"Digooo!! Lo apa-apaansih, hah? Jauh-jauh dari gue kek. Lo mau semua orang di sekolah ini pada lihatin kita dan beranggapan kalau kita itu pacaran?" tanya Prilly sinis sambil menatap Digo tajam. Sedangkan Digo hanya tersenyum merekah menatap Prilly, Prilly hanya mencibir pelan.
"Aku cinta sama kamu, Prill."
Lima kata itu berhasil membuat Prilly terdiam. Wajah sinisnya yang tadi muncul kini berubah ekspresi menjadi terkejut. Prilly lalu menatap pria di hadapannya ini dengan intens. Apa benar?
"Bercandaan lo itu nggak lucu, Go." cibir Prilly kesal.
"Ya elah, aku serius Prill. Aku cinta sama kamu, apa kamu nggak lihat kalau muka aku lagi serius?"
Prilly kembali terdiam beberapa saat, ia lalu mencoba memberanikan diri untuk menatap Digo yang berada di hadapannya. Ia menatap mata itu, mata hitam legam yang sangat memabukkan. Mata tajam seperti elang namun di dalamnya terdapat kehangatan. Ia tak menemukan titik kebohongan di mata itu, yang ia temukan adalah sorot mata keseriusan dan ketulusan.
Perlahan Prilly menggelengkan kepalanya pelan. "Gue nggak percaya!" Prilly menekankan setiap perkataannya pada Digo. Prilly lalu melangkahkan kakinya berniat untuk meninggalkan Digo seorang diri tapi langkahnya terhenti ketika lengan kanannya di tahan oleh Digo.
"Apa aku harus bukti-in cinta aku ke kamu?" tanya Digo yang membuat Prilly mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Maksud lo?"
"Iya, aku bakalan bukti-in ke kamu. Kalau aku cinta sama kamu, Prill." ucap Digo sungguh-sungguh. Ia lalu meraih tangan Prilly dan di genggamnya erat, tak terasa sakit bagi Prilly melainkan rasa hangat menjalar pada tubuhnya. Ketika tangan besar Digo menggenggam hangat tangan kananya dengan lembut.
"Aku sekarang mau minta izin sama kamu? Apa kamu bakalan ngizinin aku kalau aku ngebukti-in cinta aku ke kamu?" tanya Digo sambil menatap iris mata cokelat hazel Prilly.
Prilly menghembuskan nafasnya dalam, tak bisa di bohongi oleh dirinya sendiri jika jantungnya kini sudah hampir keluar dari tempatnya. Tapi Prilly mencoba untuk tenang menjawabnya, ia lalu menarik tangannya dari genggaman Digo. Sebenarnya, Prilly juga tak ingin jika genggaman hangat itu terlepas.
Prilly hanya mengangguk samar sebagai jawabannya dan itu spontan membuat Digo kegirangan bukan main, bahkan ia sampai loncat-loncat seperti anak kecil di hadapan Prilly dan banyak orang.
"Thank you. Aku bakalan buat kamu jatuh cinta sama aku, dan aku akan ajarin kamu untuk masuk ke dalam dunia aku, Prilly." ucap Digo sambil merengkuh tubuh Prilly dengan erat. Dekapan hangat Digo membuat Prilly sangat nyaman, tapi Prilly tak membalas dekapan itu begitupula ia tak
menolaknya. Ia hanya terdiam dan memejamkan matanya sesaat merasakan dekapan yang mungkin saja ia tak ingin melepaskan-nya.***
Prilly berjalan kearah tempat tidurnya, ia lalu menaiki kasur king sizenya dengan cepat. Ia tengkurap sambil membaca komik doraemon koleksinya sambil mendengarkan lagu The Chainsmokers yang berjudul Closer dengan headset yang menempel di kedua telinganya.
Saat ia tengah asik membaca tiba-tiba saja Prilly mendengar seperti ada yang menyanyi samar-samar, Prilly mencabut sebelah headset-nya, dahinya berkerut. "Masa jam segini ada pengamen? Tapi gue kayaknya kenal sama suara ini." gumam Prilly pelan.
Prilly bangkit dari tidurnya, ia lalu berjalan kearah balkon kamarnya. Dan seketika ia melihat sosok Digo yang tengah tersenyum kearahnya sambil bernyanyi dan memetik senar gitar.
Aku disini, di atas awan
aku tertawan paras cantik rupawan
Tak jemu-jemu aku memandang ingin ku merayu dengarkan aku berlagu
Baru aku mengerti, artinya bidadari
Sejak di hari ini, jumpa kamu disini
Pasti inilah surga, ku di dalam nirwana
Meskipun sementara saat kita berjumpa, sebentar lagi kita segera tiba
lepas dari mimpi ku jelang realitaTak pernah pudar senyuman dari wajah tampan milik Digo, Prilly sebenarnya ingin tersenyum. Bibirnya sudah berdenyut ingin melengkungkan sebuah senyuman yang merekah, tapi ia mencoba menutupinya. Prilly dengan raut wajah yang di buat kesal ia turun ke bawah untuk memarahi Digo yang berada di luar Rumahnya.
