I

141 15 5
                                    

"Hanya mampu berdoa setelah lelah berharap"

"Angga.. Angga.. aku cape" Erika memanggil Erlangga dengan suara manja. Erika lelah karena sudah sedari tadi dia berlari mengejar Erlangga yang mengayuh sepedanya dengan cepat, "kamu payah Ika masa baru mengejar aku sebentar saja kamu sudah cape" Erlangga hanya berhenti sebentar dan kembali mengayuh sepedanya dengan cepat hingga tiba-tiba Erlangga mendengar suara teriakan Erika.

"Kamu lebay banget sih masa baru jatuh aja sudah menangis, sudah ayo biar aku obatin luka kamu nanti" Erlangga langsung membantu Erika berdiri dan segera berjalan ke arah sepeda yang dia letakkan dipinggir taman, dia dan Erika berjalan sambil menuntun sepedanya.

"kan tadi aku udah bilang kalau aku cape tapi kamu masih aja ngebut eh pas aku mau ngejar kamu malah aku kesandung, kamu sih.." sepanjang perjalanan menuju rumah mereka Erika tidak henti-hentinya menyalahkan Erlangga yang telah menyebabkan dia terjatuh dan membuat kakinya menjadi terluka.

"woy bengong aja lo" tepukan dibahunya membuat Erika tersadar dari ingatan tentang masa kecilnya bersama Erlangga, masa kecil yang membuat dia rindu dengan laki-laki yang sekarang sudah tidak ingin mengenalnya lagi.

"tuh kan bengong lagi" dan untuk kedua kalinya orang yang berada disebelahnya membuyarkan segala ingatannya tentang masa kecilnya.

Adinda Larasati temannya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar,yang mengetahui semua tentang nya dan Erlangga.

"engga kok, udah yuk masuk kelas aku belum ngerjain pr matematika" Erika langsung menarik tangan Dinda menuju kelas XI-MIPA4, kelas mereka.

Saat Erika dan Dinda berjalan menuju tempat duduk mereka dikelas yang terletak tiga bangku dari barisan depan tiba-tiba ada kaki seseorang yang sengaja menyelengkat Erika sehingga membuat dia terjatuh dan kepalanya terbentur lantai yang langsung membuat kepalanya berdenyut, siapa lagi orang tersebut jika bukan Erlangga.

Laki-laki yang selalu ingin membuat Erika malu, laki-laki yang entah sejak kapan membenci Erika yang notabennnya adalah sahabatnya saat kecil.

Dinda yang melihat Erika terjatuh karena diselengkat oleh laki-laki kurang ajar yang duduk di depan bangkunya langsung mendorong bahu laki-laki itu dan membantu Erika berdiri, "lo gapapa Er?" Dinda langsung panik saat melihat mata Erika yang berkaca-kaca.

"aku gapapa din udah biar aja" Erika langsung berjalan menuju tempat duduknya, teman-teman kelasnya yang melihat kejadian tadi tampak biasa saja karena kejadian tadi sudah sering terjadi.

Dinda tambah panik saat melihat Erika yang langsung melipat kedua tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya diatas lipatan tangannya, "Er, Erika lo kenapa?" dan saat mengangkat kepala Erika, Dinda sangat terkejut karena melihat kepala Erika yang mengeluarkan darah "Er, kepala lo berdarah", Erika yang sangat takut darah langsung pingsan saat mendengarnya.

••

Saat ini Dinda masih berada di dalam ruang kesehatan yang ada diSMA Angkasa. Erika sudah sadar sejak tadi, tetapi Erika tidak ingin kembali ke kelasnya yang membuat Dinda juga tidak kembali ke kelas karena harus menemani Erika di ruang kesehatan.

Jam pelajaran sudah berakhir sejak setengah jam yang lalu tetapi para murid masih banyak yang berada disekolah, mungkin sebagian dari mereka ada yang mempunyai pekerjaan kelompok, dan sebagian lagi hanya ingin bergosip ria bersama teman-teman mereka, yaa seperti kebanyakan anak remaja jaman sekarang.

••

Erika dan Dinda memutuskan untuk langsung menuju ke rumah Dinda karena Erika mengatakan bahwa dia ingin menceritakan sesuatu kepada Dinda.

Dirumah Dinda hanya ada Bi Mus, yang membantu mamanya memasak atau membersihkan rumah. Jam segini biasanya Mama dan Papanya Dinda masih berada dikantor, dan abangnya Dinda yang bernama Fahdan masih ada jam kuliah hingga jam 8 malam.

Erika langsung menuju kamar Dinda yang berada di dekat dapur, lebih tepatnya di samping kamar mandi yang berada dilantai bawah.

Dinda masih berada di dapur untuk mengambil beberapa cemilan dan sirup untuk dirinya dan Erika.

Saat Dinda membuka pintu kamar, dia melihat Erika sedang melamun di dekat jendela yang menghadap ke arah halaman depan.

Jika sedang ada masalah atau kembali merasa bersalah Erika selalu seperti itu, melamun terus-menerus tanpa ingat makan dan kesehatannya.

Dinda sangat membenci jika Erika sudah seperti ini, Erika akan kembali terpuruk seperti dulu. Dinda tau apa yang menyebabkan Erika seperti ini.

Semua penyebabnya adalah Erlangga.

Selama ini Erlangga tetap pada kepercayaannya bahwa Erika lah yang bersalah, tanpa mau mencari tau apa yang menyebabkan orang yang sangat dia sayang harus pergi meninggalkannya.

Jakarta,
3 desember 2017
Meil.

AlmostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang