Sebagian dari pasukan divisi barat dan timur mendapatkan misi untuk pengawalan dan juga pengejaran terhadap pemberontak selama dua minggu. Semuanya sudah teratasi dengan baik dan aman, meskipun ada tiga orang prajurit yang terluka. Dan untungnya luka mereka tidak terlalu parah hingga tabib yang ikut dalam misi mereka pun bisa mengobatinya dengan cepat.
Saat ini mereka menggelar beberapa tenda karena hari sudah menjelang malam. Mereka akan bermalam di hutan dengan cuaca yang cukup dingin. Mereka tidak akan mengambil resiko dengan meneruskan perjalanan di saat perut kosong dan juga beresiko bertemu dengan hewan hutan yang begitu ganas.
Doudanuki dan Otegine duduk menghadap perapian besar untuk menghangatkan diri mereka masing-masing. Beberapa prajurit sudah terlelap dalam mimpi, sedangkan sisanya mereka berjaga untuk keamanan secara bergantian nantinya.
"Kau tidak tidur?" Otegine bertanya. Ia menambahkan satu balok kayu ke perapian.
"Aku belum merasa mengantuk."
"Ah, begitu." Otegine mengambil ubi bakar yang sudah matang sebelumnya. Ia melahapnya sampai habis karena dirinya begitu kelaparan.
Saat memandang perapian, ia teringat akan sesuatu. Tangannya mengambil sebuah kotak kecil di dalam sebuah tas yang selalu ia bawa kemana-mana. Ia membuka kotaknya dan menemukan lilin bunga sakura yang masih kuncup dalah keadaan utuh, tidak rusak sama sekali.
Otegine memperhatikan setiap gerak gerik yang dilakukan oleh teman seangkatannya itu. Wajah lelaki itu begitu cerah saat memandang sebuah kotak merah tua di tangannya. Otegine cukup penasaran dengan isi kotak tersebut. Saat laki-laki itu membuka kotak merah tuA tersebut, Otegine yang dilanda rasa penasaran tinggi mulai mendekat untuk mengetahui isi dari kotak tersebut.
Dan saat itulah ia melebarkan matanya terkejut.
"Douda, dimana kau mendapatkan benda itu?" Tanya Otegine yang secara tidak langsung mengejutkan Doudanuki.
"Teman, kurasa?" Doudanuki menjawab tak yakin yang membuat sahabatnya itu mengacak rambutnya gemas.
"Aku tahu kau mendapatkannya dari teman. Tapi, siapa?"
Doudanuki menatap Otegine dengan pandangan aneh. Pasalnya, lelaki itu cukup membuatnya kesal dengan rasa penasarannya yang tinggi. "Kenapa memangnya?"
Sebuah pertanyaan dijawab pertanyaan. "Kenapa kau malah bertanya? Jawab saja pertanyaanku lebih dulu!" Otegine berteriak frustasi. Melihat tingkah kepalanya itu membuat prajurit yang masih terjaga memandangnya heran. Ini adalah pertama kalinya bagi mereka melihat kepala prajurit bertingkah seperti itu.
Doudanuki mendesah. "Baiklah akan aku jawab. Aku mendapatkannya dari Souza. Sekarang kau jawab pertanyaanku."
Otegine menarik nafasnya. "Jadi, apa kau tahu arti dari benda itu?"
"Tentu saja!" Jawab Doudanuki percaya diri. "Lilin aromaterapi ini untuk menyamankan tubuh dan pikiran sekaligus penghilang stress dan tekanan agar merasa rileks. Aku benar kan?"
Otegine memutar kedua bola matanya. "Kalau begitu juga aku tahu. Maksudku, arti lainnya. Apa Souza tidak mengatakan sesuatu padamu?"
Doudanuki mengingat-ingat semua percakapannya dengan Souza dulu saat geisha itu memberikannya kotak ini.
Souza termenung sejenak sebelum ia tertawa pelan. "Anggap saja itu hadiah. Lilin aromaterapi itu akan membuatmu nyaman jika kau menyalakannya dalam ruangan tidurmu."
"Ia hanya bilang jika aomaterapi ini akan membuatku nyaman jika menyalakannya dan ruangan tidurku. Begitu saja."
Otegine merasa kepalanya sakit. "Douda kau polos sekali..." Desahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E P L A C E
Fiksi PenggemarSouza Samonji dan Kousetsu Samonji hanyalah seorang anak yatim piatu yang diangkat oleh Jiroutachi untuk menjadi seorang geisha di okiya miliknya. Sedangkan Doudanuki hanyalah seorang kepala prajurit biasa yang tertarik pada seorang geisha yang memi...