"Digoooo! Lo ngapain malem-malem kesini? Lo di kira pengamen sama orang-orang." ucap Prilly dengan wajah yang memelas. Sedangkan Digo hanya menatap acuh kearah Prilly, ia masih saja terus bernyanyi sambil memetik gitarnya.
"Digo! Gue serius, lo ngapain disini? Di rumah gue?"
Digo menatap Prilly dengan lekat. "Kamu jangan kege-eran deh, ini jalan bebas kok. Buktinya aku nyanyi nggak di rumah kamu, aku nyanyi di luar. Jadi ini bukan di rumah kamu." ucap Digo santai sambil kembali bernyanyi. Prilly hanya terdiam ia melihat seorang ibu-ibu memberikan uang pada Digo dan Digo menerimanya dengan senang hati.
"Tuh-kan, Go! Lo di kira pengamen." ucap Prilly memelas. Digo lalu berhenti memetik senar gitarnya, ia menatap Prilly yang berada di hadapannya.
"Aku nggak perduli, Prill. Mau mereka anggap aku pengamen juga aku nggak masalah. Karena aku disini cuman mau perjuangin cinta yang memang seharusnya aku perjuangin." ucap Digo tulus sambil tersenyum lembut kearah Prilly. Prilly yang mendengar suara pria itu tiba-tiba saja hatinya merasakan kehangatan. Hatinya tersentuh dengan kata-kata pria di hadapannya ini.
"Jadi, gimana? Aku udah dapet satu point dari kamukan?" ucap Digo sambil menaik turunkan alis tebalnya
Prilly seolah-olah berpikir dengan tangan yang menopang dagunya dan menatap Digo tanpa ekspresi. Digo menaikan sebelah alisnya menatap Prilly bingung.
"Hahaha, oke. Gue kasih lo satu point." ucap Prilly akhirnya yang sontak membuat Digo tersenyum lebar. Ia lalu melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil, ia juga memetik senar gitar dengan asal-asalan.
"Thank you, Prill. Aku sayang kamu." ucap Digo lalu menarik lengan Prilly dan langsung memeluknya kedalam pelukan hangatnya. Di peluknya erat sosok mungil Prilly oleh Digo. Kali ini, entah kenapa Prilly membalas pelukan Digo.
Digo lalu melonggarkan pelukan-nya, ia menatap Prilly dengan lekat-lekat. Prilly baru menyadari jika iris mata elang itu sangatlah tajam, bahkan Prilly sempat terkagum-kagum dalam batin-nya.
"Good night, baby. Sleep well and have a nice dreams my love." bisik Digo pelan di telinga Prilly yang membuat Prilly tak bisa menyembunyikan senyumannya. Ia melengkungkan senyumannya secara perlahan.
"Too." balas Prilly.
"Apaan cuman too doang, Prill. Nggak ada ya, kamu harus ucapin kayak aku tadi. Harus panjang kata-katanya, masa aku panjang kamu enggak sih." cibir Digo kesal.
Prilly memutarkan bola matanya malas. "Oke-oke, good night Ali, Sayang. Sleep well too."
Ali terkekeh pelan. "Kamu nggak nawarin aku masuk gitu, Prill?"
"Nggak, udah lo pulang aja. Udah malem nih, gue udah ngantuk." ucap Prilly sambil berpura-pura menguap. Digo hanya terdiam menatap Prilly sambil tersenyum.
"Yaudah, aku pulang ya? Jangan rindu, kalau kamu rindu sama aku. Cukup sebut nama aku tiga kali nanti aku bakalan hadir di mimpi kamu."
Prilly tersenyum merekah. "Apaan sih lo!" ucap Prilly sambil melangkahkan kakinya dengan cepat menuju Rumahnya.
Sedangkan Digo menatap Prilly sambil tersenyum yang tengah menutup pintu Rumahnya, seandainya saja Prilly tahu, jika ia sangat mencintainya. Seandainya saja Prilly tahu sudah lama ia memendam perasaan padanya. Tapi itu mustahil, karena sampai kapanpun hanya ia seorang yang mengetahui tentang isi perasaannya.
Tapi sekarang, orang yang sangat di cintainya itu sudah mengetahui semuanya. Mengetahui jika ia mencintai dirinya, walaupun Digo harus berjuang demi mendapatkan hatinya.
***
NEWW STORYY GAEZZ 🎉🎊🎉 *Ciuww picuww ciuww
Hell-o gimana nih sama ceritanya? Mainstream bgt y? Yaudahlah gapapa mainstream juga, yang penting vomment nya y! Jangan jadi silent readers oke? Hehe
Btw, kalo nemu typo comment y! 👻😂
Sumedang,
20 November 2016
•Sahlaa Yusriah.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 Days With You
FanfictionSekilas cerita tentang, Aditya Digo Pratama. Pria tampan yang selalu ramah pada setiap orang, dan selalu menebarkan senyuman manisnya. Bukan, ia bukan seorang playboy atau-pun bad boy. Digo hanya salah satu The Most Wanted di SMA GLORIDA, yang terk...