Will You Marry Me, Linzzy?

150 74 50
                                    

"Terkadang aku ingin bertanya pada seseorang yang ditunggu, kamu tau gak rasanya menunggu? Sakit"

__________________________

Pagi yang cerah, matahari mulai menampakan cahayanya menggantikan cahaya bulan dan gemrlap jutaan bintang di malam hari. Cahaya sang surya menembus kesela sela jendela kamar ku.

Aku yang masih damai terlelap dalam mimpi ku, menggeliat perlahan dengan malas ku buka mataku perlahan.

Suara alaram yang terdengar nyaring dari handphone ku, menggangu tidur pulas ku begitu saja. "Eunghh" gerutu kesal ku sembari meraba-raba dimana handphoe itu.

Bingo!

Aku menemukannya tergeletak di samping kiri ku, dengan buru-buru aku mematikan alaram itu. Aku melirik jam yang terpampang di dinding kamarku, menunjukan pukul 08.00.

"Linzzy, bangun! Ayo sarapan dulu" sahut Mami sambil mengetuk pintu kamarku yang terkunci.

"Iya Mi" jawab ku singkat, aku langsung berjalan menuju kamar mandi yang terletak disudut kamarku.

Jarum jam menunjukan jam 10.00 pagi setelah sarapan pagi selesai, aku langsung bergegas membereskan berkas-berkas yang sudah ku siapkan sebelumnya.

Aku berdiri di depan cermin besar di kamarku, melihat tubuh mungil ku dalam balutan baju serba putih dengan sepatu high heels.

Sekarang profesi ku bukanlah lagi seorang mahasiswi ataupun pelajar! jabatan ku sebagai Dokter di salah satu rumah sakit besar membuat hidup ku lebih baru lagi, cita-cita yang sangat aku inginkan kini tercapai.

"Okey" kataku siap untuk memulai kerja kembali.

Kaki ku mulai melangkah beranjak dari kamar, namun langkahan ku terhenti saat handphone ku bergetar. Terpampang di depan layar handphone ku satu pesan masuk dari Aska.

1 detik.. 2 detik.. 3 detik..

Aku hanya melamun melihati handphone ku sedari tadi, tidak sadar sekarang ada tiga pesan masuk dari Aska.

Tidak seperti biasanya tanpa aba-aba aku langsung membaca pesan dari Aska, tangan ku bergetar aku tampak ragu-ragu untuk membacanya.

Aku takut.. takut hal yang tidak di inginkan terjadi begitu saja, aku takut Aska memutuskan hubungan ini begitu saja dan lebih memilih wanita itu.

Tidak, itu tidak mungkin!

Aku langsung menggeser layar handphone ku "Sore nanti mari kita bertemu di tempat biasa" terpampang pesan dari Aska.

Dengan sangat dingin sekarang dia mengirim pesan untuk bertemu. Cih, gerutuku kecil.

***

Setelah pekerjaan ku beres aku langsung bergegas pergi ke tempat yang akan aku tujui.

Bahkan aku tidak sempat mandi hanya karena ingin secepat mungkin bertemu pria playboy itu.

Hanya keramas adalah kebiasaan ku saat hal penting sudah bergelut dengan waktu, jikalau ini sudah terjadi tidak diherankan jika mereka, teman seprofesi ku memanggil ku creased girl.

"Ck, lu melakukan nya lagi? Zzy, lu emang ingin mempunyai gelar creased girl jelek lu itu" kritik pedas Sunny yang dilontarkan pada ku.

"Diamlah Sunny Day! Apa kerjaan lu hanya berkomentar pedas tentang gue? urusin diri lu sendiri" jawabku sambil menjulurkan lidah di depannya.

Dia benar-benar seperti nenek lampir di hidupku, bahkan mamih ku saja tidak pernah berbicara sepedas itu padaku.

Meskipun begitu, Sunny adalah sahabat baik ku. Dia dengan sifat tomboynya selalu melindungi ku ketika aku butuh sandaran nya.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang