Kabar Burung

61 4 1
                                    

Cit cit cit cit. Seekor burung memberi aku sebuah kabar. Hahahaha, bukan. Bukan kabar burung yang seperti itu. Bisakah kamu membayangkan seperti apa kabar burung yang mampu membuat aku senang bukan kepalang?. Ya, aku mendapatkan sebuah kabar burung dimana hubungan Felecia dengan kekasih nya sudah usai.

"Mpok, Nasi ama lelenya satu ya. Sambelnya yang banyak kayak biasa." pesanku kepada penjual pecel di kantin. Sambil menunggu pesanan datang, aku ngobrol dengan teman teman ku. Disitu juga pula dimana datang seorang "informan" pribadi ku mendatangiku dan memberi sebuah kabar bahwa hubungan Felecia sudah usai. Goddamn it. Aku langsung menyuruh salah satu temanku untuk memukul wajahku dengan keras agar dapat memastikan bahwa itu bukanlah mimpi. Sebuah pukulan keras mendarat di wajahku dan aku kesakitan seperti cacing di kasih garam. " GUA GAMIMPI WOY". Sorak ku girang sambil loncat loncat kesana kemari. Aku pun pergi langsung menuju kelas Felecia untuk bertanya kepada nya langsung. "Jimmy, ini pesenan lu gimana?." teriak salah satu temanku. Aku pun memberikan uang untuk membayar pesanan ku kepada penjual pecel tersebut. " Mpok, nanti kalo udah jadi kasih si Udin aja ya, makasih mpok." ucapku ke penjual pecel. Aku pun lari bergegas menuju kelas Felecia.

Sesampainya aku di depan kelas Ips 1. Aku tidak menjumpai Felecia dimanapun. Aku pun bertanya pada anak kelas tersebut. "Eh, Felecia mana?." tanyaku. "Gamasuk Jim, katanya sih sakit." jawab orang tersebut. Shit. Ini nih yang namanya dikerjain. "Oh yaudah makasih ya." ucapku sambil pamit. Aku pun menghampiri Udin dan menanyakan akan hal tersebut. Dia menjawab ada anak kelas itu yang sudah lumayan deket dengan Felecia dan cerita kepada Udin. Yah baiklah, aku memang tidak bisa menyalahkan siapa siapa.

Waktu pulang pun tiba. Aku bergegas pergi menuju rumah Felecia untuk menanyakan kebenaran hal tersebut. Baru setengah perjalanan aku berhenti karna merasa kelupaan sesuatu. Betapa bodohnya aku yang baru menyadari hal tersebut. Hal bahwa aku pun tidak mengetahui dimana rumah Felecia. Tersesat lah aku di tempat antah berantah. Akhirnya, aku bisa keluar dari tempat itu dan bergegas menuju ke rumah.

Sesampainya di rumah, aku langsung naik ke kamar dan mengecek hp. Aku bertanya kepada Felecia mengapa dia tidak pergi kesekolah hari ini?. Ia menjawab badannya sedang kurang sehat. Yah, seperti yang diinfokan teman sekelas nya. Namun, bagaimana dengan Kabar Burung yang diceritakan Udin?. Belum sempat aku bertanya, dia sudah lebih dahulu cerita tentang Kabar Burung itu. " Katanya tadi lagi rame Kabar kalo gue udah putus ya?." tanyanya. "Iyaaa,tadi ada yang cerita ke gua juga." jawabku semangat. "Menurut lo gimana? Terus pas denger kabar itu lu gimana?." tanyanya tegas. "Yaa gatauu, tapi semoga itu bener. Emm, kalo soal gua gimana pas denger itu gausah dijawab ya hehe." jawabku malu. Mendengar aku berbicara seperti itu ia tertawa. "Makasih ya Jimmy, lo udah ngehibur gue. Emm, dan soal Kabar Burung itu. Itu beneran, gue udah putus." ucapnya lega. Karna kalimat yang diucapkan Felecia, aku senyum senyum sendiri selama seminggu penuh. Sampe adikku yang bontot nyeletuk bahwa kakak tertuanya sudah kehilangan akal sehat.

Aku benar benar malu bahwa waktu itu aku benar benar senyum kegirangan seperti orang tanpa akal. Yaa, aku tidak peduli omongan orang lain tentang opini mereka melihatku seperti itu. Satu satunya hal yang kupikirkan, Felecia terhibur akan hadirnya aku. Apa yang akan kalian pikirkan saat orang yang kalian sayang merasa terhibur oleh kalian? Ya, kalian mampu menjawabnya sendiri.

Hey Felecia, Je t'aime.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang