Part 01 - Menikah itu? Wajib!

392 43 13
                                    

Jika menikah suatu keharusan. Itu artinya aku harus menikah meski pakai jurus jungkir balik!

****

Ada beberapa fase dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya yaitu menikah. Menikah itu suatu keharusan jika kalian tidak ingin dicap sebagai perawan tua atau bujangan tua. Entah kenapa aku kurang setuju dengan pandangan masyarakat, khususnya di Indonesia.

Dikit-dikit ditanya, "kapan nikah?"

Boro-boro nikah, jodoh aja belum keliatan hilalnya. Ish!

Seperti saat ini, ketika Emak lagi arisan keluarga. Di mana semua keluarga bergerombol siap gibahin aku yang tak kunjung kawin. Dikira aku hewan ternak yang gampang buat dikawinin!

Nggak semudah itu, Bestie!

Standar laki-laki aku itu terlalu tinggi hingga sulit dicari, mendekati langka alias kagak ada. Maka dari itu aku nggak pacaran apalagi kawin.

"Al, pacar kamu mana? Kok Bude nggak pernah dikenalin sih?" Suara cempreng Bude mengganggu pendengaran aku yang lagi asyik makan ayam goreng Upin Ipin.

"Pacaran itu dilarang sama agama, Bude. Jadi Alya nggak pacaran," jawabku malas.

Sebenarnya itu hanya jawaban klise, tapi jelas dalam aturan hidup sebagai seorang muslim.

"Kamu ini! Gimana mau dapat jodoh kalau nggak punya pacar," ketus Bude.

"Masih mending nggak pacaran daripada nikah karena bunting duluan!"

Nyeesss! Matek kau! Dikira aku bakal kalah? Salah siapa punya anak hamidun duluan. Haha ....

Bude Raya terdiam mendengar jawabanku yang sangat benar dan mematikan. Salah siapa mulai duluan, bikin aku nggak bisa menahan mulut untuk tidak berkata pedas. Dia kira cuma mulutnya aja yang pedas, mulutku juga nggak kalah pedas. Mau level berapa? Sini aku jabanin.

Terasa sikutan di perut. Ternyata Emak mencoba melerai. "Doain Alya aja, Mbak. Semoga segera didatangkan jodohnya."

Bude hanya mendengkus dan berlalu ke dapur untuk mengambil makanan. Mungkin dia lapar abis kena tampar.

"Kamu kok nda sopan sama Bude si, Al. Ndak boleh gitu sama orang tua atuh."

Hadeh. Kenapa aku terlahir berbeda, ya Rabb?

Mama adalah perempuan halus dan penyabar, sementara aku? Beda!

Terlahir menjadi seorang gadis bukan berarti aku menjadi pribadi halus apalagi lembut. Justru aku menjadi anak yang banyak tingkah dan sembrono adalah sifat aku yang nggak bisa dihilangkan. Tidak peduli status, tua atau muda, kalau ada yang ngajakin ribut ya ayuh aja.

"Bude duluan kan, Mah. Alya kan cuma jawab."

"Kamu itu kalau dibilangin orang tua jawab terus," keluh Mama.

"Kalau nda dijawab berarti Alya bisu."

Mama cuma menghela napas. Dia nggak akan bisa menang melawan mulutku yang sudah dikuasai emosi. Pembicaraan tentang pernikahan selalu bikin sensitif terutama diusiaku yang mendekati tiga abad. Ya, 30 tahun usiaku dan aku masih ting-ting. Ngenes banget kan?

Ketika teman-teman aku sudah menimang anak, ada juga yang sudah nungguin anaknya masuk taman kanak-kanak. Sementara hidupku masih luntang-lantung nggak karuan.

Pengen nikah nggak ada calon.

Nggak nikah dikatai perawan tua.

Terus aku harus ngapain?

Andai aja calon suami bisa aku beli di Mall, sudah pasti aku beli asal harganya masuk akal. Kalau pun mahal, tinggal pake cicilan. Susah amat!

Hidup itu nggak usah dibikin susah. Cukup cari jodoh itu yang susah, yang lainnya nggak usah!

To be continue.

Virgin at ThirtyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang