Multatuli

626 29 6
                                    

"Tugas seorang manusia adalah menjadi manusia

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Tugas seorang manusia adalah menjadi manusia."


Eduard Douwes Dekker (Kakek jauh dari pahlawan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker/Setia Budi), yang kemudian dikenal dengan nama Multatuli, lahir pada 2 Maret 1820 di Amsterdam, Belanda. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang nakhoda bernama Engel Douweszoon Dekker sedangkan ibunya bernama Sytske Eeltje Klein. Ia anak keempat.

Setelah bekerja di Jawa dan Sumatera pada tahun 1856 Multatuli bekerja di Lebak Banten. Di tempat inilah Multatuli melihat kesewenang-wenangan pemerintahan colonial yang menindas rakyat Indonesia (pada masa itu Hindia Belanda). Multatuli adalah seseorang yang tidak mau tunduk begitu saja dengan penindasan. Pengalamannya bekerja di pada masa pemerintahan kolonial membuatnya menjadi sosok yang memahami betul arti penindasan di bumi Nusantara.

Pada Januari 1858 ia tiba di Brussel, Belgia. Di kamar losmen Au Prince Belge, selama satu bulan di musim gugur tahun 1859 ia menulis buku Max Havelaar. Ternyata buku itu tidak berkenan di hati penguasa Belanda karena berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda, dan membujuk Dekker untuk tidak menerbitkan naskah itu. Permintaan itu ditolak, maka terbitah buku Max Havelaar dengan menggunakan nama pena Multatuli yang berarti Aku Yang Menderita. Ternyata Max Havelaar laris. Tetapi Dekker sendiri tetap hidup dalam kemiskinan dan kesehatannya menurun. Sebelumnya Dekker banyak menulis buku lainnya, tetapi Max Havelaar yang membuat namanya menjadi terkenal.

Max Havelaar adalah salah satu roman yang menggugah orang-orang Belanda pada waktu itu, untuk lebih mengetahui sebenarnya yang terjadi di Hindia Belanda. Novel Max Havelaar juga menginspirasi banyak masyarakat Belanda untuk memperjuangkan kehidupan yang layak bagi masyaraka Hindia Belanda. Sehingga pemerintah kolonial Belanda lebih memperhatikan dan tidak terlalu menindas rakyat Hindia Belanda.

Pada tanggal 19 Februari 1887, dua minggu sebelum ulang tahunnya ia meninggal dunia di tepi sungai Rhein, Jerman.

Di Lebak, Banten saat ini sedang dibangun museum Multatuli untuk menghormati jasa-jasa beliau bagi rakyat Indonesia.

Biografi Penulis DuniaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin