Chapter 2

118 6 0
                                    

Souza Samonji menatap hamparan danau yang melintang luas di depannya dengan tatapan sayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Souza Samonji menatap hamparan danau yang melintang luas di depannya dengan tatapan sayu. Ia menghirup aroma musim gugur yang begitu menenangkan dirinya. Kelopak bunga sakura yang berterbangan di tiup angin, sanggup menutupi permukaan air danau yang begitu luas. Souza sungguh menyukai musim gugur yang tak terasa telah tiba.

Pemuda berambut merah muda itu menyisipkan anak rambutnya ke belakang telinga saat sepoi-sepoi angin berhembus pelan. Membuat kelopak bunga sakura semakin bertambah banyak yang berguguran. Tangan Souza menengadah, dan satu kelopak bunga sakura jatuh di depannya.

"Umm... Souza-sama?"

Souza membalikkan tubuhnya dan menemukan seorang maiko kecil sedang membawa nampan di tangannya.

"Midare-chan? Ada apa?"

Midare menundukkan wajahnya, tak begitu berani menatap langsung kepada geisha yang cukup terpandang di okiya ini. "Jirou-sama menyuruhku untuk memberikan ramuan obat untuk Souza-sama. Beliau bilang Souza-sama sangat membutuhkan ramuan ini."

Souza melangkah mendekati anak itu dan menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan tinggi Midare. Sedangkan Midare makin menundukkan wajahnya.

Midare melebarkan matanya terkejut saat ia merasakan tepukan lembut di pucuk kepala rambut oranye miliknya. Ia mengangkat wajahnya dan menemukan iris mata yang berbeda warna menatap tepat pada bola matanya.

"Arigatou, Midare-chan."

Ini adalah interaksinya yang pertama pada Souza. Awalnya ia begitu takut untuk menatap kedua iris mata beda warna yang begitu langka itu. Namun, ketika ia menatapnya begitu dekat seperti ini, Midare mengubah presepsinya bahwa kedua mata milik Souza Samonji begitu indah.

"Kau bisa meletakkannya di kamarku. Tak perlu sampai repot-repot menemuiku di sini."

Midare tersenyum hingga membuat matanya terlihat tertutup. "Ha'i, Souza-sama." Ia memundurkan tubuhnya selangkah untuk menunduk hormat kepadanya. Lalu setelahnya berpamitan untuk pergi meletakan ramuan obatnya di kamarnya.

Ketika Midare berjalan pulang, ia berpapasan dengan kakak Souza yang membuatnya hampir menabrak Kousetsu karena ia sedang begitu gembira hingga tak memperhatikan langkahnya. Ia membungkukkan tubuhnya hormat. "Ohayou, Kousetsu-sama."

Kousetsu menatapnya. "Hmm." Gumamnya memberi jawaban. Lalu setelahnya ia melihat anak itu pergi dari hadapannya.

Tak seperti Souza, Kousetsu cenderung berwajah datar dan hampir tak memiliki ekspresi. Hingga beberapa orang menyangka Kousetsu memiliki sifat sombong dan tak ingin berdekatan dengan siapapun kecuali adiknya sendiri. Padahal Kousetsu memang memiliki wajah seperti itu sejak lahir. Ia juga tak memiliki masalah untuk berdekatan dengan siapapun tanpa terkecuali.

"Aniki!" Seru Souza saat melihat kedatangan saudaranya.

"Souza." Kousetsu mendekati adiknya itu dan berdiri di sampingnya di tepi danau. "Musim gugur, ya?" ucapnya pelan.

R E P L A C ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang