong, wajahnya terlihat sedikit tegang. Jaejoong bersyukur karena kedatangan Junsu ia dapat menghindari pertanyaan dari kedua anaknya.
“Ya?” Jawab Jaejoong singkat dan beranjak menghampiri Junsu.
“Ada yang datang, ingin bertemu denganmu.” Ujar Junsu dengan wajahnya yang menegang, Jaejoong hanya mampu menyeritkan dahinya heran akan sikap Junsu. Jaejoong segera keluar menghampiri siapa tamu yang hendak menemuinya tersebut. Langkah Jaejoong terhenti ketika ia melihat siapa orang tersebut.
“Kau?” Ujar Jaejoong. Yunho menghelakan nafas leganya melihat kondisi Jaejoong.
“Darimana kau tau tempat ini?” tanya Jaejoong ketus.
“Aku menyuruh seseorang mencarinya. Mana anak-anak?” tanya Yunho, Jaejoong pun terdiam. Yunho tidak boleh untuk menemui anak-anaknya kapan pun itu.
“Pulanglah. Untuk apa kau temui mereka, kau tidak berhak atas mereka.”
“Aku berhak Jae, aku Appa mereka.”
“Tidak! Mereka hanya anak-anakku. Kau tidak berhak sedikitpun atas mereka!” Marah Jaejoong. Yunho mengusap kasar wajahnya. Harus cara apa yang ia lakukan untuk berdamai dengan Jaejoong? Bukannya ia sudah meminta maaf?
“Maafkan aku Jae. Maaf.” Mohon Yunho, Jaejoong hanya terdiam dan menatap tajam Yunho. Tidak semudah itu Yun, batin Jaejoong.
“Pergilah. Aku tak peduli namaku buruk. Kau tidak boleh menemui anak-anak karena kau tidak pernah berhak atas mereka!”
“Aku berhak karena aku Appa mereka Jae! Mengertilah!” Jaejoong tersentak karena Yunho membentaknya, tangannya gemetar menahan rasa takut. Yunho melihat itu walau wajah Jaejoong tetap bersikap datar.
“Ma.. Maaf Jae.”
“Pergi. Ku mohon pergi Yun. Jangan menggangguku dan anak-anak lagi. Cukup! Cukup Yun.” Jaejoong pun menceloskan air matanya, Yunho melihat itu. Tangan Yunho perlahan hendak menghapus air mata tersebut, tetapi Yunho tidak mampu. Ia tidak mampu melakukan hal itu. Mendengar keributan Changwook dan Changmin hendak keluar kamar tetapi mereka di cegah oleh Junsu. Yunho mengalah untuk saat ini.
“Baiklah, tapi aku tidak akan menyerah Jae. Aku pun berhak atas mereka.” Yunho pergi meninggalkan Jaejoong, setelah Yunho melangkahkan kakinya keluar, Jaejoong menutup pintu tersebut dengan begitu rapat. Yunho hanya mampu menatap pintu tersebut dan miris untuk melihatnya.
.
.
Suara itu…
Ocehan mereka….
Mengapa begitu menyakitkan?
.
.
Hari terus berganti, kasus Yunho menjadi berita terpanas kembali, tak sedikit mereka yang membela Yunho dan tetap menyalahkan Jaejoong, dan tak sedikit pula yang memuji Yunho atas pengakuannya. Lalu bagaimana tanggapan mereka dengan Jaejoong? Sama saja. Tak ada perubahan. Berita semakin memanas ketika Mr. Kim menuntut akan pencemaran nama baik anaknya terhadap Yunho. Jaejoong hanya mampu diam, Ayahnya membela di saat yang tidak tepat.
Jaejoong kembali bekerja di Café milik Yuchun. Ia meremas kembali perut bagian bawahnya yang terasa semakin nyeri, tetapi ia berusaha untuk kuat, demi kedua putranya.
“Kau sudah mendengar kasus Yunho dan KJJ? Ckck sudah lama sekali dan kini mereka kembali membahasnya.” Jaejoong mendengar salah seorang pegawai bergosip akan dirinya.
“Jujur saja aku salut dengan Yunho mengakui kesalahannya, tetapi jujur saja ku rasa KJJ memanglah seorang yang buruk, buktinya saja ia tak menolak saat Yunho memperkosanya, ahaha.” Jaejoong hanya menahan rasa sakit mendengar obrolan tersebut. Seburuk itukah dirinya?
“Ah aku jadi penasaran wajah pelacur tersebut.” Ujar salah satu di antara mereka. Pelacur, julukan Jaejoong setelah media tahu akan kasusnya. Apa mereka tahu yang sebenarnya terjadi? Tidak bukan? mengapa mereka mampu mengklaim Jaejoong seburuk itu? Jaejoong meringis memegang perutnya. Melihat Jaejoong yang kesakitan, dua pegawai itu segera menghampiri Jaejoong.
“Jae kau tak apa?” tanya salah satu di antara mereka. Jaejoong pun menggeleng. Tetapi wajahnya begitu pucat.
“Yak! Yuchun sedang tidak disini, Jae sebaiknya aku antar kau pulang.” Jaejoong tak menjawab, sakit yang ia rasa lebih mendominan daripada pertanyaan mereka.
“Jae, astaga!” Sebuah suara mengalihkan perhatian kedua pegawai tersebut. Mereka terdiam melihat akan siapa yang mereka lihat. Yunho mendekati Jaejoong, tetapi sesaat kemudian Jaejoong terjatuh tak sadarkan diri, Yunho pun dengan sigap menahannya, wajah Yunho terlihat begitu panik.
“Jae, ku mohon sadarlah.” Yunho mengangkat tubuh kurus Jaejoong. Jantungnya berdegup begitu cepat.
“Aku akan membawa Jaejoong ke Rumah Sakit, jika Yuchun bertanya katakan aku yang membawa Jaejoong.” Ujar Yunho kepada kedua pegawai tersebut, mereka pun mengangguk. Yunho berjalan cepat menuju mobilnya.
Setelah sampai dalam mobil tersebut, Yunho menghubungi salah satu pengawalnya, Yunho memerintahkan mereka membawa Changmin dan Changwook ke Rumah sakit, Yunho tak sempat untuk menemui anak-anak tersebut karena kondisi Jaejoong yang mengkhawatirkan. Yunho tahu, Changwook dan Changmin berada di dalam café tersebut. Setelah itu, Yunho melajukan mobilnya dengan begitu cepat, bahkan ia sendiri tak menyadari akan awak media yang membuntutinya.
.
.
Setelah sampai Rumah Sakit, Jaejoong segera di larikan ke ruang gawat darurat. Yunho terkejut melihat beberapa kamera dan awak media menghampirinya dan menghujani Yunho dengan berbagai pertanyaan. Yunho harus menjawab apa? Ia melihat dari kejauhan anak-anaknya telah datang bersama pengawalnya.
“Siapa yang kau bawa baru saja Yunho-Ssi?” ujar salah seorang wartawan.
“Dia temanku yang sering kalian bahas. Ku mohon pergilah, ini Rumah sakit.” Ujar Yunho, tetapi percuma saja bukan? Suasana menjadi gaduh. Melihat keramaian tersebut, pihak Rumah Sakit pun meminta security memaksa para awak media tersebut keluar. Setelah mereka keluar, Yunho pun menghampiri kedua putranya. Ia tersenyum dan memeluk erat balita tersebut.
“Umma mana Ajuchi?” tanya Changwook.
“Min mau Umma.” Lanjut Changmin, Yunho pun mencoba tersenyum.
“Kalian dengan Appa sementara ini ya. Umma sedang sakit. Kalian ingin Umma sembuh bukan?”
“Ajuchi ini Appa?” ujar mereka bersama, Yunho tersenyum dan mengangguk. Kedua balita itu nampak begitu girang dan memeluk Yunho. Yunho tersenyum riang. Akhirnya ia dapat bertemu dengan kedua putranya. Tak lama dokter pun keluar. Yunho segera menghampiri dokter tesebut.
“Kita harus melakukan operasi secepatnya untuk nyawa pasien.”
“Lakukan yang terbaik untuknya, ku mohon.” Dokter pun mengangguk. Jaejoong harus melakukan operasi tersebut demi nyawanya. Ia seperti ini karena ulah Yunho bukan? entah rasa simpatik dan kasihan atau bersalah yang Yunho rasakan saat ini, hanya saja Yunho tak ingin Jaejoong menderita.
.
Mr. Jung mendapat kabar jika Yunho bersama Jaejoong dan membawanya ke Rumah Sakit, dengan cepat ia pun menemui Yunho disana, ia melihat Yunho dengan kedua bocah di sampingnya. Siapa mereka? Fikir Mr. Jung.
“Yunho!” Yunho melirik siapa yang datang, ia pun segera berdiri dan menghalangi anak-anaknya dari Mr. Jung.
“Ap-appa? Bagaimana bisa?”
“Bodoh! Semua media membahasmu saat ini? apa benar kau membawa si jalang itu kemari?!”
“Jangan menghinanya Appa! Dia punya nama!” Marah Yunho. Changwook dan Changmin hanya mampu melihat Yunho dan Ayahnya, mereka pun memegang erat pakaian Yunho.
“Tsk! Pulang atau Appa perintahkan orang menyeretmu?”
“Aku bukan anak kecil lagi. Aku punya kehidupan, dan Appa harus mengerti!” Changwook dan Changmin semakin gemetar atas keributan tersebut, mereka pun menangis. Mr. Jung melirik kedua bocah tersebut saat Yunho mencoba menenangkan Changwook dan Changmin. Samar-samar ia mendengar Yunho menyapa dirinya ‘Appa’ kepada anak-anak tersebut.
“Siapa mereka?” tanya Mr. Jung.
“Anak-anakku dengan Jaejoong, kejadian itu menghadirkan mereka. Aku sudah melakukan tes dan semua cocok, jadi aku mohon Appa jangan melakukan apapun lagi. Jaejoong sudah banyak menderita karena kita.” Mr. Jung menatap Changwook dan Changmin yang sangat manis, entah mengapa begitu tenang melihat wajah kedua bocah tersebut. Tetapi, egonya pun begitu besar untuk mengakuinya.
“Ah jadi karena mereka kau seperti ini? apa kau inginkan mereka? Appa akan turuti itu, asal kau jangan mendekati Jalang itu lagi.”
“DIA JAEJOONG! DIA PUNYA NAMA!”
Mr. Jung pun bungkam, suasana hening beberapa saat sebelum dokter keluar dari ruang operasi. Yunho segera menghampiri dokter tersebut tanpa mempedulikan Ayahnya.
“Bagaimana?” tanya Yunho penuh harap.
“Syukurlah, operasinya berhasil. Kondisi pasien masih begitu lemah.”
“Min mau Umma, Appa.”
“Wookie juga mau Umma.” Yunho mencoba tersenyum dan membelai kepala kedua anaknya.
“Nanti ya.” Dokter pun pergi meninggalkan Yunho, Mr. Jung masih terdiam pada posisinya. Apa yang terjadi? Jaejoong sampai melakukan operasi? Changmin melihat Mr. Jung yang terdiam, ia segera menghampiri lelaki tua tersebut. Yunho hanya melihat tingkah putranya.
“Halaboji, jangan malahin Umma Min lagi ne, Umma olang baik, Wookie caja yang halaboji malahin.”
“Kok Wookie. Min culang. Min juga halus di malahin lah.” Protes Changwook, Changmin hanya melirik Changwook denga tatapan kesal.
“Belicik, diem dulu kalau Min bicala.” Yunho pun terkekeh pelan. Mr. Jung tersenyum kecil melihat tingkah lucu cucu-cucu yang selama ini ia abaikan. Ia terdiam tak bergeming sedikit pun.
“Halaboji yang tampan walau cebenalnya Min yang teltampan. Maapin Umma ne. pliicccc.” Mr. Jung pun berjongkok menyamakan tingginya dengan Changmin, ia menatap Changmin.
“Kau mirip sekali dengan Appamu hn?” Ia tersenyum. Yunho pun melihat itu. Apakah benar Appanya menerima kedua anaknya? Sesaat setelahnya Mr. Jung berdiri.
“Bawa anak-anakmu ke Rumah, appa akan mengurusi hak asuh mereka jatuh di tanganmu.”
Deg!
Jantung Yunho seakan terhenti sesaat. Ia tak bisa lakukan ini, bagaimana perasaan Jaejoong nantinya? Tetapi Yunho pun tak mampu untuk berkata apapun.
.
Biarkan hidupku senang.
Aku mohon.
Jika tidak bisa.
Bunuhlah diriku.
.
Junsu dan Yuchun segera ke Rumah Sakit setelah mendapat kabar Jaejoong yang pingsan kesakitan. Ah dan apa kalian ketahui? Mr. Kim pun segera ke Rumah Sakit setelah melihat berita Jaejoong yang di bawa Yunho ke Rumah sakit. Berita ini benar-benar sedang ramai, ini kah drama? Mungkin mereka mengatakan ini drama, lalu bagaimana dengan Jaejoong yang menjalaninya? Apakah ini drama?
“Dokter sudah melakukan operasi, dan Jaejoong bisa menjalani kehidupannya tanpa rasa sakitnya lagi.” Jelas Yunho. Junsu, Yuchun, dan Mr. Kim hanya menyimaknya.
“Nasib anakku hancur karenamu.” Ucap Mr. Kim kesal, Yunho pun menunduk memohon maaf. Tetapi, Yuchun dan Junsu pun tak menyukai cara Mr. Kim, bukankah di sini ia pun salah?
“Ajushi. Apakah kau tidak berfikir kau pun terlibat dalam kesengsaraan Jaejoong?” Ujar Yuchun. Mr. Kim pun terdiam.
“Demi kekuasaan kau rela membuang anakmu yang sedang membutuhkanmu. Kau bahkan diam saja saat semua orang menghinanya bukan? Kau tidak pernah tahu apa yang Jaejoong alami, tsk!” lanjut Yuchun dengan kesal.
“Sudahlah, kasian Jae Hyung. Jika kalian ingin ribut di luar, jangan di sini. Changwook dan Changmin pun sedang tidur, jangan sampai mereka terbangun karena kegaduhan kalian.” Lerai Junsu. Mereka pun terdiam.
.
.
“Ah pada akhirnya KJJ menarik gugatannya, ahahaha. Pasti ia hanya mau di kenal, tetapi sayangnya gagal.” Jaejoong tertunduk diam dengan memegang perutnya, ia menyembunyikan wajahnya di dalam kupluk Jaket tebal yang ia kenakan.
“Dasar pelacur rendahan, ahaha. Aku jadi penasaran wajahnya.”
“Aku bukan pelacur, aku bukan pelacur.” Gumam Jaejoong pelan nyaris tak terdengar.
.
“Aku bukan pelacur, aku bukan pelacur-…” Jaejoong pun tersadar dari mimpi buruknya, ia terdiam akan kebingungannya. Dimana dirinya kini? Semua serba putih, apakah ini Rumah Sakit? Ia mencoba bangun, tetapi perutnya terasa perih akibat jahitan. Ia hanya dapat melirik Yunho dan anak-anaknya yang tertidur di sofa, ada pula Junsu dan Yuchun. Tenggorokannya terasa sangat kering, ia mencoba menggapai gelas di atas meja nakas dekat ranjangnya, tetapi gelas tersebut terjatuh dan membuat Yunho terjaga. Yunho segera beranjak dari sofa tersebut dan menghampiri Jaejoong.
“Kau ingin apa hn? Tiduran lah, kondisimu masih lemah.” Ujar Yunho menopang tubuh Jaejoong, tetapi Jaejoong menepis Yunho. Yunho sadar akan Jaejoong yang belum mampu menerimanya.
“Kau haus? Biar aku ambilkan air.” Ujar Yunho, Jaejoong hanya terdiam. Yunho segera mengambil gelas lain dan mengisinya dengan air mineral. Ia berniat membantu Jaejoong, tetapi Jaejoong kembali menepis setiap sentuhan Yunho.
“Aku bisa lakukan sendiri.” Yunho hanya mampu menghelakan nafasnya. Ia melihat aksi Jaejoong, tetapi Jaejoong tidak mampu melakukannya, ia tak bisa tanpa bantuan. Yunho segera mengambil sedotan dan ia letakan pada gelas berisi air tersebut.
“Minumlah. Kau belum bisa untuk duduk saat ini mungkin.” Jaejoong terdiam sejenak dan kembali berusaha bangkit walaupun itu sangat sulit.
“Kau ini keras kepala sekali hn? Minumlah, dan jangan bertingkah bodoh.” Jaejoong pun akhirnya menyerah, ia meminum air pemberian Yunho. Yunho menarik kursi untuk duduk di samping ranjang tersebut. Baru kali ini ia melihat dengan dekat wajah Jaejoong, begitu cantik. Jaejoong mendorong pelan gelas tersebut.
“Sudah?” tanya Yunho, Jaejoong hanya berdeham. Yunho tersenyum walau sebenarnya ia sendiri tak mengerti mengapa ia harus tersenyum.
“Terima kasih.” Ujar Jaejoong tanpa menatap Yunho.
“Kau bilang apa?” Riang Yunho.
“Tidak usah sesenang itu, aku hanya berterima kasih karena kau menolongku. Aku akan menggantinya nanti.” Yunho pun tersenyum.
“Tidak perlu Jae.”
“Ku mohon jangan membahas kasus tersebut lagi, aku mencoba memaafkanmu dan melupakannya, aku tidak ingin Changwook dan Changmin menjadi bahan hinaan jika orang-orang tahu bahwa mereka anak-anakku.”
“Tidak akan Jae, mereka semua harus tahu jika kau tidak salah. Maafkan aku malam itu, aku di bawah pengaruh alcohol dan obat perangsang. Seseorang ingin menjebakku maka dari itu aku tidak mengingat itu semua.”
“Aku sudah melupakannya. Dan pergilah, biarkan aku dan anak-anak hidup tenang tanpamu.”
“Aniya. Aku tak mungkin pergi Jae.”
“Kenapa? Aku sudah memaafkanmu, jadi tak ada yang perlu kau pusingkan bukan?”
“Menikahlah denganku Jae, kita mulai mencoba saling mencintai, kita belajar untuk itu.”
“Kau ini gila? Kau tahu bukan kau dan aku tidak saling mencintai, kau mau jalani hubungan tanpa perasaan?”
“Demi Changwook dan Changmin. Kau tak ingin bukan anak-anak tidak di akui? Ini demi mereka, jika tidak bisa, anggap kita memasang status, selebihnya kita menjadi teman.” Jaejoong terdiam, Yunho memang benar. Saat ini memang mereka belum bersekolah dan tumbuh dewasa, lalu bagaimana jika mereka tumbuh, lalu status mereka? Changwook dan Changmin semakin menjadi gunjingan masyarakat.
“Akan aku fikirkan itu.” Ujar Jaejoong, Yunho pun tersenyum.
“Kembali tidurlah, ia masih malam. Aku akan bereskan pecahan gelas.” Jaejoong pun mengangguk. Apakah ini saatnya Jaejoong melemah terhadap Yunho?
.
.
Malam pun berganti menjadi pagi, Changwook dan Changmin tertawa riang melihat Jaejoong yang sudah terjaga, begitupun Yuchun dan Junsu. Yunho kembali pulang sebelum Jaejoong terbangun.
“Yunho melamarku semalam.” Ujar Jaejoong membuat Yuchun dan Junsu terkejut. Bagaimana secepat itu?
“Dia gila?”
“Hanya status, demi anak-anak. Mereka harus mendapat pengakuan dari Negara bukan?” Yuchun dan Junsu mengangguk paham.
“Lalu kau menerimanya?” tanya Yuchun.
“Aku rasa aku akan menerimanya. Demi anak-anak. Yunho pun menjelaskan semua yang terjadi malam itu.”
“Aku percaya saja atas keputusanmu Jae. Kurasa ide Yunho tak terlalu buruk.”
“Appamu kemarin menemuimu hyung.” Ujar Junsu, Jaejoong pun terdiam, hatinya masih terasa sakit.
“Su, Cuaca di luar sepertinya cerah, ayo kita ketaman.” Ujar Jaejoong mengalihkan pembicaraan. Junsu mengangguk paham, ia pun mengambil Kursi roda, Yuchun membantu Jaejoong untuk pindah ke kursi roda tersebut. Mereka keluar menuju taman Rumah sakit. Sekilas Jaejoong melihat beberapa wartawan dari kejauhan, ia dapat menebak, mereka mencari berita tentangnya dan Yunho.
“Kau tahu, ku dengar Yunho memiliki anak karena kejadian itu, dan mereka kembar. Ini pasti menjadi berita bagus, dan ku dengar, Mr. Jung ingin mengambil alih hak asuh anak-anak tersebut.” Jaejoong segera menatap wartawan yang melewatinya, matanya begitu panas. Mengambil hak asuh? Tidak, itu tidak boleh terjadi.
“Ani-Aniya! Mereka tidak boleh mengambil anak-anakku.” Ucap Jaejoong spontan membuat kedua wartawan tersebut menatap Jaejoong. Oh god! Apakah ini KJJ? Batin mereka. Mereka segera menghampiri Jaejoong, wajah Jaejoong pun memucat takut.
“Apakah kau KJJ? Astaga jadi-. Ya Tuhan ternyata kau cantik.” Yuchun mendorong kedua wartawan tersebut.
“Pergi!” Jaejoong masih gemetar menahan rasa takutnya, Junsu mendorong kursi roda tersebut kembali menuju kamar Jaejoong, tetapi ia di halangi. Changwook dan Changmin menarik pakaian salah satu wartawan tersebut.
“Jangan ganggu Ummaaaaa.” Ujar si kembar. Wartawan tersebut tersenyum karena ia pun melihat anak-anak yang mereka ceritakan tadi, apakah keberuntungan mengampirinya? Air mata Jaejoong mencelos.
“Pergi dan jangan ganggu mereka.” Suara Yunho menghentikan aksi kedua wartawan tersebut.
“Yunho-ssi. Apakah benar mereka KJJ dan anak-anakmu? ah apakah benar hak asuh anak-anakmu akan berpindah tangan padamu?” Yunho terdiam dan melihat Jaejoong yang nampak tertekan.
“Dia memang KJJ, Kim Jaejoong. Masalah hak asuh, itu tidak benar. Pergilah sebelum aku menyuruh orang menyeret kalian.” Yunho menghampiri Jaejoong. Ia mengangkat tubuh Jaejoong dan membopongnya, Yunho tahu Jaejoong sangat takut, kentara dari getar tubuhnya. Setelah sampai di kamarnya, Yunho merebahkan Jaejoong pada ranjangnya.
“Jangan bawa anak-anak, aku mohon Yun.” Yunho pun menggeleng.
“Tidak akan. Aku tak akan merebut apa yang kau miliki. Kita akan pergi dari Korea setelah kau sembuh benar, kita tinggalkan kenangan pahit disini, kita lupakan semuanya.” Jaejoong mengangguk, Yunho tersenyum dan membelai lembut rambut Jaejoong.
Yuchun dan Junsu bernafas dengan lega, Yunho berusaha untuk mempertanggung jawabkan semua ulahnya walau ini sangat terlambat.
.
Berita tersebut begitu cepat, bahkan wajah Jaejoong sudah diketahui semua orang, banyak yang tidak menyangka jika Jaejoong adalah KJJ, khususnya para pegawai café. Saat ini yang telah mengenal Jaejoong dan mengetahui Jaejoong adalah KJJ memihak mendukung Jaejoong, memang sudah cukup apa yang Jaejoong derita. Gerbang Rumah Sakit penuh dengan para wartawan, Jaejoong hanya mampu melihatnya dari jendela kamarnya.
Tak lama pintu terbuka, Mr. Kim datang menghampiri Jaejoong, bahkan ia menghajar telak Yunho, karena ulahnya anaknya menjadi seperti ini. Jaejoong hanya mendengus geli melihat sikap ayahnya.
“Ada urusan apa anda kemari Tuan Kim?”
“Joongie? Apa kau baik-baik saja? Appa melihat beritamu, Appa tidak akan membiarkan cucu-cucu Appa di asuh mereka.” Jaejoong tersenyum meledek.
“Cucu? Kenapa kalian perebutkan anak-anakku sekarang? Ingatkah dulu? Bahkan anda mengusir anak anda sendiri? Tidak mempercayainya. Apakah anda lupakan itu Tuan?” Mr.Kim terdiam.
“Maafkan Appa Joongie. Itu karena Appa di ancam oleh Appa anak ini!” kesal Mr. Kim menatap Yunho.
“Anda takut hancur? Lalu anda membuang anak anda?”
“Maafkan Appa Joongie, Maaf.” Mr. Kim pun meneteskan air matanya, Jaejoong menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Ia tak boleh terlihat lemah di hadapan ayahnya.
“Pergilah Tuan, aku baik-baik saja tanpamu.” Mr. Kim pun mengangguk paham, ia menerima perlakuan ini. Ia menerimanya. Setelah Mr. kim pergi, Jaejoong mengalirkan air matanya.
“Mianhae.” Gumamnya pelan, Yunho menatap Jaejoong, sesakit itukah?
.
.
Waktu terus berjalan, bahkan tak terasa sudah seminggu berlalu. Jaejoong pun keluar dari Rumah Sakit bersama Yunho tanpa wartawan ketahui. Jaejoong menerima lamaran Yunho, mereka menikah diam-diam dengan Yuchun dan Junsu menjadi saksinya. Yunho telah mencatat pernikahan mereka dalam catatan sipil. Yunho pun telah menyiapkan paspor untuk perjalanan mereka, ia tak peduli akan kemarahan Ayahnya kelak. Ia bahkan tak peduli akan harta. Saat ini, Yunho hanya memikirkan anak-anaknya dan menyembuhkan luka hati Jaejoong.
“Kita membuka lembaran baru, kita tinggalkan mereka yang begitu ramai mengurusi kita.” Yunho tersenyum lembut dan menggenggam lembut tangan Jaejoong. Jaejoong membalas senyuman Yunho dan mengangguk. Jaejoong tersenyum melihat kedua anaknya yang masih setia bersamanya. Pesawat pun mulai bergerak meninggalkan Korea.
Di lain tempat Mr. Jung begitu murka dengan sikap Yunho. Tidak hanya Mr. Jung, Mr. Kim pun merasakan hal yang sama. Mereka kehilangan putra sematawayang mereka. Jika boleh kalian ketahui, akar permasalahan ini berada pada mereka, mengapa?
Jika saja Mr. Jung tak menyembunyikan ini dari Yunho, pastinya Yunho telah mempertanggungjawabkan perbuatannya. Semua orang akan tahu Jaejoong tidak bersalah. Lalu Mr. Kim, apakah pantas seorang ayah membuang anaknya demi harta? Jika ia memihak Jaejoong, setidaknya Jaejoong tidak pernah terluntang. Mereka berhak mendapati ini bukan? Lalu bagaimana Tiffany? Yunho sudah melakukan hal yang semestinya ia lakukan pada gadis tersebut. Setidaknya Yunho yakin bahwa gadis itu tak akan mengganggu hidupnya dan Jaejoong.
Yunho dan Jaejoong meninggalkan permasalah mereka, ia tak pedulikan orang-orang membahas mereka. Baginya kini hanya ada Mereka dan Anak-anak.
.
.
.
.
.
.
1 Tahun berlalu
.
.
.
*Jaejoong Pov*
Pernikahan kami sudah 1 tahun, Yunho begitu baik padaku dan anak-anak. Kami memang telah menjadi Suami-Istri, tetapi kalian ketahui bukan? itu hanya status. Awalnya memang, tetapi mengapa jantungku berdegup begitu keras jika bersamanya? Menatapnya, bahkan membuka mata di pagi hari dengan santapan wajahnya yang tertidur dengan tenangnya. Pipiku merona. Bahkan aku tak menyukai ia bersama orang lain.
“Jae, hari ini aku pulang sedikit telat ya. Haruka mengajakku bertemu klien.” Aku sedikit kesal mendengarnya.
“Lalu bagaimana rencana kita dengan anak-anak?” Yunho tersenyum dan mengusap pipiku lembut.
“Aku tak akan lupa.”
“Aku pergi dulu ya.” Ujarnya, aku pun mengangguk. Yunho tersenyum dan melangkah pergi, mengapa langsung pergi? Apakah ia jera mengucap kata cinta? Akh bodoh. Beberapa bulan setelah kami menikah, Yunho menyatakan perasaannya terhadapku, tetapi aku terus mengabaikannya, apakah Yunho jera?
“Yun.” Ujarku, Yunho terhenti dan membalikan badannya melihatku.
“Ye?”
“Kau melupakan sesuatu?” Tanyaku, mungkin kini pipiku merona melihatnya. Yunho terlihat memeriksa dan mengingat.
“Tidak ada. Yasudah aku pergi ya.” Aku kembali terdiam sejenak.
“Yun.” Panggilku lagi. Yunho terlihat menghelakan nafasnya dan menatapku.
“Ada apa lagi hn?”
“Kau pasti melupakan sesuatu.” Kesalku.
“Apa? tidak ada Jae, aku sudah telat. Nanti saja aku ingat di jalan.” Yunho kembali melangkahkan kakinya.
“Aku mencintaimu.” Ujarku. Sial mengapa aku sampai kelepasan seperti ini. Yunho berhenti, ia segera membalikan badannya dan menghampirku.
“ka-kau bilang apa? katakan sekali lagi.”
“Apa? Tidak ada.”
“Jae.”
“Aku mencintaimu, mengapa kau tak katakan itu?” Yunho tertawa riang.
“Apa kau inginkan ucapan itu?” Aku mengangguk malu.
“Aku mencintaimu Jae, sangat mencintaimu.” Yunho memelukku dengan begitu erat, aroma tubuhnya yang khas membuatku begitu nyaman.
“Aku juga mencintaimu Yun.”Ini kah Cinta? Datang dengan tiba-tiba? Ini kah takdir yang mempertemukan kita?
Aku tak mempedulikan itu. Saat ini aku hanya tahu, aku mencintaimu.
Saranghae, Jung Yunho..
ENDHUAWAAAAAAAAAAAAAAAAA EPEP GGI JELEK YA?
MAAPIN GGI KAKAK, MAAP JUGA NUNGGU LAMA YA, MAKLUM ORANG SYIBUK
-KIBAS PONI-
MAAF ENDINGNYA KURANG MEMUASKAN.
Maaf typo bertebaran ya, ggi males edit.
Love u~~~
Ini juga lewat hp, modem Ggi bermasalah 😒😒😒
Maaf kalau agak ancurGgi Han Jjemin
27 November 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
You don't know✔
FanfictionKalian tidak tahu apa yang terjadi. Menangis pun tak mungkin membuat kalian percaya. Karena hanya aku yang mengerti kondisiku. YunJae / YAOI