Lika-liku

53 2 0
                                    

Hai semuanya, kali ini dan dua chapter kedepan aku Felecia yang akan menceritakan cerita ini melalui sudut pandangku.

Oh iya, sebelumnya aku lupa berkenalan pada kalian ya? Ok, sekarang aku akan memperkenalkan diri.

Namaku Felecia, aku tinggal di C****t Jakarta Timur. Aku bersekolah disalah satu SMA swasta berbasis Islam di Jakarta Timur. Aku memiliki ciri khas yang menurut Jimmy, itulah kelebihanku. Aku memiliki mata yang sipit meskipun aku bukan keturunan C*na. Dan bibirku kecil dan tipis serta pipi chubby. Mungkin cukup untuk perkenalannya, mari kita lanjut ke ceritanya.

Seperti yang aku ceritakan di part sebelumnya, bulan pertama itu bulan yg paling manis dari hubungan kami. Yah, mungkin hampir semua pasangan mempunyai bulan pertama yang amat manis:).

Tapi, aku juga sudah menyebutkan pula. Bahwa, bulan pertama merupakan awal dari lika-liku yang ada.

Hubunganku dengan Jimmy bertahan manis, selama 3 bulan. Setelah itu, semua masalah dan perselisihan antara aku dan Jimmy terus terjadi. Ini bermula, pada awal kecemburuanku saat Jimmy bercanda dengan teman perempuannya.

"Kamu genit ih." ucapku marah.

"Loh? Genit gimanaa sih Fel?" jawabnya herann.

"Ya coba kamu pikir, ngapain bercanda ampe kayak gitu coba."

"Maksudnya?" tanya Jimmy masih heran.

"Itu ngapain bercanda sm dia ampe modus begitu?"

"OHHHH. Ya Allah, gamoduss felll. Cuma bercandaa doanggg." jawab Jimmy ngelak.

"Kan baru gini aja udah bohong."

"Gak bohonggg Felll."

"Tau ah terserah kamu." ucapku kesal.

Jimmy mengejarku. Namun, entah kenapa dia seperti mudah sekali menyerah. Lalu, aku mendengarnya mengucapkan sesuatu.

"Yaudah lah terserah. Aku gabohong dibilang bohong." ujar Jimmy.

Aku tidak memperdulikan ucapannya. Aku terus berjalan tanpa memperdulikan apa yang Jimmy ucapkan. Aku sengaja mendiamkan Jimmy sampai dia meminta maaf. Namun, diluar dugaan dia malah menjelaskan semuanya dichat tetapi dengan nada seperti orang kesal. Aku pun terus mendiamkannya. Ternyata, saat aku mendiamkannya dia malah mendiamkan ku balik hingga kami lost contact selama satu malam.

Esok paginya, saat jam istirahat pertama. Jimmy mendatangiku, dan meminta maaf atas perlakuannya kemarin.

"Fel, iya aku salah. Aku minta maaf. Tapi, plis dengerin penjelasan aku dulu." ujarnya sedih.

Melihat Jimmy yang terlihat sedih pun aku menjadi tidak tega, tapi yang namanya gengsi seorang perempuan aku pun hanya diam dan Jimmy menjelaskan semuanya seperti dia sudah mengerti jika aku hanya terdiam.

Usai menjelaskan semuanya, Jimmy terlihat kebingungan. Karna yang ia dapati raut muka ku belum juga berubah. Lalu, Jimmy pun berbicara padaku dengan senyum terukir di wajahnya.

"Misi? Bu? Bagaimana tawaran akan produk kami? Apakah anda menyukainya?" tanyanya berlagak seperti seorang sales.

"Apasih." jawabku jutek.

"Kalo kata orang, marah mulu nanti cepet tua. Tuhkan jidatnya mulai keliatan keriput tuh hahahaha." Ucap nya meledek.

"Hm."

"Udah yaaa jangan ngambek mulu. Mau dibeliin permen biar gak marah lagi?"

"Gak lah, emangnya aku anak kecil."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hey Felecia, Je t'aime.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang