2

20 6 0
                                    








Dhiza dan Adinda sudah di mall sekarang, Dhiza memakai celana pendek jeans dan atasannya crop tee hitam bergambar dream catcher warna silver, tas selempang hitam, flat shoes hitam dan rambut panjangnya dibiarkan teruarai. Sedangkan Adinda memakai  dress selutut berwarna broken white, sepatu flatshoes cream, tas selempang pink pastel, dan rambutnya diatur jadi messy bun. Mereka berdua sangat cantik, tak jarang laki-laki yang berada disekitar melihat kearah mereka berdua.

"Eh Dhiz ini lucu gak?" Adinda menunjukan sebuah dress berwarna soft pink, modelnya sangat anggun.

"Acaranya formal?"

"Iya, bagus kan?" Dhiza mengangguk, lalu Adinda pergi ke pelayan toko untuk menanyakan ukuran yang pas untuknya. Setelah dapat, mereka berdua pergi ke kasir lalu keluar toko untuk mencari makan.

"Dhiz mau makan didalem mall apa cari diluar aja?"

"Gua pengen makan ramen yang depan toko buku lantai 3, makan sini aja ya?" Adinda mengangguk tanda setuju, kebetulan ia juga suka ramen.

Setelah sampai ditempat ramen, mereka duduk didekat kaca, lalu pelayan datang dan mereka memesan makanan yang mereka mau. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya makanan mereka datang.

Dhiza menikmati ramennya sambil sesekali melihat kearah kaca, kali ini saat ia menoleh ia mendapatkan seseorang yang tidak asing baginya. Devin. Devin tidak sendiri, ia bersama dengan gadis yang kira-kira seumuran dengannya. Adinda yang menyadari kemana arah tatapan sepupunya pun langsung terlihat pucat.

Devin dan gadis itu semakin lama semakin dekat kearah mereka, dan akhirnya masuk ke restaurant ramen itu. Dhiza yang duduk tidak jauh dari pintu masuk pun langsung terlihat oleh Devin, terlebih memang Dhiza duduk menghadap kearah pintu, sedangkan Adinda memebelakanginya.

Tanpa di duga Devin datang menghampiri Dhiza, tetapi gadis yang bersamanya itu langsung duduk sendiri di kursi yang tidak jauh dari kursi Dhiza dan Adinda.

"Dhiz, sama siapa lo disini?" Devin menghampirinya perlahan sambil tersenyum.

Adinda yang mendengar suara itu semakin pucat saja, Dhiza tidak mengerti apa yang terjadi dengan Adinda, maka ia mengacuhkannya. Dhiza menjawab dengan mendongakkan kepalanya kearah Adinda. Devin yang berdiri dibelakang kursi Adinda tidak bisa melihatnya, lantas ia berjalan sedikit untuk melihat wajah gadis itu.

Ada sedikit perubahan ekspresi dari wajah Devin, tapi ia langsung menutupinya dengan cara tersenyum pada Adinda.

"Hai, gua Devin, salam kenal hehe" Devin memperkenalkan diri dengan ramah, tetapi hal itu malah membuat Adinda meneteskan air matanya. Devin tidak tahu kalau Adinda menangis, karna ia sekarang menatap Dhiza, sedangkan Dhiza dan Adinda saling tatap-tatapan, sehingga Dhiza dengan mudah melihat air mata sepupunya.

"Din lu--" kalimat yang belum terucap sepenuhnya pun berhenti karna Adinda menggelengkan kepalanya sedikit pertanda menyuruh Dhiza diam. Suasana menjadi agak tegang, Devin yang masih belum menyadari tangisan Adinda pun tersenyum kembali dan pamit untuk pergi kemejanya.

"eh, gua ke meja situ ya, itu ada Prazna. Sepupu gua" ucapnya, Dhiza mengangguk dengan wajah datarnya.

----


"Din lu kok nangis sih ngeliat temen gua?"

"I-iya gapapa, kelilipan aja tiba-tiba"

"Lu bohong Din"

"Dhiz Devin itu..."
















Hai maaf chapter ini pendek trus ngegantung hahahaha, Ares dikit lagi uas nih, tapi pasti tetep nulis kok.

PromisedWhere stories live. Discover now