Lapangan basket yang memiliki gedung sendiri, membuat tempat ini jauh dari jangkauan pendengaran para guru. Sehisteris apapun mereka teriak suara mereka tetap aman bergema di dalam gedung. Andita sudah berdiri di tengah lapangan di temani lima cowok yang menurut Andita 'cowok kurang kerjaan'.
Andita masih dengan tampang santainya menatap Agam yang berdiri di hadapannya. Aya-Asri-Nina beserta murid yang lain ikut berkumpul di pinggir lapangan.
"Pandu, cepat bawa embernya kesini!" Perintah Agam setengah berteriak.
'Oh rupanya bos geng hehe'. Andita mengejek Agam dalam hati.
Pandu meletakkan ember berisi bekas air cucian piring di dekat kaki Agam. Bau semerbak menusuk hidung Andita dan membuatnya bergidik jijik.
"Jorok banget air mandi lo." Ucap Andita kemudian terkekeh.
"Kamu banyak omong juga ya. Adit! Rega! Pegangin tangan cewek tengil itu!"
Adit dan Rega sigap memegangi tangan Andita, tapi gadis itu tetap tenang bahkan tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Agam menyendok air bekas cucian piring dengan gayung yang sudah ia pegang dari tadi.
"Kamu harus di bersihkan, biar setan yang bersemayam di badanmu pada pergi." Agam tersenyum mengejek.
Pandu, Adit, Rega, dan Lintang tertawa mendengar perkataan Agam. Andita pun ikut tertawa membuat kelima cowok itu geram.
"Oke. Aku siram sekarang. 1..2..3..!" Agam menyiramkan air kotor itu ke arah Andita.
Andita gadis pintar, dia menghempas pegangan Rega di tangan kanannya lalu menarik Rega berdiri di posisinya. Dengan lincah Andita mendorong Adit hingga terjungkal ke lantai. Andita berlalu menjauh dari posisinya. Dia tertawa meledek melihat Rega yang telahh basah kuyub.
"Kok aku sih yang disiram? Kamu gimana sih Gam?!" Tanya Rega sengit.
Marah rupanya hihihi.
"Kamu yang salah, megangin cewek gitu doang nggak bisa!" Sahut Agam tak kalah sengit.
"Udaah, jangan berantem!" Teriak Lintang menengahi perdebatan kedua temannya.
Lintang melirik tajam Andita yang masih tertawa."Gara-gara kamu kan, temanku jadi basah!"
"Yeee, salah lo semua. Ngapain mau ngerjain gue "
Lintang mendekat ke arah Andita menarik tangan gadis itu. Andita tak bergeming, ia membalas menarik tangan kiri Lintang dan memutarnya ke belakang punggung cowok itu. Lintang yang tidak siap menghadapi serangan hanya bisa mengerang kesakitan.
"Bangsat! Lepasin tanganku, arrgh!"
"Ah cemen nih, beraninya sama cewek. Lo kali yang bangsat bukan gue." Sahut Andita sambil menendang sendi lutut Lintang dan sukses membuat cowok itu berlutut.Pandu dan Adit yang tidak terima melihat Lintang di kalahkan seorang cewek, mereka langsung mendekati Andita. Adit meninju Andita yang refleks membuat Andita menahan tinju Adit dan memutar tangan cowok itu. Andita menendang keras perut Pandu dan membuatnya tersungkur kelantai. dia melanjutkan mengait kedua kaki Adit dengan kakinya dan membuat Adit terpelanting.
"Errghh..." Adit mengerang saat bokongnya menghantam lantai yang basah oleh genangan air cucian piring.
Semua siswa-siswi yang melihat adegan itu menjadi takjub. Terlebih lagi dengan Asri, Nina, dan Aya.
"Andita ternyata pakek celana tapi seperti rok!" Seru Nina girang.
"Kereeen aku juga mau desain celana itu." Sahut Aya tersenyum.
"Hussst!" Asri mendelik, menyuruh kedua temannya untuk diam.Andita berbalik menghadap Rega yang terpaku di tempatnya. Cowok itu sadar seketika, saat Pandangan Andita menusuk manik matanya. Rega langsung menumpah semua air yang masih berada di dalam ember, lalu melempar ember itu ke arah Andita. Andita menangkisnya dengan tendangan membuat ember itu terpelanting dan berguling menjauh. Andita mengangkat kaki kanannya keatas hingga lurus keatas sejajar dengan kepalanya dan kaki kirinya berpijak kuat di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Senja
Teen FictionAku tau, diam-diam kau sering memotretku. Aku tau, diam-diam kau sering memandangiku. Lucu, itulah kesan pertama yg kulihat saat dirimu selalu gugup di depanku. Unik, itulah kesan pertama yg kulihat saat kau bertingkah konyol di hadapanku. Gemas, it...