Pertemuan Awal

165 11 12
                                    

Masa SMA merupakan masa yang paling dirindukan oleh banyak orang. Jangan rindu, ini berat. Kau tak akan kuat, biar aku saja. Eh sepertinya salah dialog. Yap seperti yang kalian tau kalimat tersebut merupakan kalimat yang tidak asing bagi para pencinta novel. Tentu saja itu kalimat dalam novel idola saya, yang berjudul "Dilan" ditulis oleh Pidi Baiq. Tapi bukan itu yang kita akan bahas,melainkan sebuah pertemuan yang mengawali semua kejadian yang terjadi.

Namaku Jimmy, aku duduk di bangku kelas XI IPA di salah satu SMA swasta di jakarta. Mungkin kalian kaget,jika aku bersekolah disini dengan niat tidak ingin mempunyai gadis yang kusuka disekolah ini. Yap, begitulah tujuanku yang aku harap aku konsisten menjalaninya. Tapi ternyata, tujuan ku lenyap begitu aku melihat sesosok jelmaan bidadari disekolah ini. Perkenalkan, namanya Felecia. Entah mengapa, saat aku melihat nya seperti ada yang berbeda dari dirinya. Bahkan melihat primadona disekolah ku pun aku hanya sebatas "oh iya cantik". Tapi, jika aku melihat Felecia jantung berdetak lebih kencang dari laju sebuah motor balap. Saat aku melihatnya seperti "wow, ini nih yang namanya bidadari surga?". Kalian boleh mengkritikku sebagai orang yang lebay. Tapi, jujur ini memang terjadi.

"Jimmy ayo udah waktunya lintas minat" teriak padang kepadaku. Oh iya apakah aku sudah memperkenalkan dia? kurasa belum. Aku memanggilnya padang. Dia merupakan sahabat ku satu satunya di SMA. Mungkin karna kami memiliki banyak kesamaan sampai sampai guru guru memanggil kami dengan istilah "kembar". Orangnya asik,lucu, dan bodoh hehehehe. Bercanda kok. "Iyaa dang sabar, gua lagi masukin buku dulu bentar" jawabku. Lalu, aku menghampiri padang dan kami menuju ruang lintas minat inggris bersama sama. "It's my first time to join lintas minat inggris" gumamku dalam hati. Sesampainya diruangan aku bersama padang langsung menempati bangku kosong paling belakang. Disitulah kami sudah masuk ruangan malah asik main hp hehehe. Guru lintas minat pun datang,namanya pak july. Pak july pun bicara dan memberi sambutan kepada kami dan perkenalan diri Pak July. Pak July akhirnya menentukan ketua kelas agar membantunya saat beliau tidak hadir. Ia melihat daftar nama murid lintas minat yang berada dalam kelasnya. Dan terpilihlah satu nama. Ya nama itu adalah Felecia.

Felecia, begitu indah bukan nama itu? Kau tidak akan terbayang seberapa terpesona nya kamu saat melihat sang pemilik nama. Bermata sipit layaknya orang cina. Berkulit putih yang menurutku amat indah dilihat. Bibir nya yang sangat membuatku tergila gila saat ia tersenyum. Kacamata yang membuat mata sipit nya tersamarkan. Namun, jika dilihat keseluruhan aku merasa dia lah ciptaan Allah paling sempurna di bumi ini. Ok,cukup kamu membayangkannya. Karna jangan coba coba kamu jatuh cinta kepada pujaan hatiku ini. Sungguh,semakin kamu mengganggu dirinya semakin aku mencari dirimu dan memberi sebuah pelajaran tambahan yang tidak diberikan guru.

Felecia pun maju menuju Pak July yang memanggil dirinya. Terpilihlah sang ketua kelas, Felecia. Aku begitu mendambakannya bahkan hingga padang menendangku dan terjatuh hingga khayalanku rusak. Satu kelas pun tertawa terbahak bahak melihatku mental dari tempat duduk,termasuk si sialan padang yang menendangku dia nampak amat girang terlihat dar mulutnya yang terbuka lebar dengan ventilasi diantara gigi giginya. Aku pun bangun dan langsung menjadi malu. Aku pukul dada padang karna telah mempermalukan aku. Namun, meski begitu aku berterima kasih juga kepada padang. Karna berkat dirinya, aku bisa melihat tertawa indah Felecia "sang bidadari surgaku".

Aku langsung menanyakan pendapat sahabatku tentang bagaimana jika aku menginginkan Felecia. Oh Tuhan, andai aku tidak menanyakan hal itu dulu. Mungkin aku tidak akan pernah tau jika sahabatku mengincar Felecia juga. Kau tau? saat itu aku ingin sekali memukulnya. Namun, sahabat tetaplah sahabat. Bukan lelaki jika bermusuhan hanya karena masalah "lawan jenis". Beruntungnya aku, saat kutanya apakah sahabatku mau mendekati Felecia. Dia menjawab tidak karena dia sudah memiliki kekasih saat itu. Tuhan mendukungku menjaga Hamba-Nya yang satu itu. Lalu, akupun memberanikan diri mendekati "sang bidadari surga".

Hey Felecia, Je t'aime.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang