1

41 6 1
                                    

Ini hari pertama Dhiza masuk SMA, Dhiza belum punya temen disini. Dhiza juga baru pindah kota, dulu mama, papa, bang Ezra, dan Dhiza tinggal di Bandung. Tapi, karna papa ditugaskan di Jakarta mereka jadi pindah ke Jakarta.

"GUGUS 2 BARIS DISINI" teriakkan kaka osis membuyarkan lamunan Dhiza, ia cepat-cepat bergabung dengan barisan dan berdiri dibelakang cowok tinggi dan berambut hitam.

Setelah baris ia mengikuti kaka osis masuk ke kelas

"Duduknya harus pasang-pasangan cewek-cowo ya biar kalian ga akrabnya sama yang sejenis doang" setelah mendengar kata-kata itu Dhiza langsung saja duduk tanpa peduli siapa yang akan duduk disampingnya nanti.

Dhiza ini memang cuek, tidak perduli dengan hal disekitarnya, suka asyik sendiri, dan tahan banget kalau disakitin.

"Eh, gua boleh duduk sini?" Dhiza menoleh ke arah cowok yang tadi berdiri didepannya, Dhiza melihat name tag yang ada dibajunya "Devin Alathaz" Dhiza lantas mengangguk dan kembali ke handphonenya.

Sudah 15 menit tidak ada bimbingan apa-apa dari kaka osis, Dhiza merasa bosan tadinya ia ingin pergi keluar kelas, Dhiza memang tidak suka berada di suatu ruangan. Tetapi, belum juga melangkah Dhiza merasakan ada yang menggenggam tangannya, dia melihat Devin yang sedang duduk dengan tampang kebingungan. Dhiza mengangkat sebelah alisnya dan membuat Devin tersenyum.

"Mau kemana?"

"Keluar"

"Ngapain?"

Dhiza malas sekali membalas pertanyaan Devin, lalu ia kembali duduk.

"Nama lu siapa?" Devin memulai obrolan. Dhiza sungguh malas sekali bicara, ia melepas name tag yang dijepitkan di kantung seragamnya dan memberikannya pada Devin.

"Queen Dhiza, hah? Ini nama asli lu? Unik juga, gua manggi lu apa ya? Queen apa Dhiza nih? Oh iya btw nama gua Dev--" belum sempat Devin melanjutkan ucapannya Dhiza sudah menaruh telunjuknya di bibir Devin.

"Lu berisik, terserah mau panggil apa, dan gua udh tau nama lu, itu ada di name tag lu" Devin menatap Dhiza, memperhatikan setiap inci wajah Dhiza, rambut panjang dan hitam Dhiza dikuncir kuda, wajahnya polos tanpa polesan make up, sangat natural seperti wanita idaman Devin.

Tanpa sadar Devin tersenyum melihat Dhiza. Dhiza yang sadar diperhatikan seperti itu lantas melihat Davin dengan tatapan sinis, dan tiba-kaka OSIS datang.

"Sorry kita telat, tadi ada rapat OSIS mendadak" setelah itu hari pertama MOS-pun dimulai.

----


"Dhiz, woy, ini gua disinii" Dhiza mencari-cari suara yang sangat familiar ditelinganya. Saat dia melihat ke ujung gerbang, Dhiza melihat Bang Ezra, kakanya, yang juga baru pindah ke SMA Bakti Karya, tapi bedanya bang Ezra sudah kelas 3 SMA. 
Ia lalu menghampiri kakanya yang tampan itu. Lalu berjalan disamping bang Ezra menuju motor sport hitam milik bang Ezra.

"Bang, helm gua mana?"

"Lah, kok gak ada si Dhiz?"

"Ih ya mana Dhiza tau" Dhiza berdecak kesal, Devin yang mendengar percakapan mereka dari jauh pun menghampiri mereka. Dhiza yang menyadari kedatangan Devin pun menatap Devin dengan tatapan datar.

"Dhiz, helm lu ilang?" Dhiza mengangguk.
"Yaudah pulang sama gua yuk? Kebetulan lagi bawa mobil"  Dhiza melihat kakanya pertanda bertanya harus bagaimana, dan bang Ezra pun mengangguk.

"Kok gua seneng ya mau nganterin Dhiza doang, padahal dulu pas SMP gua sering kok nganterin cewe pulang tapi biasa aja ah" pikiran Devin dibuyarkan oleh colekan di pundaknya.

"Ini mobil lu?" Tanpa sadar Devin sudah sampai didepan mobilnya, ia menjawab pertanyaan Dhiza dengan anggukan.

"Ya trus, kenapa ga masuk?" Dhiza berkata seperti itu dengan wajahnya yang cantik tapi judes, justru hal itu membuatnya terlihat tambah cantik.

Devin membukakan pintu mobil untuk Dhiza, Dhiza pun masuk seperti biasa ia hanya menampilkan ekspresi muka biasa aja. Jujur, Devin sedikit bingung bisa dibilang dia tampan, dia dulu suka phpin cewe seenaknya karna perempuan banyak sekali yang suka sama dia. Tapi Dhiza beda, baru sekali ini dia melihat cewe yang stay cool abis.

Devin melajukan mobilnya, ia melirik sedikit ke arah Dhiza, gadis disebelahnya sedang mendengarkan lagu menggunakan earphone.

"Eh iya Dhiz" Dhiza hanya menoleh pada Devin sambil menaikan sebelah alisnya.

"Rumah lu dimana? Kan gua belum tau hahaha"

"Pondok Bagus"

Devin mengangguk, dan mengendarai mobilnya kearah kompleks Pondok Bagus. Saat sudah sampa di tujuan, Dhiza turun seraya berterimakasih atas tumpangannya, Devin tersenyum kecil pada wajah datar Dhiza.

Elegant, menurut Devin gadis seperti Dhiza itu elegant, karna tidak genit atau sok manja.

---

"Dhiz, itu tadi siapa deh yang tiba-tiba mau nganter lu?" Tanya bang Ezra

"Devin"

"Ya maksud gua dia siapa, temen lu atau pa--"

"Temen Dhiza, sebangku, satu gugus"
Bang Ezra hanya mengangguk sambil memakan camilan.

Keluarga Dhiza bisa dibilang sangat berkecupan, rumah dinas ayahnya tidak ditinggali karna Jo, ayah Dhiza, sudah punya satu rumah besar di Jakarta. Dhiza pun punya mobil sendiri, di dalam satu rumah ada 4 mobil, ada satu mobil SUV milik Jo, 2 mobil sport milik Ezra dan Dhiza, dan satu mobil sedan milik Diana ibunya Dhiza.

Seperti biasa setelah pulang sekolah Dhiza langsung masuk ke kamarnya, karna hanya ada bibi dan kakanya Dhiza jadi malas keluar kamar. Ia menyalakan tv dan menonton film animasi kesukaannya Sofia the First, walaupun dia terlihat cuek Dhiza suka sekali film-film disney.

Tok tok tok.
Terdengar ketukan pintu kamar Dhiza, Dhiza merasa malas sekali untuk bangun, akhirnya ia hanya berkata "masuk" kepada siapapun yang ada didepan pintu kamarnya.

Ternyata Adinda yang datang, sepupu Dhiza yang tinggal satu kompleks, bedanya Adinda sudah dari dulu tinggal disini. Adinda seumuran dengan Dhiza, sama-sama cantik, tapi Adinda tidak cuek, malah sebaliknya, ia punya sifat periang dan banyak bicara.

"DHIZ LU TAU GAK SI DI SEKOLAH GUA ADA COWO GANTEENGG BANGET DEHH" Adinda menceritakannya dengan semangat, Dhiza hanya melirik sepupunya itu dan mengangguk.

"Ih, Dhiz, sumpah ya kalau lu liat juga lu suka kali. Namanya Rico, tinggi, manis, ganteng, aduh gila" Adinda mendeskripsikan sambil membayangkan tampannya Rico.

"Ya terus?"tetapi hanya itu reaksi Dhiza, Adinda yang melihatpun sebal, tapi ia paham betul dengan sifar Dhiza.

"Ah gaasik lo, eh iya, gimana disekolah lu? Bakti Karya kan banyak cogan"

"Biasa aja, selama MOS gua duduk sama cowo, namanya Devin, ga jelek lah, mau gua kenalin?" Dhiza mengatakan semua itu dengan wajah flat tanpa ekspresi sama sekali, dan juga ia tetap fokus memandang ke tv.

"De-devin?" Adinda menyebut nama itu dengan wajah pucat dan kaku, Dhiza yang menyadari hal itu dari suara Adinda pun menoleh kearahnya.

"Iya, kenapa langsung pucet gitu si lu?"

"Eh, ngg.. Nggak ah Dhiz. Btw, ntar sore temenin ke mall dong, gua mau cari baju sama sepatu buat makrab SMP" Dhiza hanya mengangguk tanda setuju.

---




Hai, gua Ares. Gua baru sekali nulis di wattpad. Next part secepetnya.

PromisedWhere stories live. Discover now