Hari ini, pertama kalinya dalam seumur hidupku -Mely- akan pergi berdua dengan seorang lelaki bernama Rafa. Iya, Rafa adalah pacarku. Ia mengajakku berlibur ke Singapore. Setelah mendapat izin dari Mama, kami pun akan berlibur bersama di Singapore seminggu. Setelah memastikan barang – barang bawaanku tidak ada yang tertinggal, aku masuk kedalam taksi yang akan mengantarkan ku ke bandara. Rafa bilang, ia tak bisa menjemputku hari ini. Jadi aku putuskan untuk pergi ke bandara sendirian. Setelah mengingat Mama yang tidak bisa juga mengantarku dikarenakan ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
“Rafa, kamu dimana? Ini aku udah on the way ke bandara.” Ucapku disela sela telepon yang sedang terhubung dengannya.
“Iya, ini aku juga mau on the way sayang. Cuma masalahnya ini, di tol yang aku lewati sedang ada perbaikan jalan. Jadi kemungkinan aku bakal telat, aku minta sama kamu, setelah sampai disana kamu langsung check-in aja ya. Tunggu aku, love you.” Jawab Rafa yang langsung menutup teleponnya. Ntah kenapa ada perasaan khawatir denganku. Walau pun begitu aku tidak tahu perasaan apa, jadi aku membuangnya saja dengan menarik nafas dalam – dalam.
Sejam berlalu. Sesampainya aku dibandara, aku langsung menuju tempat check-in keberangkatan luar negeri. Sudah kuberi tahu pada Rafa kalau aku juga sudah melakukan perintahnya. Tidak sabar menunggu pesan darinya, aku langsung menekan digit angka 1 sebagai panggilan cepat khusus untuk Rafa.
“Kamu dimana sih? Udah sejam aku nunggu kamu. Dan ini juga aku udah check-in. Rafa, kamu jangan bercanda deh. Kamu gak akan ninggalin aku, kan?” tanya ku pada Rafa dengan perasaan was – was. Semakin tidak enak saja perasaanku ini.
“Ya ampun, aku beneran lagi dijalan. Sumpah deh ini macet total, Mel.” Jawabnya lembut. Aku selalu suka dengan ucapan Rafa yang terdengar lembut ditelingaku. Ada rasa nyaman tersendiri saat mendengarkannya.
“Beneran? 2 jam lagi take off loh. Bisa cari kendaraan lain nggak? Atau kamu jalan deh keluar dari tol terus cari taksi lain.”
“Mau keluar gimana? Ini lagi ditengah – tengah kemacetan, Mely-ku. Sabar ya. Aku bisa nembus waktu 1 jam deh, yakin.”
“Hm..”
“Jangan ngambek dong, cupcup. Aku pasti pergi sama kamu kok, tenang ya.” Ucap Rafa menenangkan ku. Aku senang sekali rasanya menjadi pacar Rafa. Dia lelaki kedua yang menyayangi ku dengan tulus setelah Papa. Walau kini Papa ku sudah tiada, aku tetap menempatkannya diurutan pertama sebagai lelaki yang menyayangiku dan yang aku sayangi dengan tulus.
“Aku boleh minta sesuatu sama kamu kan, Mel?” tanya Rafa.
“Iya, apa? Jangan minta yang macem – macem ya Raf.” Ucapku pada Rafa.
“Kalau misalkan aku gak dateng sampai mau berangkat, kamu pergi ajaya. Aku akan nyusul. Aku gak bisa mastiin ini macet kelarnya sampai kapan. Soalnya ini macet total, Mel. Panjang banget lagi.”
“Ih kamu apaan sih? Enggak. Aku bakal nunggu kamu sampai kamu dateng, kamu pasti dateng kan?” aku makin ngerasa nggak enak sama perasaanku sendiri.
“Iya, sayang. Aku pasti dateng. Tolong ya, kamu lakuin permintaan aku tadi. Aku tutup ya teleponnya, tadi aku enggak nge-charge hp. Takutnya ntar low trus enggak bisa hubungin kamu.” Jelas Rafa. Sungguh Raf, akku enggak mau pergi sendirian tanpa kamu.
“Yaudah, kamu hati – hati ya. Aku tunggu. Love you.” Sesudah membalas kata terakhir, Rafa memutuskan sambungannya denganku.
Huft. Sejam setengah aku sudah menunggunya. Dari tadi aku terus memperhatikan pintu masuk, tetapi tidak kudapati sosok yang kutunggu. Perasaanku makin tidak enak. Kacau. Dengan cepat aku langsung mengetik sebuah pesan untuknya.
-Kamu dimana? Ya Tuhan, demi apapun setengah jam lagi berangkat Raf. Aku harus gimana?- Setelah menekan tombol sent, aku langsung berdiri setelah mendengar pemberitahuan penumpang keberangkatan menuju Singapore diharuskan memasuki pesawat yang sudah ditentukan. Hp-ku bergetar. Dengan cepat aku membuka pesan dari Rafa.
-Parah, Mel. Ini beneran deh. Aku belum juga keluar dari tol. Dan kayaknya enggak keburu. Kamu pergi aja ya. Aku janji akan nyusul dipesawat selanjutnya. Take care, dan jangan lupa berdoa. Sampai ketemu di Sigapore, Mel. Aku sayang sama kamu. Lakuin ya, ini perintah.-
Kamu jahat Rafa, gumamku. Jelas saja ini gila. Baru pertama kali aku harus pergi keluar negeri sendirian. Dengan terpaksa aku menuju pesawat yang akan membawaku ke Simgapore. Aku harap kamu bener – bener nyusul aku Raf. Jujur, aku nggak bisa sendiri disana.
***
Tadaa! gimana prolognya ya? wkwk