"Argh! Pelajaran pertama hari ini kenapa harus Kewirausahaan sih?!" Geram Kimberly, menyesali kemampuannya dalam menghafal segala hal yang berbau wirausaha yang dibawah rata-rata. Masih menjadi misteri kenapa gadis yang pintar dalam segala hal itu tidak bisa menghafal pelajaran Kewirausahaan. Mungkin ini semua dikarenakan tugas dari Bu Nika yang pernah memerintahkan murid-murid untuk berjualan demi nilai 80, hal yang terhitung sangat mengerikan bagi anak seperti Kimberly, memang.
"Memang apa bedanya pelajaran Kewirausahaan dengan pekerjaan hafalan yang lainnya? Kau kan jagonya dalam hal hafalan." Sahut Carolyn, "Jangan bilang ini karena kita pernah berjualan."
Kimberly hanya memonyongkan bibirnya, "Memang."
"Alasan konyol." Dengus Carolyn.
Kimberly menghelas nafasnya lagi, "Argh! Kenapa juga aku tidak satu ruangan dengan Dennis sih?" Keluhnya lagi, membuat sahabatnya memutar mata.
"Ayolah, Pig. Jangan mengeluh terus. Kau itu benar-benar berisik." Dengan cueknya Carolyn kembali membaca novel Robsten Story yang ditangannya. Memang sekarang mereka sedang beristirahat selama empat puluh menit, dan kedua sahabat ini malah memilih mengobrol dan baca novel alih-alih belajar. Pelajaran selanjutnya Bahasa Inggris sih... Mereka terlalu pintar hingga bingung ingin belajar apa.
Grek
Tiba-tiba terdengar suara gesekan tempat duduk didepan bangku Carolyn. Dan disana sudah duduk manis seorang lelaki tampan dengan buku tebal bertuliskan 'Kane Chronicles' di sampulnya. Sepasang mata obsidiannya menatap tepat ke mata hazelnut Carolyn.
"Hn, numpang baca." Katanya seolah mengerti pandangan penuh tanya yang dialamatkan kedua gadis cantik itu padanya.
"E-eh? Apa, Kak? Tadi Kak Alva bilang apa?" Tanya Carolyn terkejut.
"Aku numpang baca disini. Walaupun lebih enak baca dengan tenang, tapi aku lebih suka jika ada teman baca." Alva menghela nafas, "Setidaknya jika dijuluki 'freak', aku ada temannya." Dia tampak menyeringai.
"A-ah, tentu saja." Gumam Carolyn.
Kimberly sebagai seorang pembaca suasana paling baik di alam semesta, memilih undur diri. Selain itu, dia juga tidak mau mengganggu usaha Alva yang SANGAT tampak sedang berusaha mendekati sahabatnya.
"Err, aku permisi kalau begitu. Aku mau ke ruangan Dennis." Tanpa seizin Carolyn, Kimberly sudah hilang dibalik pintu.
"Eh, eh, Pig!" Carolyn tampak ingin mencegah sahabatnya meninggalkan dia dalam suasana canggung ini, sampai sebuah tangan hangat menggenggam pergelangan tangannya.
"Kau mau pergi juga? Kalau begitu aku baca dengan siapa?" Alva menatap tepat ke mata coklat cair Carolyn.
"Ak-aku, aku... hanya..." Sesaat Carolyn mengutuk kata-kata tak mutu dan gugupnya.
"Hn, baca saja disini. Temani aku." Alva kembali mengalihkan matanya kearah buku Kane Chroniclesnya.
Membuat seorang gadis cantik dihadapannya merona merah dan hampir pingsan.
.
Suasana kelas yang sepi seolah mendukung keadaan dua sejoli yang sedari tadi sibuk membaca buku dalam hening. Atau lebih tepatnya si gadis yang mencoba memfokuskan pikirannya untuk meredam debaran jantung sialan yang dari tadi bertalu-talu itu, dan si laki-laki yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik si gadis yang tampak gugup. Sepasang mata obsidian Alva tampak sedang sibuk memperhatikan rona merah yang menjalar di kedua pipi chubby gadis cantik dihadapannya.
'Lucu.' Batin Alva sambil tersenyum geli.
Lalu matanya memperhatikan buku tebal yang dipegang Carolyn.