part 3

26 3 0
                                    



Langkah Dinda berhenti kemudian berbalik.

DINDA:

(nada sinis)

Kamu punya pacar dan kamu masih berani bilang sayang sama aku?

ARDI:

Emang itu kenyataannya kok Din? Aku ngerasa beda sama kamu yang aku gak pernah ngerasain sama Siska. Pacaran itu gak Cuma menerima pasangan kita aja, tapi juga mimpi kita. Cuma kamu yang ngerti mimpi aku, impian aku. Yang mana Siska selalu pikir klo aku selalu buang-buang waktu dengan kamera. Tapi kamu bisa ngeliat sisi lain dari itu.

Dinda menatap semakin sinis,

ARDI CONT'D:

Emang ini keliatannya gila, egois, bodoh. tapi itu yang aku rasain Din.. Sama kamu itu bukan sekedar buat aku nyaman. Kaya kamu adalah orang yang kucari selama ini. Kamu juga ngerasain hal yang sama kan, Dinda?

Dinda menggelengkan kepala tanda tidak percaya.

DINDA:

(makin sinis)

Enak kamu ngomong kaya gitu, kamu sendiri gak sadar kamu nyakitin cewek kamu. Kamu gak ngerasain apa yang cewek kamu rasain, Di. Kamu nyakitin dia.

Dinda pergi tanpa menoleh. Kemudian kita melihat Ardi hanya terdiam, dibelakang jelas kita melihat ada Siska yang mendengar ucapan mereka dengan raut tidak percaya. Gak lama, Ardi berbalik dan mendapati Siska dengan tatapan "beri aku penjelasan".

INT. LANTAI 2 KEDAI KOPI belakang djendelo caffe – AFTERNOON

Kita melihat ada seseorang yang membawa nampan berisi kopi hitam pekat. Nampan itu menemui sang pemilik, Dinda yang di rooftop yang menatap keluar dengan sekedar melamun.

INDAH:

Aku gak tau kamu suka kopi hitam, Dinda?

Dinda sedikit kaget melihat yang membawa minumannya adalah Indah, namun anehnya, sebuah senyuman melingkar dibibirnya.

DINDA:

Aku suka kopi,

Kali ini Indah ikut berdiri disamping Dinda. Bersandar dipinggir pagar sambil melihat butiran bintang.

INDAH:

Dinda--

Namun omongan Indah dipotong oleh Dinda.

DINDA:

(tersenyum sambil mengangguk)

Aku ngerti sekarang..

INDAH:

Kamu ngerti apa Din?

DINDA:

Kamu gak pernah suka kopi. Mencicipinya pun kamu menolak kan? Tapi herannya, kamu ada disini, sama Edo. Itu yang gak bisa aku ngerti sama dia, Ndah. Kamu bisa ngerti dia. Bahkan aku gak nyangka, kedai yang aku pikir berumur pendek, malah jadi seperti ini. Ini pasti karena kamu jadi pacarnya. Bukan aku.

CUT TO:

Bar barista, ada Edo yang sedang mempersiapkan minuman ke para pelanggannya. Dia terlihat passionate banget dengan kopi. Dan ia tidak sadar ada Dinda disana.

CUT BACK TO:

Indah tersenyum lagi, kali ini karena ia lega.

INDAH:

Aku disini hanya mendukung dia Din. Aku gak tau apa-apa tentang kopi.

Dinda sedikit tertegun, mencoba mendengarkan Indah bersiap bercerita.

INDAH CONT'D:

kamu pernah gak Din, ngerasain ketika pertama kali ketemu seseorang, kamu ngerasa kaya.. dia orangnya. dia yang selama ini kamu cari. Kaya lo perlu usaha banyak untuk jatuh cinta sama dia. Kaya kamu ngerasa dia orangnya.

Indah tersenyum tipis, seakan membayangkan saat ia pertama berjumpa dengan Edo. Sedangkan Dinda hanya terdiam, ia seperti teringat sesuatu.

INDAH CONT'D:

Yang aku rasain, ketika aku sayang sama dia. Aku gak hanya yang hanya nerima orangnya, tapi segala yang ada di dirinya. Termasuk impiannya. Selama itu positif, gak ada masalah kan?

DINDA:

Yha.. kamu benar.

Dinda perlahan mengangguk. Kali ini Indah berbalik badan. Berkata sambil menatap Edo yang sedanga membuat kopi dengan lincahnya.

INDAH CONT'D:

Kalo itu dia yang buat nyaman, buat dia jadi diri sendiri, buat dia bahagia. It's okay for me. Mungkin itu yang membuat dia sampai sekarang masih bertahan denganku.

Dinda mencoba mendalami satu per satu ucapan Indah, ia perlahan mengangguk, Kemudian Dinda meletakkan kopinya dan beranjak.

DINDA:

Aku ngerti Ndah!

Indah bingung tapi ia senang karena Dinda berterima kasih padanya.

Dinda pun juga tidak lupa menegur Edo.

DINDA:

Duluan ya Do!

Edo yang bingung (kok Dinda ada disini) sekaligus senang (karena akhirnya Dinda menegurnya) hanya memberikan senyum canggung.

EXT. ROOFTOP HALL – NIGHT

Ardi hanya melihat pameran foto itu dari atas. Seperti ada yang kurang, Ardi sama sekali tidak tertarik dengan acara miliknya itu. Dengan kaki yang menggantung, ia terlihat cuek dengan pemandangan orang-orang yang berlalu lalang melihat pajangan foto. Tak lama, muncul sepasang kaki ramping duduk disampingnya.

ARDI:

Dinda?

DINDA:

Aku mau nepati janji..

ARDI:

Janji?

DINDA:

Untuk ketemu kamu terus..

Ardi tersenyum seakan itu adalah senyuman terbaiknya. Dinda membalas senyuman manis itu.

EXT. KOS ARDI lantai 2 – DAY – PAST

Ardi sedang memeriksa kameranya diatas kosnya, namun ia melihat Dinda tengah berlari terburu-buru. Ardi pun segera mengambil handuk dan langsung mandi.

EXT. DEPAN HALL KAMPUS – CONT'D

Ardi melihat Dinda berhenti di depan booth sandwitch dari kejauhan dengan setengah berlari ia mendatangi gadis itu dan berhenti di booth minuman.

ARDI:

Makasih ya mas..

MAS PENJUAL:

Kok belinya 2 mas? Buat mbak yang beli sandwitch itu ya?

ARDI:

Tau aja masnya?

Mas penjual nyengir. Ardi hanya tersenyum, tapi begitu Dinda hilang dari penglihatan, ia lalu segera cabut dari situ.

INT. HALL – CONT'D

Dengan yakin, ia berdiri tepat dibelakang Dinda sambil dengan sengaja mengeluarkan 1 botol minumannya. Dengan ini kita tau, bahwa Ardi telah mengincar Dinda sejak lama.

BEAT

Kita melihat mereka berbincang seru. TAMAT

Diakhir lagu: siapkah kau tuk jatuh cinta – by hivi.

Isinya foto-foto romantic Dinda – Ardi dan Indah – Edo

THE END

Love n Cheat (versi Skenario)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang