Tentang Devin

11 1 0
                                    









Dhiza mengangguk, tetapi bingung juga kenapa Prazna menanyakan hal itu. Prazna seperti ingin bicara lagi tetapi Devin masuk kamar Prazna tiba-tiba.

"Hadeh, capek banget gua" ucap Devin sambil membaringkan tubuhnya dikasur Prazna, Dhiza yang duduk ditepi kasur hanya meliriknya sedikit, dan Prazna yang kakinya digunakan sebagai bantal oleh Devin marah-marah karna keberatan.

"Ah rese banget lo Na, bagi bantal makanya" Prazna langsung melempar bantal pada sepupunya itu.

"Eh Dhiz lu pendiem banget sih, ngomong kek"

"Hahaha, sebenernya kalau gua gamales ngomong gua banyak omong Na" jelas Dhiza pada Prazna. Prazna hanya terkekeh heran. 'Ada gitu ya orang ngomong aja males' batinnya.

Devin yang sedang tiduran menghadap Dhiza diam-diam memperhatikannya. Rambutnya yang awalnya Devin pikir berwarna hitam ternyata agak kecoklatan, kulitnya bersih, matanya bersinar, alisnya rapi alami, dan bibirnya yang indah, Dhiza sangat cantik. Di benaknya teringat gadis yang kemarin ditemuinya sedang bersama Dhiza.

"Vin,, ih, lo dipanggil tante Gita tuh!" Devin yang sedang memperhatikan Dhiza pun terkejut karna sedari tadi ia tidak mendengar panggilan dari siapa-siapa.

Devin meninggalkan kamar dan sepertinya Prazna akan melanjutkan pembicaraan mereka tadi.

"Jadi lu kenal sama Adinda?" Tanya Prazna dengan muka penuh penasaran.

"Iya dia sepupu gua" Prazna terlihat kaget. "Lu kok kaget gitu si Na?"

"Gila Dhiz, abis diputusin sama Adinda, si Devin jadi gila!" Dhiza bingung dengan kata-kata 'gila' yang dimaksud. "Maksudnya, gila gimana?"

"Oke gua ceritain semuanya nih ya.."

"Iya"

"Devin tuh sayang banget sama Adinda, gua aja gatau Devin udah move on apa belum dari dia, nih ya dia tuh gapernah pacaran selama itu. Paling sih kalau sama cewe lain cuma 2 minggu. Hubungan mereka berjalan lancar, tapi ada cowo lain suka sama Adinda, namanya Roy. Roy ini kalau udah ngomong pasti terlaksana, dia bilang kalau Devin ga secepetnya ninggalin Adinda dia bakal nyakitin Adinda secara fisik. Devin bisa aja ngelawan Roy, tapi dia takut nanti pengaruhnya ke Adinda buruk, gua si ngerti ya gimana rasanya jadi Adinda gatau apa-apa tapi ditinggal gitu aja. Kabar Adinda sakit parah itu udah sampe ke Devin sehari setelah Adinda masuk rumah sakit, semenjak itu Devin juga stress, dia gatau harus apa. Dia sempet minum alkohol untuk ngilangin rasa sakitnya, tapi ketauan sama gua, dan gua harus ngawasin dia selama 2 minggu lebih untuk mastiin dia ga akan macem-macem lagi. Gitu cerita sebenernya Dhiz"

Dhiza terpaku diam, ia tidak menyangka bahwa Devin laki-laki yang ia benci selama ini tidak seburuk itu.

"Gua nyangka Na, gua kira Devin buruk banget"

"HAHAHAHA, ngga lah kalau Devin jahat kaya gitu gua buang dia" Dhiza hanya terkekeh sedikit.

Tiba-tiba Devin masuk kamar, ia membawa beberapa cemilan dan minuman.

"Nih, makan" ucapnya sambil menyuap satu kripik kentang, Dhiza mengambil biskuit kesukaannya, lalu memakannya.

"Eh Vin beli minuman sana"

"Ah males Na, ntar gaada yg megang minumannya"

"Yaudah sama Dhiza sana" Devin merasa ada sesuatu yang bercampur aduk dalam hatinya. 'Kenapa sih gua?' Tanyanya dalam hati. Dhiza hanya mengangguk, karna menurutnya ya apa salahnya membeli minuman dengan Devin?

Mereka turun kebawah, Dhiza mendapati seorang wanita yang bernama tante Gita, ia sedang duduk didepan TV. Tante Gita menoleh pada Dhiza dan Devin yang sedang menuruni anak tangga satu per satu, lalu ia melemparkan senyuman. Dhiza membalas senyuman wanita cantik itu, lalu setelah sampai pada anak tangga terakhir, ia menghampiri tante Gita lalu bersalaman.

"Saya Dhiza tante" ucapnya seraya memberikan senyuman manisnya. Devin yang sedari tadi terus mencuri pandang pada Dhiza terpesona pada senyumannya.

"Ini pacarnya Devin? Ih Devin kamu ganti-ganti pacar mulu deh! Yang minggu lalu kamu kemanain?!" Devin terlihat kaku dan Dhiza spontan tertawa kecil.

"Mama, yang minggu lalu temen les Devin! Lagian juga Dhiza temen sekelas Devin" mamanya yang mendengar penjelasan dari anaknya langusng tertawa.

"Iya iya mama bercanda, kamu baper" Devin kaget, dari mana mamanya tau kata-kata baper?

"Ah apasih maa, aku mau beli minuman sama Dhiza" ucap Devin malu-malu, tante Gita pun tersenyum dan mengangguk pada Devin dan Dhiza.

Dhiza mengikuti Devin yang berjalan menuju garasi, saat garasi dibuka Dhiza melihat beberapa mobil dan motor sport hitam. Devin lalu menyalakan motornya, memakai helm, dan memberikan helm juga pada Dhiza.

Lalu mereka berangkat...

---

"Lu mau apaan?"

"Vanilla oreo" setelah memesan minuman dingin merek duduk dikursi dekat pintu masuk.

Lalu... Tiba-tiba seorang gadis datang dari luar, dan dia adalah... Adinda.

Mata Adinda dan Dhiza bertemu, lalu Adinda melihat lelaki yang sedang bersama Dhiza

Dhiza terpaku, ia tidak tau harus bagaimana. Tanpa basa-basi Adinda pergi keluar toko, tanpa menangis juga. Dhiza ingin memanggilnya tapi terlambat..

"Vin, gua harus gimana?"

"Gimana apanya?"

"Vin, gua udah tau semuanya, lu gausah rahasiain apa-apa lagi dari gua!" Ucapnya dengan nada kesal.

Devin hanya terdiam, dan bilang.

"Gua ngga tau."











Sorry lama ga update
-ares-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 14, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PromisedWhere stories live. Discover now