Part 1

173 5 0
                                    

Cahaya matahari sudah sempurna menerangi ruangan yang tadi temaram itu. Matanya sudah terjaga sejak mendengar raungan motor Arna, satpam yang patroli keliling di sehektar tanah yang mengelilingi rumah. Itu terjadi berjam-jam lalu, saat malam baru saja beranjak menuju puncak.

Obat pemberian dokter Nugroho tidak lagi seampuh dulu. Dirinya tidak bisa memejamkan mata dengan lega walau tubuhnya keletihan.

Matanya menjelajahi deretan buku filsafat dan manajemen perusahaan setebal batako. Buku-buku itu membuatnya teringat bahwa dirinya sudah kehabisan bahan bacaan tepat saat suara jeep yang sudah sangat dikenalnya itu melaju semakin mendekati rumah.

Wajahnya meringis kala tak lebih dari tiga menit jeep kuning hitam itu berhenti di depan teras utama gadis yang menggulung rambutnya di puncak kepala terlihat menghamburkan diri ke arah lelaki yang baru saja turun dari pintu pengemudi.

Tangannya mengepal kuat di atas kedua pahanya yang tertutup selimut rajutan abu-abu. Matanya menatap tajam ke kejauhan. Amarahnya sepertinya terpancing. Andai saja bisa, dirinya ingin sekali berlari secepat mungkin dan melakukan perbuatan tak beradab ke wajah yang sepertinya tengah tertawa bahagia itu.

Apa yang sedang diceritakan Maddy? Kenapa raut cemberut gadis itu bisa membuat lelaki itu tertawa lepas begitu. Dirinya tahu betul Maddy sedang cemberut. Walau jarak mereka sangat jauh, dengan memperhatikan tangan-tangan yang saling terkait di punggung begitu sudah menjadi tanda-tanda. Kenapa pula hal itu bisa mengundang tawa? Tidak ada yang lucu dalam diri gadis itu. Dirinya hanya terpancing emosi tiap kali berhasil berbicara dengan Maddy.

Ahh sial. Mengingat hal sepele seperti itu mengingatkannya bertahun-tahun yang sudah terlalui. Dihembuskannya nafas berat dan memejamkan mata.

Dirinya seharusnyaa merasa senang melihat kemesraan itu. Maddy sudah melakukan banyak hal untuknya. Bertahun-tahun selalu ada di sampingnya. Melakukan hal menyebalkan itu di saat kakak dan adiknya serta mama dan papanya mengabaikan keberadannya sama sekali.

MalaikatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang