"WELCOME HOME BABY ALEA!!"
Dengan senyum bahagianya Amora dan Brian yang menggendong Aleasha di tangannya masuk ke dalam rumah yang sudah penuh dengan keluarga dan kerabat dekatnya. Semua terasa lebih bahagia dan lebih hidup semenjak kehadiran malaikat kecil itu.
"Bri! Gue gak nyangka! You have a daughter, man! Ah, cantiknya." Dave berkicau sambil menelisik wajah tenang ALEA yang tertidur.
Brian tersenyum menanggapi ucapan sahabatnya itu, sekarang giliran Antony yang belum mendapat giliran untuk menggendong cucu pertamanya itu. Dengan mata berkaca-kaca Antony mengambil bayi mungil itu dan menimangnya perlahan.
"Alea mirip sekali sama kamu waktu masih bayi dulu, Mor."
"Ah, memang Pa. Alea 'kan anakku." Ujar Amora bercanda sambil melirik ke arah Brian yang mengerucutkan bibirnya karna ucapan Amora itu.
"Aku juga ikut menyumbang dalam pembuatan Alea." Brian berucap kesal kemudian berbalik dan melangkah ke arah dapur, menyusul Dave yang lebih dulu pergi kesana.
Antony melongo melihat Brian yang pergi begitu saja dan Amora yang terkekeh. "Bri kenapa, Mor?"
Tawa Amora tiba-tiba pecah saat pertanyaan itu meluncur dengan lancarnya dari mulut Antony.
"Kata dokter sih, Brian kena syndrome baby blues Pa. Itu hal yang wajar, dan nanti bisa hilang sendiri kok."
Semua orang yang hadir disana bergantian memberi selamat pada Amora yang tersenyum riang dan Brian yang masih kesal pada Amora.
"Bri... udah dong, kamu mah ngambek terus."
Brian hanya menatapnya sekilas kemudian mengalihkan pandangannya ke arah TV lagi.
"Bri... istirahat yuk, cape."
Brian menghela napas, istrinya terlalu manis untuk di abaikan. Brian berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Amora. "Ayo."
***
Pagi itu suasana di rumah Amora masih seramai kemarin, saudara-saudaranya yang belum sempat datang kemarin menyusul hari ini. Mereka berbaur satu sama lain, berbagi kehangatan sebuah keluarga yang sudah lama tidak Amora rasakan.
Ia tersenyum menatap putrinya yang berada di gendongan Brian. Ia bersyukur dengan kehadiran Alea. Alea benar-benar membawa kesan positif bagi setiap orang yang berada di dekatnya.
"Dave! Pelan-pelan! Anak gue masih lemah!" Amora bisa mendengar Brian memarahi Dave.
"Begini?" Tanya Dave ragu.
Brian menggeleng, "Lo harus taruh kepalanya tepat di lekukan tangan lo, nah iya begitu!" Ia membetulkan posisi Alea agar lebih nyaman di dalam gendongan Omnya itu.
"Bae.. Clara! Aku bisa gendong baby!" Dave berteriak memanggil istri yang dinikahinya 1 tahun lalu itu.
"Wah.. Bri, jangan Kasih anak lo di gendong sama Dave. Nanti kecengklak loh." Clara berujar pedas sambil melirik sinis Dave yang sekarang tersenyum pedofil ke arah Clara.
"Dengerin aja Bri, kalo siang emang pedes mulutnya. Tapi kalo malem.."
Plak!
Clara menepak belakang kepala Dave dan langsung berjalan menjauh. Dave tertawa sambil meringis di samping Brian yang wajahnya sudah pucat karna saat Clara memukul Dave. Alea masih berada didalam gendongan buaya darat itu.
"Gue hajar lo Dave kalo Alea sampe kenapa-kenapa." Ucapnya serius.
Dave meringis. "Nih deh, Alea.. pokoknya, kamu harus jadi perempuan yang cantik ya.. nanti Om ajarin gimana caranya." Ia berucap sambil mengembalikan Alea ke gendongan sang Papa.
"Jangan mau Alea!" Seru Clara dari meja makan.
Amora terkekeh di tempatnya berdiri. Dua orang itu, sebelum dan sesudah menikah tidak ada bedanya. Masih saja sering berkelahi seperti itu, Amora bingung apa yang membuat Clara mau menikahi Dave kalau tidak ada kemajuan dalam hubungan mereka seperti ini?
Melihat bagaimana cara Brian menatap Alea, membuat Amora bisa menebak akan menjadi seperti apa Brian kalau Alea sudah lebih besar nanti.
"Super Papa yang Super Protektif."
Amora terkekeh saat mengingat kemarin saat akan pulang dari rumah sakit, ia sempat mendengar pembicaraan Brian dengan Om Adjie. Ia meminta agar Omnya itu mengatur tentang asuransi Alea dan melatih bodyguard-bodyguard handal untuk menjaga Alea kalau ia sudah lebih besar.
Demi Tuhan! Alea bahkan baru berusia beberapa hari tapi Brian sudah merencanakan segala sesuatunya dengan matang.
Amora tidak ragu kalau besok, Brian akan mengubah semua sahamnya menjadi atas nama Aleasha Callesto Mcknight. Dengan alasan, 'untuk menjamin kehidupan Alea nanti,'
Hidup Amora benar-benar berubah. Sekarang, ia bukan lagi seorang gadis muda yang terkenal angkuh di sekolah ataupun universitas.
Sekarang ia adalah seorang ibu. Ia merasakan apa yang pernah Mamanya rasakan saat memandikan dirinya, atau mengganti popoknya. Memang awalnya terasa menjijikan. tapi begitu melihat senyum dan tawa Alea, rasa jijik itu hilang entah kemana. Yang Amora tahu, ia bahagia melakukan tugas-tugas seorang ibu itu.
Sedangkan Brian, ia masih sedikit mengalami baby blues. Terkadang ia tidak mau menyentuh Alea karna takut akan melukainya. Tapi dengan perlahan dan dengan bantuan Amora juga, Brian terus memacu dirinya agar lepas dari Syndrome aneh itu. Bukankah seharusnya seorang ibu yang mengalami hal itu? Tapi kali ini justru si Ayah yang merasakannya.
Tatapan teduh Alea mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya.
Senyum manisnya mampu menarik perhatian walau hanya sekilas dilihat.
Tawanya ikut menyebarkan kebahagiaan-kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya.
Amora dan Brian akan benar-benar memulai hidup barunya sekarang.
Bersama dengan,
Alea tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love
RomanceCinta Amora dan Brian kembali diuji. Arti Cinta mereka kembali dipertanyakan. Dapatkah mereka mempertahankan rumah tangga mereka?