4: Anak baru?

9 1 0
                                    

Seperti rutinitas biasanya, waktu weekend Asila dihabiskan di dalam kamar untuk menonton drama korea. Tak jarang Asila melupakan waktu makannya untuk menonton sebuah drama. Asila juga menyulap kamarnya menjadi bioskop kecil-kecilan ala Asila. Hanya bermodalkan sebuah laptop dan speeker, lalu lampu kamarnya ia matikan tak luput pula makanan ringan yang mengelilingi dirinya. Kalau sudah sepeti ini, seakan-akan dunia hanya milik Asila seorang.

Asila menatap layar laptopnya dengan pandangan berkaca-kaca. Ada beberapa adegan yang membuat hati Asila tersentuh. Bahkan, jika ada adegan yang menurutnya romantis tak segan-segan Asila berteriak histeris sendirian, karena merasa baper dengan adegan yang dilakulan oleh tokoh yang berada di drama tersebut.

Lampu dikamar Asila, tiba-tiba menyala. Asila terlonjak lalu mengangkat kepalanya.

Asila menghela nafas lelah seraya menatap malas orang yang telah mengusik acaranya. Asila mengangkat sebelah alisnya menatap laki-laki yang berada dihadapannya.

"Ganggu, ya?" tanya laki-laki tersebut memasang senyum tak bersalah.

Asila memutarkan kedua bola matanya sebal. "Menurut, Mas?"

Orang yang disebut Mas itu adalah Kakak kandung Asila yang bernama Radit Pranaya. Kakak satu-satunya yang ia punya sekaligus orang yang yang senang sekali menjahili dirinya.

"Maaf, deh. Lagian kamu dipanggil dari tadi gak nyaut." jelasnya, lalu memilih bergabung duduk di samping Asila.

"Emangnya ada apa?" yang ditanya malah mengedikkan bahunya acuh, lalu merebut makanan ringan yang berada di tangan Asila, memakannya tanpa merasa bersalah.

"Sana keluar. Ganggu banget tau gak!" usir Asila ketika acara menontonnya terganggu dengan kedatangan Radit.

Memang sudah menjadi hal yang biasa, Radit yang selalu mengganggu Asila setiap harinya. Kadang, mereka berdua suka bertengkar karena hal sepele. Tetapi, rasanya tidak enak jika tidak ada perselisihan di antara mereka. Karena, hal tersebut membuat mereka lebih dekat setiap harinya.

Radit memandang malas menatap layar laptop di hadapannya. Radit menonton film ini bukannya dia suka dengan drama korea, alasannya hanya saja ia bosan tidak ada aktivitas yang harus ia lakukan.

Asila menahan nafasnya ketika ada adegan kissing di dalam drama tersebut. Mengapa harus ada adegan seperti itu? Hal ini benar-benar diluar dugaan Asila. Asila takut-takut melirik Radit yang sedang fokus memandang ke arah layar laptop. Sadar dengan lirikan Asila, Radit memandang Asila lalu menutup kedua mata Asila dengan sebelah tangan.

"Anak dibawah umur gak boleh lihat." katanya dengan suara yang tegas.

Asila menghela nafas lelah. Kenapa bisa muncul adegan tersebut disaat kondisinya tidak tepat. "Gak baik nonton film setengah-setengah, Mas. Kita gak bakalan tahu alur ceritanya. Ibu juga pernah bilang ke aku, kalau nyapu gak boleh setengah-setengah, kalau nyapunya gak bersih katanya dapet suami brewokan. Maka dari itu, yang setengah-setengah itu gak baik."

Radit tidak mendengarkan celotehan Asila. Radit masih saja fokus dengan adegan yang ada dihadapannya.

"Doyan apa pengen, Mas? Kenapa masih di lihat? Di skip bisa kali." sindir Asila yang dari tadi masih ditutupi matanya oleh Radit.

"Yang setengah-setengah itu gak baik, Sil." ucapnya seraya melepaskan tangannya dari mata Asila yang tadi ditutupi olehnya.

Radit tersenyum penuh kemenangan, lalu mematikan layar laptop dihadapannya. "Dari pada kamu nonton drama, mendingan kamu bantuin Ibu masak di dapur."

Asila menatap kesal ke arah Radit yang sudah merusak kegiatan menontonnya. Asila bangkit dari persinggahannya seraya membawa piring bekas cemilan tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Queen of BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang