4

158 9 0
                                    

8 Bulan Kemudian

Keira kini tengah dalam rencana melanjutkan studinya di Oxford University, sembari mempersiapkan brkalnya untuk menempuh jenjang S2 kini dia juga bekerja di salah satu perusahaan besar di Inggris. Hidupnya kini mulai sedikit lebih normal, walaupun memang tak akan bisa menjadi normal seutuhnya.

Setelah kejadian sore itu di rumah Revan, seminggu kemudian Keira memutuskan untuk kembali ke Inggris, membawa segala kenanganya dan juga seluruh luka.

"Keira ,you can go home first. Because tommorow I want you to prepare all documents for Mr.Joanes Bratt" perintah lelaki keturunan Negro yang kini menjadi atasnya dari telephone.

"Oke sir, thankyou. I wil go home right now" kemudian Keira memutuskan sambungan ponselnya.

______________________

Keira sedang berkutat dengan segala file untuk diserahkan pada komisaris besar perusahaanya besok.

Ting nung

Bell apartementnya sedari tadi berbunyi, menandakan ada seorang tamu dibalik pintu.

Keira segera beranjak dari tempatnya, melihat siapa gerangan sang pememencet bell lewat layar interkom.

Seketika jatungnya terasa berhenti sejenak, melihat sosok wanita yang terakhir dilihatnya setahun lalu.

Keira membuka knop pintu dan wajah wanita itu kini terlihat nyata di depan matanya, menampilkan garis-garis kerutan yang menandakan pertambahan usianya.

"Keira tante rindu sekali" ujar wanita itu seraya memeluk hangat Keira.

"Keira juga tante, silahkan masuk tante" jawab Keira dengan suara yang sebenarnya bergetar.

Setelah bercerita cukup panjang Arinda menyampaikan tujuanya, yang lagi-lagi membuat hati Keira yang sudah diobati kembali terluka.

"Keira, jujur tante datang kesini karena ada sesuatu. Revan sakit parah Keira, sudah dua bulan dia di rumah sakit. Sebenarnya Revan gak pernah mengizinkan untuk tante memberitau kamu tentang semua ini, tapi melihat dia semakin memburuk,tante rasa tante harus bilang. Tiga minggu terakhir kondisinya semakin buruk, koma" air mata Arinda kini mulai menetes, berbeda dengan Keira yang masih sekuat tenaga mepertahankan bendungan dimatanya.

"Mungkin waktunya tak lama Keira, tante yakin dengan kamu Revan akan bisa menikmati sisa waktunya lebih baik, setidaknya di akhir hidupnya tante bisa melihat dia bahagia, dan tante tau bahagia dia hanya sama kamu" kini dua wanita itu sama-sama mengalirkan air mata. Hati Keira serasa ditancap-tancap dengan penjelasan Arinda.

"Untuk itu Keira, besok tante harus kembali ke Indonesia, tante harap kamu mau ikut dengan tante, sekedar melihat Revan".

Keira terdiam sejenak, dia terisak dalam hati mencerna semua kenyataan yang kini ada di hadapanya.

"Maaf tante, tapi Keira rasa Keira gabisa. Keira turut sedih denger keadaan Revan, tapi bahagia Revan itu bukan Keira tante, begitu juga bahagia Keira yang memang bukan Revan, mohon maaf tante sekali lagi" butiran bening itu terus meluncur di pipi mulus Keira, mendampingi setiap kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Yasudah, tante gabisa memaksa Keira kalu memang itu keputusanmu. Ini ada surat dari Revan yang dia tulis sebelum koma. Tante pamit dulu ya nak, jaga diri kamu, dan terimakasih untuk semua yang kamu lakukan selama ini" sepeninggalan Arinda, tangis Citra pecah tanpa bisa terkontrol.

Siksaan apa lagi ini tuhan? Batinya.

_________________

Sudah tiga hari Keira tak juga membaca surat dari Revan. Hatinya tak tenang, malam ini dia putuskan membacanya. Semoga saja kemarin menjadi penoreh luka yang terakhir bagi Keira.

To: Keira

Keira, apa kabarmu di Inggris? Aku dengar kamu sudah lulus S1 hanya dalam waktu 3 tahun ya? Aku bangga, Keira sekarang telah menjelma menjadi gadis cantik nan pintar dambaan semua lelaki. Keira, kalau boleh aku jujur, aku rindu. Tapi lupakan saja, apalah arti rindu dari seorang pecundang penyakitan sepertiku bagi wanita sempurna seperti dirimu. Oiya, aku mau beri tau, aku tak pernah lupa sedetikpun memori dengamu. Aku ingat saat kita sama-sama telat dan kamu memaksaku ke Dufan, aku juga masih ingat betapa susah mengajari rumus dasar matematika dan sekarang betapa bangganya aku muridku menjadi lulusan muda Oxford haha, dan satu lagi, aku juga tak pernah lupa tentang semua puisi yang aku buat untuk mu. Maaf Keira, maaf bila aku harus membohongi mu tentang amnesia dan segala hal lainya. Sebenarnya, tiga tahun lalu, tepat sehari setelah kita selesai ujian aku difonis menderita Leukimia. Soal amnesia, calon istri, kuliah di Jerman itu semua bohong. Di Jerman aku tak pernah kuliah, melainkan setiap hari dicekokki segala macam obat, tapi tetap saja penyakit sialan ini menggerogoti tubuh lemahku hahaha. Keira aku sayang padamu, si pecundang ini begitu mencintaimu, karena itu aku tak mau membuatmu sakit saat harus mencintai makhluk tak berguna ini, aku tak mau kau menangisi kepergian ku kelak. Maaf Keira bila aku terlalu menyakitimu, aku memang layak dibenci. Dan soal lelaki yang kau lihat mabuk di malam itu, dia adalah kakak kembarku, Rendra. Keira, mungkin saat kamu baca surat ini aku sudah tersenyum di tempat lain melihat dirimu yang membuatku sangat rindu. Kalau boleh aku minta satu permintaan, kembalilah ke Indonesia, jangan terus kau buat orang-orang yang mencintaimu mati dimakan rindu sepertiku. Terimakasih Keira untuk semuanya. I love you since the first time we meet,I Love you more than three words, I Love You 'till the end of my life.

Yang selalu merindumu dialas Cinta,
Revandra Angkasa.

Keira menangis tergugu, membaca surat Revan. Dia merutuki dirinya sendiri.

Betapa bodoh kamu Keira!! Ya Tuhan!! Cercanya dalam hati dengan air mata yang sudah membanjirm

"Aku Cinta kamu Revan, jangan pergi. Hukum aku tuhan! Hukum aku! Tapi tolong jangan ambil Revan!!" Keira terus memohon dengan seribu penyesalanyan.
Tapi mau bagaimana? Waktu adalah satu-satunya hal yang tak dapat diputar ulang. Kesalahan dan kebodohan di maslalu tak akan berubah walau disesali seperti apa, hanya akan menyisakan luka besar yang terus menganga.

Waktu,Kenyataan,Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang