lima

153 29 8
                                    

Warning sebelum membaca jangan lupa vote. Setelah membaca jangan lupa coment.

" Aku....."

" Ngapain kamu di sini, Asna?" tanya Tama sambil ngakak.

Aku diam, bibirku bergetar, tanganku pun ikut bergetar.

" Aku itu..... Tama..... A-a-anu," ucapku ragu.

Kami saling bungkam dan saling menatap.

Aku ingin bertanya. Tapi aku sangat takut. Ku coba untuk memberanikan diri bertanya.

" Aku kepo, Tama. Aku ingin tahu," ucapku cepat.

" Tanyakan saja," ucap Tama sambil ngakak.

" Tapi..... Ini agak sensitif, Tama," ucapku cepat.

" Memangnya Soal apa Asna?" tanya Tama sambil ngakak.

" Tama, katakan semuanya, Tama! katakan aku kepo dengan masa lalumu!" ucapku cepat.

Aku tahu kalau aku gila menanyakan hal sensitif begini kepada orang yang belum terlalu dekat denganku. Tapi sungguh aku kepo sekali. Rasa kepo ini membuncah begitu saja tidak bisa untuk ku tahan. Tidak apa juga nanti orang-orang menganggapku gila. Aku juga mengakui kok kalau aku ini gila, aku juga rela di anggap gila. Yang penting Tama mau menceritakan semuanya.

0o0o0o

Tekat ku untuk mengetahui semua tentang Tama harus mundur. Di karenakan Tama yang terlalu baik kepadaku. Ya ampun mengapa aku harus mengepoi orang sebaik Tama.

Tapi sungguh Aku sangat kecewa akut dan kesal. Karena aku belum bisa mengetahui semua tentang Tama. Selain itu, aku juga masih curiga. Aku gak mau baik-baik begini terus. Aku harus mencari tahu semua tentang Tama. Setahuku, dia memang penuh rahasia. Tetapi aku gak tahu kalau dia semisterius ini.

Aku harus mengetahui segala tentang Tama. Kalau Tama tidak ingin memberi tahu. Biarkan aku sendiri yang mencari tahu. Pokoknya semua tentang Tama harus terungkap.

" Kita main Truth Or Truth yuk, Tama," ucapku cepat.

" Truth yang bagaimana, Asna?" tanya Tama sambil ngakak.

" Aku merasa ada yang aneh darimu, Tama," ucapku cepat.

" Aneh yang bagaimana, Asna?" tanya Tama ngakak.

" Aku butuh jawaban, Tama. Bukan pertanyaan balik," ucapku cepat.

" Iya-iya," ucap Tama sambil ngakak.

" Sebenarnya ke anehan apa yang Kamu sembunyikan, Tama," tanyaku cepat.

" Tidak ada," balas Tama cepat sambil ngakak.

" Ihh," ucapku sebal.

Tama malah ngakak sendiri. Sungguh, Tama. Memang aneh.

" Aku kepo," ucapku cepat.

" Semua sudah terbuka, Asna," ucap Tama sambil ngakak.

" Tapi..... aku belum puas, Tama," Ucapku cepat.

" Harus dengan apa aku memuaskanmu, Asna," tanya Tama terdengar ambigu.

Aku masih curiga. Kecurigaanku selalu berdasar. Karena jujur aku selalu merasa ada yang aneh dengan, Tama. Entah apa itu.

" Aku ingin melihat kejujuranmu, Tama," ucapku cepat.

" Apa lagi sih, Asna," tanya Tama ngakak. Lagi dan lagi Tama selalu saja ngakak. Tingkat humornya sungguh receh.

" Tama, Kamu harus jujur. Rahasia apa yang sebenarnya Kamu sembunyikan?" tanyaku cepat.

" Aku gak mau jujur. Aku malah ingin penuh dengan rahasia biar Kamu makin ingin tahu, Asna," ucap Tama sok misterius.

Sungguh jawaban macam apa itu. Benar-benar mengesalkan dan menguras hati.

" Kenapa, kamu gak ingin beritahu? kamu takut tersebar? aku gak ember kok. Jadi beritahu ya?" ucapku memaksa.

Tama menggeleng lalu ngakak lagi.

PHPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang