Prolog

15 0 0
                                    


"Ini menakjubkan!"

Gadis yang sedang berada di sebelahnya itu tiba-tiba berdiri, merentangkan kedua tangannya, dan menutup kedua matanya. Tepat di atas bukit Nevada yang menawarkan pemandangan Las Vegas yang indah, Zack Bryant menemukan kebahagiaan-nya.

"Ayo, kita harus memutar musik!" Gadis itu menggerakkan sebelah tangannya merogoh saku jaket jeans-nya, dan mengeluarkan ponsel. Tidak lama setelah itu, alunan lagu mulai mengiringi malam itu.

Bukit Kota Nevada menawarkan pemandangan Las Vegas yang menakjubkan di bawahnya, gemerlap lampunya menghiasi malam bagaikan permata di langit. Benar, pemandangan yang bisa membuat dirinya takjub, pemandangan yang bisa membuat Zack, dan Vanessa takjub.

Tapi, ia berani bertaruh, malam itu bukan satu-satunya hal yang membuat ia terengah-engah. Vanessa, dengan tangan terentang ke langit, berputar dengan anggun di lereng berumput. Gadis itu seperti bintang jatuh, bersinar dan penuh kehidupan.

Alunan musik lambat di kejauhan mencapai telinganya. Zack bisa melihat gadis itu menari mengikuti irama alam semesta itu sendiri. Angin sepoi-sepoi musim gugur mengacak-acak rambutnya, dan tawanya memenuhi malam. Pada saat itu, ketika dunia di sekitar mereka memudar, yang ada hanyalah Vanessa dan bintang-bintang, Zack tahu benar hatinya dipenuhi emosi yang kuat. Untuk malam itu, dan untuk kota yang telah mempertemukan mereka.

Ya, Zack tahu benar ia merasa puas menjadi pengamat pemandangan indah itu. Tapi Vanessa, yang selalu penuh kejutan, menarik perhatiannya dan dengan seringai menular, dia bersikeras, "Apa yang kau lihat? Berdansalah denganku!"

"Di sini? Jangan bercanda, bagaimana kalau ada yang melihat?" sahut Zack mengamati sekelilingnya, berusaha menemukan apabila ada orang lain di tempat itu.

Dengan cepat gadis itu tertawa, "Siapa yang akan menemukanmu ditengah bukit ini, Zack? Ayolah, kita tidak bisa melewatkan momen ini!"

Kegembiraannya menular, mustahil untuk ditolak. Jadi, dengan enggan, dan masih mengamati situasi di sekelilingnya, ia melangkah ke panggung yang gadis itu buat. Kakinya melangkah dengan ragu-ragu pada awalnya. Lagu falling like the stars oleh James Arthur melingkari mereka seperti pelukan hangat, menawarkan emosi yang kuat. Dan ketika Zack menemukan ritmenya, ia semakin tenggelam dalam emosi itu.

Saat Vanessa dan Zack berdansa bersama di bawah bintang-bintang, Zack tidak bisa menghentikan pikiran yang membanjiri benaknya. Bukan hanya keindahan malam atau pesona kota Nevada yang ia syukuri. Itu untuk Vanessa, untuk cinta yang telah bersemi meski menghadapi segala rintangan.

Dalam keheningan hatinya, ia membisikkan sebuah perasaan yang sudah menjadi mantra, "Benar, untuk kesekian kalinya aku jatuh lagi. Aku jatuh cinta lagi pada gadis ini."

Zack menyadari emosinya yang semakin kuat. Tarian mereka bagaikan sebuah cerita, bukti kekuatan kisah romantis anak SMA yang polos. Kisah tentang seorang anak laki-laki berusia 18 tahun yang pindah ke Nevada untuk menemukan makna di hari-harinya dan menemukan dunia kegembiraan yang tidak pernah dia ketahui keberadaannya.

Di setiap langkah, di setiap putaran, mau tidak mau, Zack bersyukur atas anugerah malam itu. Atas keindahan jiwa Vanessa, dan atas cinta yang telah menerangi hidupnya. Tarian di bawah bintang-bintang itu adalah perayaan perjalanannya, sebuah pengingat bahwa cinta anak remaja... bisa jadi polos dan sangat indah.

Saat musik diputar, Zack tidak bisa berhenti tersenyum, hatinya dipenuhi rasa syukur atas pemandangan yang menakjubkan, gadis yang bersinar dalam pelukannya, dan janji akan lebih banyak lagi momen seperti itu di kota Nevada, tempat kisah mereka berlanjut. Untuk terungkap di bawah langit, dan bintang-bintang yang tak berujung.

Falling Like The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang