* Sotus The Series belongs to Bitter Sweet
* This story and OC belong to Me (Saya pernah mempublish cerita ini dengan karakter dan fandom yang berbeda di Fanfiction, blog, Facebook, dll. Jadi jangan sebut saya plagiator tak tau diri)Warnings: Bloody Scenes, Gore, Typo(s), OC, OOC.
***
"Aku menyukaimu, P'Kongpob,"
Sebuah pernyataan cinta. Kau menghela nafas, bosan.
Ah- tidak.. ini bukan peryataan yang pertama kali ditujukan untukmu, kan? Semua orang baik laki-laki maupun perempuan menyukaimu dan tergila-gila padamu. Wajah yang tampan tanpa cela, pintar, bentuk tubuh yang bagus, seorang idola kampus. Itu semua ada pada dirimu.
"Tidak bisa." Sebuah jawaban singkat keluar dari mulutmu.
Pemuda manis yang ternyata adalah juniormu mengeryit heran. "Kenapa?" tanyanya.
'Tsk!' Sebenarnya Kau begitu jengkel saat harus mengulang alasan tersebut setiap kali ada yang menyatakan cinta. Tapi kau tetap menahan emosi.
"Maaf, tapi ada orang lain yang kusukai, dan dia adalah kekasihku sekarang," jawabmu seraya membayangkan wajah P'Arthit.
Pemuda di depanmu tertegun. Tak ingin berlama-lama kau menatapnya sebentar. Sedetik kemudian Kau segera berbalik, dan pergi meninggalkan Pemuda itu sendirian di taman belakang gedung universitas.
.
.
.INSANE
A Thriller Fanfiction
"I'll take whats mine"
***
"P'Arthit! Kau datang kemari?!"
Seorang laki-laki masih dengan penampilan kantornya merespon panggilan (atau teriakan bisa dibilang) mu. Ia menoleh dan tersenyum kecil. Senyuman yang selalu membuatmu terpesona.
Kau memeluknya erat, tak peduli kalian masih berada di area kampus. Kau hirup aroma tubuhnya dalam, membelai rambut hitamnya dan terakhir mengusap pipi yang masih terasa layaknya marsmallow, putih, lembut dan kenyal. aaah.. betapa kau merindukannya.
Seminggu tidak bertemu rasanya Tidak tertahankan. Kau ingin sekali menciumnya, tapi ia segera mendorongmu menjauh. Kau kecewa? Tentu saja.
"Kongpob! Jaga perilakumu! Kita di kampus! Banyak orang yang akan melihat!"
Oh. Apakah itu rona merah yang timbul di pipi P'Arthit? Kau tersenyum. P'Arthit sedang merona sepertinya. Sisi lain dalam dirimu berteriak, menghasutmu untuk menyergap P'Arthit saat itu juga, menciumnya kasar, merobek pakaiannya dan menandainya agar semua orang tau kalau P'Arthit hanya milikmu seorang.
P'Arthit datang untuk urusan transkrip nilai, dan harus segera kembali ke kantornya. Sekali lagi kau merasa kecewa, tapi saat P'Arthit menjanjikan bahwa minggu depan kau bisa menginap di apartemennya, kau kembali merasakan semangat tak terhingga.
"Harusnya P'Arthit mengubungiku, aku bisa menjemputmu kemari dan mengantarkanmu lagi,"
"Tidak. Aku tidak ingin menyusahkanmu, mahasiswa tingkat tiga selalu punya banyak tugas,"
Jawaban P'Arthit membuatmu mengulum senyum. Kebaikan P'Arthit selalu bisa membuatmu jatuh cinta padanya berkali-kali.
"Kalau begitu, aku akan menemani P'Arthit mencari taksi,"
P'Arthit menggeleng, "Tidak perlu, aku ke sini bersama P'Shone,"
Nama laki-laki lain mengusik pendengaranmu. Panah cemburu melesat cepat menusuk hatimu. Pikiranmu seketika menggelap. "Kalian... pergi berdua?"
"uh-huh"
Lelaki di sebelahmu mengangguk. Sepertinya P'Arthit tak menyadari pertanyaanmu yang mengganggu. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti tepat di hadapan kalian, kaca mobil terbuka, ada seorang lelaki dewasa di dalamnya.
"Arthit? Urusanmu sudah selesai?"
P'Shone senior P'Arthit di tempat kerja, berada di belakang stir mobil masih dengan pakaian kantornya. Kedua tanganmu terkepal erat hingga buku jarimu memutih. Kau kenal lelaki itu, tidak hanya dari cerita kekasihmu, tapi karena keberadaan lelaki itu di dekat kekasihmu. Setiap saat, setiap waktu, bahkan ketika jadwalmu dan P'Arthit kencan, entah darimana lelaki itu datang menengahi. Kau tidak menyukainya. Sangat. Tentu saja saat kau tau kalau P'Shone juga mengincar kekasih tersayangmu. Ia dengan jelas menempel pada P'Arthit, memberikan perhatian, sentuhan-sentuhan kecil yang disengaja. Semuanya.
P'Shone melihatmu. Mengamati perpisahan sementaramu dengan P'Arthit.
"Aku pergi dulu, Kongpob," P'Arthit memberi salam terakhir dengan tepukan lembut di punggungmu.
"Hati-hati di jalan, P'Arthit! Tolong hubungi aku kalau kau sudah sampai,"
"Tentu saja Arthit akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir, N'Kong. Aku akan menjaganya" ucapan P'Shone membuatmu sadar kalau ia jelas-jelas menantangmu.
P'Arthit masuk ke dalam mobil, P'Shone memakaikannya sabuk pengaman. Kau tau P'Arthit menatapmu cemas, takut kau berfikiran yang tidak-tidak. Tenang saja. Kau sudah tau, P'Arthit tidak punya maksud apapun, kesalahan ada pada sosok laki-laki yang mengincarnya.
Kau dapat melihatnya dengan jelas P'Shone melirikmu sejenak, tersenyum meremahkan, dan menutup kaca mobil. Ia bahkan tidak memberimu kesempatan melihat P'Arthit lebih lama. Mobil melaju keluar menjauhi kampus.
Brengsek.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE
FanficKONGPOB X ARTHIT. P'Arthit is mine. Not Theirs, not his, not hers, not yours. My one and only Sun.