Prolog

49 6 0
                                    

Aku berdiri ditepi pantai ini, menatap ombak yang dulu pernah menyeretku, menatap awan yang sepertinya menatapku juga dengan rasa iba, ditemani sepi. Vin aku nungguin kamu dateng loh, kapan kamu balik? Kamu janji kan ga ninggalin aku? Kenapa gak kamu tepatin? Kalau kamu gamau balik ke aku, aku mau nyusul kamu.

----

Wanita yang sedari tadi berdiri sendiri itu pergi, meninggalkan sebuah kertas bertuliskan:
Kau tahu?
Aku masih disini, ditempat kita sering bertemu, berbagi cerita, canda dan tawa.
Aku sering mampir kesini, untuk apa?
Untuk mendengar kembali cerita kita yang diputar ulang oleh rekaman kenangan.
Untuk melihat kembali tawa kita yang dipotret lensa rindu.
Untuk tertawa lagi pada canda kita yang di rekam oleh kamera kesedihan.
Jika aku kesini, aku memejamkan mataku sebentar, jangan lama-lama, aku takut tiba-tiba tertidur.
Kenapa aku memejamkan mataku?
Supaya aku dapat membayangkan senyummu, genggaman tanganmu, belaian lembut jarimu dirambutku, dan suaramu.
Sekarang senyummu telah menjadi pelangi yang datang sesaat.
Genggaman tanganmu telah menjadi pasir yang membenamkan tanganku perlahan-lahan.
Belaian lembutmu pada rambutku telah menjadi angin yang malah mengacak-acak rambutku.
Dan, suaramu, telah berubah menjadi suara ombak yang naik-turun.
Aku rindu padamu.
Kembalilah.
Aku tak bisa menahan pukulan dari air laut pada kakiku sendirian.
Temani lah aku.
Cinta.

PromisedWhere stories live. Discover now