"Hilang ingatan"
-
Happy reading
.
.
.
"Ayo, pulang.."Iqbaal menjulurkan tangannya.(Namakamu) segera menerima uluran tangan Iqbaal tanpa berpikir panjang. Iqbaal tersenyum hambar, seharusnya dia merasa bahagia karena (Namakamu) menerima uluran tangannya begitu saja tapi, melihat wajah sendu gadis itu, dia jadi merasa tidak bersemangat juga. Sepanjang jam pelajaran yang hari ini berjalan selama 6 jam penuh tanpa ada istirahat, (Namakamu) terlihat sangat lesu.
"jangan sedih,(Nam..)"ucap Iqbaal seraya menatap (Namakamu).
(Namakamu) menoleh, menatap Iqbaal untuk beberapa saat.
"(Namakamu).."
Iqbaal dan (Namakamu) menoleh bersamaan, Ryzki.. dia..
"(Namakamu) aku--"
"Maaf, jangan ganggu (Namakamu)!"
Belum sempat Ryzki menyelesaikan ucapannya, Iqbaal menyela dan berdiri di depan (Namakamu). Menghalangi Ryzki untuk melihat wajah (Namakamu).
"Apaan sih lu? Lu pikir lu siapa ngehalang-halangin gua untuk bicara sama (Namakamu)?"ucap Ryzki tak suka.
"Elu yang siapa? Berani-beraninya bikin (Namakamu) sedih!"balas Iqbaal tersulut emosi.
"Gua pacarnya! Mau lu apa?!"bentak Ryzki.
Iqbaal terdiam.
'Gua pacarnya! Mau lu apa? Gua pacarnya! Mau lu apa?' Ucapan Ryzki terngiang-ngiang di kepala Iqbaal. Nafasnya tercekat, Ryzki pacar (Namakamu)?
"Ryzki, stop! Aku udah bilang jangan deketin aku lagi."(Namakamu) angkat bicara.
(Namakamu) langsung menarik lengan Iqbaal. Dan pergi meninggalkan Ryzki.
"(Namakamu)!"seru Ryzki.
(Namakamu) merasa dilema, dia ingin berbicara dengan Ryzki tapi.. kalau Ayahnya tau.. (Namakamu) menghentikan langkahnya.
"Iqbaal.. kamu bisa ke parkiran sendirikan?"tanya (Namakamu).
Iqbaal menggeleng. Tangannya menggenggam tangan (Namakamu) erat,
"Ayolah, ayah pasti sudah ada di sana. Aku harus bicara dengan Ryzki"desak (Namakamu).
"Jangan.."lirih Iqbaal.
(Namakamu) menghela nafasnya, tangannya menepis tangan Iqbaal.
"Jangan katakan pada ayah kalau aku berbicara dengan Rizky. Cari saja alasan lain!"seru (Namakamu) yang sudah berlari menjauh dari Iqbaal.
Ryzki mulai mengembangkan senyumnya tatkala melihat (Namakamu) berlari ke arahnya.
"(Namakamu).."gumamnya, menyapa (Namakamu) yang sudah berdiri di hadapannya.
"Aku tau kamu ngga bakal pergi gitu aja"lanjut Ryzki.
(Namakamu) menatap sekitar, kemudian menoleh ke arah Ryzki.
"Dengar Ryzki, aku udah bilang jangan dekati aku lagi. Kamu bakal dalam bahaya kalau berusaha dekati aku"ucap (Namakamu).
"(Namakamu)..tapi ini hari penting kita. Setidaknya biarin aku untuk dekati kamu hari ini"balas Ryzki, senyumnya merekah sangat lebar.
"Hari penting?"bingung (Namakamu).
"Ya, today is our second anniversary. Kamu lupa?"Ryzki terkekeh.
"And this is for you, happy second anniversary honey"
Mata (Namakamu) menatap sebuah kotak kecil yang Ryzki sodorkan.
"Thank you,"balas (Namakamu) seraya menerima kotak itu dengan ragu.
"Ko kamu kaya ga senang gitu?"tanya Rizky.
"Aku senang ky, tapi, tapi.."
"Tapi, kenapa (Namakamu)?"
"Tapi, Kalau Ayah tau aku bicara sama kamu, bisa-bisa..ingatan kamu--"
"(Namakamu).."
Suara berat khas Mr.Home terdengar menyapa (Namakamu).
"Ayah.."mata (Namakamu) membulat melihat sang Ayah berada disini, dengan tatapan tajamnya.
"(Namakamu), naik ke mobil sekarang"ujar Mr.Home tegas.
(Namakamu) menatap Mr.Home dan Ryzki bergantian.
"A..ayah.. (Namakamu) bisa jelasin semuanya, Ayah"(Namakamu) menatap Mr.Home dengan tatapan memohonnya.
"Naik ke mobil, sekarang!"bentak Mr.Home.
(Namakamu) menatap Ryzki dengan mata berkaca.
"Setidaknya, biarin aku peluk Ryzki untuk yang terakhir kali Yah"pasrah (Namakamu).
Mr.Home hanya diam. Dan (Namakamu) paham apa maksud Mr.Home, jadi saja gadis itu memeluk Ryzki diiringi isak tangis pilunya.
"Apa maksud kamu? Peluk aku untuk yang terakhir kalinya?"tanya Ryzki saat (Namakamu) melepaskan pelukannya.
"(Namakamu)?"Ryzki menangkup pipi (Namakamu).
(Namakamu) menggeleng, berusaha meredakan tangisnya.
"Thanks for all, honey"(Namakamu) mengelus pipi Ryzki lembut, matanya menatap intens wajah Ryzki.
Ryzki makin merasa kebingungan melihat tingkah aneh (Namakamu). Sementara (Namakamu) sama sekali tak memperdulikannya, dia malah pergi dari hadapan Ryzki. Berlari dengan kencang ke arah parkiran, dia tidak ingin melihat Mr.Home menghapus memori Ryzki tentang keluarganya. Tentang dirinya, semua kenangan indah yang mereka rajut bersama.
- -
Brag!"Apa kau bilang? Anak buahmu masih belum berhasil mendapatkan informasi tentang anakku?!"teriak seorang pria dengan tuxedo abu-abu, dia baru saja menendang kursi yang terbuat dari kayu terjatuh di lantai.
"Maaf, tuan. Saya akan membunuhnya, dia memang tak berguna. Besok saya akan turun langsung mencari informasi tentang putri tuan"balas pria dengan tuxedo hitam, pria itu membungkuk hormat lalu meninggalkan bernuansa maskulin itu.
"Ayah.."seseorang berjubah hitam masuk, setelah pria dengan tuxedo hitam keluar dari sana.
"Putriku.."sapa pria bertuxedo abu-abu tersebut dengan lembut.
Tangan besar pria itu membuka jubah yang di kenakan orang tersebut, dan terpampanglah seorang gadis dengan dress hitam selutut dan sepatu boat kulit berwarna senada berdiri dengan anggun.
"Ada apa Ayah memanggilku?"tanya gadis tersebut.
"Aku memiliki tugas untukmu"ujarnya seraya tersenyum licik.
Gadis itu setia menunggu lanjutan dari penjelasan Ayahnya.
"Minggu depan kau akan masuk ke sekolah United World College, dan tugasmu mendekati anak bernama Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Dia adalah anggota baru agen rahasia Amerika. Cari informasi sebanyak-banyaknya dari dia, setelah itu..."pria itu mengambil pistol di saku celananya, lalu mengarahkan pistolnya ke kepala. Memberi isyarat kepada putrinya.
"Baik, Ayah.."jawab gadis itu seraya mengangguk antusias.
.
.TBC